Dreiunddreißig (b)

89.6K 6.7K 390
                                    

Sesampai di rumah Regha, Ata langsung di sambut dengan jamuan makan malam. Ata merasa tak enak jika harus menolak makanan-makanan enak itu, apalagi Aliya sudah bersusah payah menyiapkan jamuan enak itu khusus untuk dirinya.

Gadis itu duduk di antara Regha dan Gellar, sepupu Regha yang kebetulan saat itu sedang datang mengunjungi Aliya dan Aletta. Suasana canggung pun menyelimuti Ata, membuat gadis itu tak tenang duduk dan makan.

"Gha, cewe lo kenapa sih? Dari tadi kaya cacing kepanasan," celetuk Gellar sambil mengaduk nasi di piringnya.

"Gue--"

"Lo ngatain cewe gue cacing? Badan cewe gue ngga sekurus cacing, dia gendut." Sahut Regha.

"Apa sih lo? Ngga nyambung," gerutu Gellar.

"Yang penting cinta gue selalu nyambung buat Acha,"

"Duh, anak mama jago banget gombalnya." Komentar Aliya yang sedang menyuapi Aletta.

'Anaknya juga jago banget nyakitin hati cewe, tante.' Tentu, kata-kata itu hanya mampu terucap di hati Ata. Mana mungkin Ata berani untuk mengatakannya secara langsung.

"Tante, Om Reghan mana?" Gellar sengaja mengalihkan pembicaraan yang lama-lama terdengar jangkrik di pendengarannya.

"Belum pulang, Lar. Biasalah, lembur lagi." Jawab Aliya dengan senyum manisnya.

Gellar mengangguk kecil mendengar jawaban Aliya, tatapan Gellar beralih pada Aletta yang sedang mengunyah.

"Ale, ngga kangen abang?"

"Ngga, Ale kangennya sama Kak Acha."

Kontan, bibir Gellar pun mengerucut. Wajahnya memperlihat ketidaksukaannya ketika Aletta lebih merindukan Ata ketimbang dirinya.

"Muka lo biasa aja bisa kan?" Cibir Regha sembari memutar bola matanya jengah.

"Ale, ntar kita jalan-jalan yuk." Ajak Gellar dengan binar riang di wajahnya.

"Kak Acha sama Bang Gaga juga diajak ya?" Gadis kecil itu melakukan penawaran pada Gellar.

Belum sempat Gellar menjawab penawaran Aletta, Regha langsung menyambar. "Oke, Abang mau. Ale pengertian banget sih. Makin sayang,"

Ata yang sedang makan langsung tersedak, matanya terbelalak, menimbulkan kesan lucu.

Di sela-sela tawanya, Regha pun mengambilkan segelas air untuk Ata dan uluran itu langsung di sambut Ata tanpa basa basi lagi. Setelah menghabisi setengah gelas, Ata langsung memukul lengan Regha. "Gue ngga ikut ya,"

"Harus ikutlah,"

"Ngga,"

"Lo tega sama Ale? Dia yang ngajak lho,"

"Kok jadi bawa-bawa Ale sih?"

"Kan emang Ale yang ngajak,"

"Tapi ini di luar perjanjian kita, Regha."

"Kita ngga pernah bikin perjanjian, sayang."

Ata menghembuskan napasnya kasar lalu menarik wajah masamnya, kembali memfokuskan diri pada makanan yang sudah tinggal setengah di piringnya. Sebenarnya ia sangat ingin untuk cepat-cepat menghabiskan makanan enak itu dan berpamitan pulang.

••••

Ternyata, keinginan untuk pulang tinggallah keinginan. Ata benar-benar tak bisa menolak permintaan yang berasal langsung dari Aletta.

Matahari Di Atas Samudera ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang