[[Repost-karena suatu dan lain hal]]
Warning : Part ini panjang, jangan lupa siapkan beberapa cemilan untuk menemani Anda jika si doi sedang tidak bisa menemani:v
Beberapa minggu telah terlewati, dan sekarang sampailah mereka pada hari dimana mereka akan melaksanakan pelantikan Dewan Ambalan untuk kelas sepuluh.
Suasana dingin hutan di bawah perbukitan pun menyambut anggota Pramuka, anggota PMR dan calon Dewan Ambalan yang baru saja turun dari bis. Suasana dingin ini membuat semuanya langsung mengeluarkan jaket tebal yang tersimpan di dalam tas dan langsung mereka kenakan di tubuh mereka untuk menghindari udara dingin yang menusuk sampai ke tulang, padahal jam sudah menjejaki angka sebelas, dan seharusnya panaslah yang mereka rasakan saat ini.
Ata yang kebetulan tercantum sebagai anggota PMR yang menjadi tim medis di acara Latihan Dasar Kepemimpinan Pramuka ini langsung menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosoknya sehingga telapak tangannya merasa hangat.
"Mau pakai sarung tangan gue?" Tanya Regha sambil menggenggam tangan Ata.
"Eh? Ng--ngga usah." Ata menggeleng sembari menarik kembali tangannya dari genggaman Regha.
"Ya--"
"Dewan Ambalan Pramuka yang kelas sebelas kumpul dulu, kita briefing. Buat calon Dewan Ambalan, kalian akan belajar bangun tenda dari kakak-kakak PMR yang udah bersedia hadir untuk membantu acara kita." Suara lantang Fadhil ditambah dengan bantuan toa membuat Regha yang sedang berbicara dengan Ata langsung beranjak mendekati sumber suara tanpa berpamitan terlebih dahulu.
••••
"Lo udah tau lo kebagian pos mana? Sama siapa aja? Di daerah mana?" Regha membombardir Ata dengan rentetan pertanyaan setelah selesai melakukan briefing.
Ata mendengus malas, "Gha, nanya nya satu-satu bisa kali."
"Oke. Lo kebagian pos mana?" Tanya Regha.
Ata mengetukkan dagunya, tatapannya menerawang iris coklat kehitaman milik Regha. "Pos 3, pos Kepemimpinan. Ada Syafa, Pian, Nono sama Fahmi."
"Di daerah mana?"
"Di dalam hutannya lah. Ya kali di hati lo, kan ngga lucu." Jawab Ata sambil menjitak dahi Regha gemas.
Regha berdecak sebal, tangannya bergerak menahan lengan Ata. "Mau gue temenin ngga?"
"Ngapain ditemenin sama lo? Kan udah ada Pian, Nono sama Fahmi, cowo-cowo yang bisa jagain gue sama Syafa." Ujar Ata sambil menarik kembali tangannya dari cengkeraman Regha.
"Ya kali aja lo butuh penjagaan khusus dari gue gitu." Ujar Regha dengan tawa renyah di akhir kalimatnya.
Ata memutar bola matanya jengah, "Pacar juga bukan. Sok-sokan mau ngasi penjagaan khusus."
Jleb!
Kata-kata Ata itu menohok sehingga ke relung hati Regha yang paling dalam. Tangan kanan Regha kemudian beranjak untuk mengelus dadanya. "Tau ngga sih, kalau kata-kata lo itu nusuk sampai ke dalam-dalam?"
"Oh ya? Cius? Miapa?" Tanya Ata sambil memasang ekspresi datarnya. "Mi ayam? Mi oyeng? Mi--"
"Miyabi, Cha. Gue lebih suka Miyabi, lebih hot." Sela Regha cepat seraya cengengesan.
"Miyabi? Mi abi? Mi jenis baru ya, Gha?" Tanya Ata dengan wajah polosnya.
"Susah ya ngomong sama bocah." Decak Regha yang kemudian berlalu meninggalkan Ata mencak-mencak dan mengumpati Regha dengan kata-kata tai ayam, anak curut, cucunya dedemit, gue sumpahin lo diculik penunggu hutan, Regha bangke dan sejenis sebangsanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari Di Atas Samudera ✔
Teen Fiction🌻SUDAH DITERBITKAN & CHAPTER MASIH LENGKAP🌻 [[ NGGA TERIMA PROMOTE DI KOLOM KOMENTAR ]] "Apa sih arti gue buat lo?" Tanya gadis bermata hazel itu dengan tangan yang sudah mengepal geram, siap melayangkan tinju pada pemuda yang sedang berdiri dihad...