Zwenzig

99.7K 8.4K 854
                                    

Matahari adalah makhluk adil, ia akan selalu berbagi sinar kepada seluruh belahan bumi, menjelajahi Samudera dan benua tanpa pilih kasih.

••••

Setelah mengalami perdebatan selama beberapa menit, Regha, Fahmi, Fajar dan Fadhil pun memencar ke dalam hutan untuk mencari Ata. Mereka sengaja tak mengizinkan yang lain untuk ikut turun tangan agar acara Jurit malam tidak terganggu.

Keempatnya tetap berjalan menyusuri hutan walaupun hanya dengan bantuan cahaya rembulan dan cahaya senter yang setia menemani pencarian mereka.

Regha mengusap wajahnya kasar. Wajahnya dipenuhi kepanikan dan kekhawatiran luar biasa. Panik dan khawatirnya saat ini sangat berbeda dengan saat kehilangan Aletta di taman bermain. Keraguan Regha tentang perasaannya saat ini pun terjawab. Sosok Ata sudah berhasil masuk dan diam di dalan hatinya.

Mata Regha meliar ke setiap penjuru hutan dengan bantuan senter bawaannya, berharap ia bisa menemukan Ata.

"Udah tau bego, masih aja sok-sokan ke mana-mana sendiri!" Dengus Regha tanpa menghentikan pencariannya. "Udah bego, keras kepala lagi." Tambahnya.

Regha kemudian menghubungi Fahmi, Fajar dan Fadhil dengan Walkie Talkie bawaannya, berharap bisa mendengar kabar baik dari salah satunya.

"Gimana? Ada tanda-tanda?" Tanya Regha.

"Belum ada, Gha." Sambut Fajar gusar.

"Gue bel--belum ke--ketemu!" Seru Fadhil tanpa memperdulikan sinyal yang mulai menghilang.

"Gue juga. Ngga ada tanda-tandanya dia lewat sini." Timpal Fahmi lesu.

Regha hampir saja membanting Walkie talkie yang ia genggam saat mendengar jawaban dari ketiga rekannya. Wajah Regha mengeras, ia mulai bertekad bahwa ia harus menjadi orang pertama yang menemukan Ata.

"Matahari Nafasya!!"

"Acha, lo di mana?!" Regha berteriak memanggil nama Ata sekeras mungkin.

Regha terus menyenter ke segala penjuru hutan. 'Dia pasti lagi kedinginan.' Batin Regha sambil terus mencari.

"Acha!!"

Setelah setengah jam melakukan pencarian, tiba-tiba tubuh Regha menegang saat melihat senternya menangkap sesosok tubuh yang sedang meringkuk membelakanginya di atas tumpukan dedaunan kering.

"Acha!" Pekik Regha lega.

Hanya melihat postur tubuh dan seragam yang dikenakan, Regha sudah tau bahwa itu Ata. Postur mungil dengan seragam PDL PMR, pasti Ata, karena hanya gadis itu yang sedang tidak berada di Pos maupun area perkemahan.

Regha segera mendekati gadis itu, saat telapak tangan Regha menyentuh punggung tangan Ata, gadis yang semulanya sudah terlelap itu langsung terjaga.

Wajah gadis itu pucat pasi, ketakutan jelas tergambar di wajahnya, Regha yakin gadis ini sedang kedinginan, dan itu terbukti dari tubuh Ata yang kini menggigil.

"Regha...." Mata gadis itu berkaca-kaca. Rasa senang di hatinya tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Penantiannya berakhir dengan kedatangan Regha.

"Heh, bego! Lo sadar ngga sih kalau lo itu bikin repot banyak orang?!" Bentak Regha sambil menarik Ata ke dalam pelukannya.

"Maaf...." Lirih gadis itu seraya menenggelamkan wajahnya di dada Regha yang terbalut jaket tebal. Gadis itu mulai terisak dalam pelukan Regha.

Matahari Di Atas Samudera ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang