Manipulasi Kasus

396 3 1
                                    

Senin, 04 April
10:00, Ruang Interogasi


Dua jam yang lalu...

"Seharusnya kamu tidak bisa seperti itu nath !", ucap herlina sangat menegaskan pernyataannya.

"Kenapa.. kenapa gak bisa ?", tanyaku sedikit kasar.

"Dia yang memulai ini semua !", sautku lagi dengan sedikit membentak.

"Kamu sudah berjanjikan ?", tanya herlina padaku dengan nada melemah.

"Ini yang terakhir, setelah ini aku tidak akan mengulanginya lagi, itulah janjiku", jawabku pada herlina.

"Aku tidak yakin kamu bisa menepati janjimu itu", saut herlina dengan bergumam.

"Apa yang aku lakukan ini adalah bentuk dari pembelaan diriku", alibiku pada herlina.

"Bukan.. ini bukan bentuk pembelaan diri tapi ini adalah balas dendam", sangkal dari herlina.

"Kamu sendiri yang bilang kalau balas dendam itu tidak baik dan ingin hidup bebas, tapi kenapa kamu munculkan dendam yang baru lagi ?", tanya herlina.

"Aku tidak memunculkan dendam baru tapi aku memusnahkannya", jawabku.

"Sudahlah lin... hal ini sudah kita bahas kemarin, kenapa kita harus bahas lagi hal ini", ucapku menenangkan herlina.

"Bukan seperti itu nath, aku tidak akan seperduli ini pada seseorang jika aku tidak mencintai orang tersebut", ucap dari herlina.

"Aku tau.. ", ucapku terpotong.

"Tidak.. kamu tidak tau, tidak tau sama sekali.. yang kamu pikirkan hanyalah mengakhiri ini dengan segala cara tanpa memperdulikan efek dari permasalahan ini kedepannya", ucap dari herlina.

"Dan satu lagi yang tidak kamu ketahui adalah tentang perasaanku, sampai saat ini pun kamu masih saja seperti saat itu, tidak satu pun kamu bisa mengetahui perasaanku nath !", sambungnya dengan mata berkaca-kaca.

Aku pun tertegun tak berdaya melihat pemandangan ini, bagai hujan di hari yang cerah. disaat aku sudah menemukan titik terang dan akan bebas dari masalah ini tiba-tiba aku mendapatkan satu halangan dari herlina yang ingin menghentikan semua rencanaku. dan lagi-lagi dengan senjatanya yang mampu meluluhkan hatiku yaitu sebuah tetesan air mata, membuatku hanya bisa memandangnya sebagai mahkluk lemah yang ingin di lindungi.

"Sedikit lagi semua berakhir", gumamku lirih.

"Aku bisa saja menolak saat aku di tawari untuk datang kemari tapi aku tidak bisa melihatmu terbelit dalam masalah ini, oleh karena itu aku berinisiatif untuk datang kesini dan membantumu", ucap dari herlina.

"Berharap kamu telah banyak berubah dan kamu bisa kembali lagi saat kuliahmu selesai, aku selalu memimpikan hal itu", sambungnya.

"Aku bisa berubah dan aku bisa menepati janjiku", ucapku menegaskan alibiku.

"Kamu masih belum berubah nath, melihatmu sama saja dengan melihat sosok hans bahkan jauh lebih keji dari hans, kau dan hans memiliki kesamaan", ucap dari herlina.

"Aku melakukan ini semua, meninggalkanmu sendiri adalah sebuah pilihan agar kamu bisa intropeksi diri dan aku ingin melihat sosok yang berbeda darimu", ucap dari herlina lagi.

"Aku bukan hans dan hans bukan aku, aku adalah aku dan hans adalah hans.. kenapa kamu selalu menyudutkanku dengan menyamakanku dengan hans !", ucapku sedikit emosi pada herlina.

"Kamu tidak tidak bisa menilai dan melihat dirimu sendiri, orang lainlah yang bisa melakukan itu dan aku melihat sosok hans ada dalam dirimu saat ini", ucap dari herlina.

"Aku hanya ingin kamu menyadari hal ini nath", sambungnya mencoba menyadarkanku.

"Aku mencintaimu dan oleh karena itu sampai sekarang aku berusaha untuk menempati janjiku, aku berjanji padamu akan menikahmu saat lulus kuliah, dan aku berusaha untuk mengumpulkan uang dari keringatku sendiri karena aku tidak ingin lagi ada sangkut paut dengan keluargaku", ucapku.

"Dan sekarang aku telah berjanji lagi tidak akan balas dendam lagi bila ini semua telah usai, itulah janjiku", ucapku pada herlina.

"Hentikan.. aku mohon padamu, hentikan semua ini", ucap herlina. dengan menatapku sangat tajam.

"Sudah cukup nath, aku tidak ingin ada korban jiwa lagi.. yohan adalah yang terakhir, jika sampai ada lagi korban jiwa, aku akan... ", ucapan herlina terpotong olehku.

"Akan apa.. ?", tanyaku dengan sedikit membentaknya untuk menggertaknya agar tidak meneruskan ucapannya.

"Aku bersumpah tidak akan sudi mengenalmu lagi !", ucapnya sangat serius dengan sorotan matanya menatapku tajam.

Dia tidak main-main kali ini, dia sangat serius dengan ucapannya bahkan otakku pun di buatnya berhenti sejenak untuk memikirkan tentang ucapannya tersebut. wanita yang aku puja-puja kini dia berani secara blak-blakan menentangku, tidak tau apa yang harus aku lakukan agar bisa menyakinkannya tapi aku yakin semua usahaku bakal sia-sia karena herlina yang saat ini berada di depanku adalah sosok yang kuat akan pendiriannya.

"Aku sangat berharap kamu bisa membantuku sampai ini semua berakhir", ucapku pada herlina.

"Aku akan membantumu tapi tidak dengan cara seperti ini", saut dari herlina.

"Baiklah, ini adalah yang terakhir", ucapku pasrah dan mengalah pada herlina.

"Bebaskan dia dari rencanamu dan jangan mengiring opini publik dan juga para penegak hukum untuk menjatuhi hukuman mati padanya", ucap dari herlina.

"Aku tau dia bersalah tapi dia berada dalam posisi yang serba salah saat menerima tawaran dari yohan, kamu harus bisa mengerti akan hal ini", ucap dari herlina lagi.

"Aku mengerti tapi dia tidak boleh lepas dari jeratan hukum", ucapku.

"Tentu saja dia harus di hukum karena telah menghilangkan nyawa orang lain", saut dari herlina.

Aku benar-benar tidak punya pilihan lain selain mengikuti ucapan herlina, tapi jika di pikirkan dengan seksama dan dengan kepala dingin, apa yang di ucapkan oleh herlina ada benarnya juga. dan semoga saja hal ini tidak mempengaruhi sifatnya yang bisa menimbulkan dendam kesumat padaku dan juga pada orang-orang terdekatku.

"Kali ini aku mengampuni nyawamu", ucapku dalam hati.

Unfaithfull (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang