Hilangnya Petunjuk

548 4 1
                                    

Selasa, 04 Januari
10:00, Ruang Jenguk


"Tidak ada satupun yang tau tentang ini semua, hanya kamu dan aku saja", ucapku pada herlina.

"Kamu seyakin itu nath", saut herlina tertegun menatapku.

"Tidak ada pilihan lain selain ini, percayalah !", tuturku lagi meyakinkan herlina.

"Caramu ini benar-benar sangat mentah, tidak ada suatu hal kuat yang bisa dijadikan dasar atas ini semua", ucap dari herlina.

"Aku tidak ingin melihat kamu seperti dulu yang menghalalkan segala cara untuk mengakhiri sebuah konflik", tutur dari herlina lagi.

"Tidak.. tidak akan pernah, aku sudah mengubur semua masa laluku", sautku dengan mantap.

"Ini hanyalah sebuah permainan kecil semacam permainan petak umpet, mereka bersembunyi di saat aku sedang mencari, dan mereka akan keluar jika aku sudah menyerah dan tidak bisa mencari lagi", ucapku pada herlina.

"Jadi biarkan saja mereka merasakan kemenangan ini", tandasku lagi.

Tatapan yang sendu dan kosong berubah menjadi sangat dingin tak berarah, saat semua asa berkumpul dalam satu gagasan maka aku tidak boleh menyia-nyiakan semua ini. aku sangat terbantu atas kehadiran dari herlina, wanita yang telah menebar harapan pada kasus ini, meskipun dia khwatir tapi aku harus bisa menyakinkannya agar semua bisa berjalan dengan sangat matang tanpa ada kesalahan.

Namun disisi lain aku teringat akan tugasnya, sebuah perintah yang aku berikan padanya untuk mengambil sebuah novel di kediaman anggun wijayanata. novel karangan hans yang terbesit dalam pikiran herlina kalau semua perencanaan dalam permbunuhan ini adalah meniru gaya dari novel tersebut, oleh karena itu aku ingin sekali membaca novel itu dan mencari tau bagaimana lepas dari permasalahan ini, selain dengan ideku tadi.

"Aku mendapatkan informasi jika kematian dari bella akan mendapatkan claim asuransi sebesar 25M", tutur dari herlina.

"Siapa yang berhak ?", tanyaku pada herlina.

"Suaminya karena dia belum sempat bercerai dengan korban, jika mereka sudah bercerai maka dana asuransi itu akan jatuh kepada adiknya christine", jawab dari herlina.

"Ehm.. mungkin ini bisa mengiring ke arah motif pelakunya", sautku lagi.

"Jika seperti itu kemungkinan besar adalah suami dari korban sebagai pelakunya", ucap dari herlina.

"Aku ingin tanya kepadamu !", tanya dari herlina padaku.

"Apa ?", tanyaku balik pada herlina.

"Kenapa bisa kamu sampai terlibat dalam urusan dengan perceraian korban dan juga adiknya ?", tanya dari herlina.

"Tentang itu sebenarnya kejadian hanya kebetulan saja, aku memergoki yohan berselingkuh lalu dia mencari perkara denganku dan membuat ulah sampai aku di keluarkan dari pekerjaanku, lalu aku mencoba memberinya pelajaran dengan membongkar perselingkuhannya di depan istrinya yaitu si korban", penjelasanku pada herlina.

"Lalu tentang christine, aku terlibat karena ide konyol dari managernya yang ingin menaikan pamor dari christine yang sedang menurun, dia memasukanku dalam rencananya untuk membuat sensasi", penjelasanku lagi.

"Awas kamu kalau macem-macem !", saut dari herlina dengan menatapku penuh curiga.

"Hahaha... enggak lah, mana mungkin aku berani !", jawabku.

Jika kematian dari tante bella bisa mencairkan claim asuransi sebesar 25M maka aku bisa menduga kalau ini ada hubungannya dengan hal tersebut, atau mungkin ini yang jadi alasan dari yohan karena tidak mau di ceraikan oleh tante bella. dan pada saat sidang perceraian ini menemui jalan buntu baginya atau sudah bisa di pastikan kalau bakal bercerai bisa jadi si yohan berinisiatif untuk menghabisi tante bella agar claim asuransi itu bisa jatuh ke tangannya.

Tentu saja hal ini bisa menjadi sebuah kemungkinan yang besar mengingat kelakuan dari yohan yang sangat royal dan doyan berselingkuh, lagian juga menurut keterangan dari tante bella rumah tangganya dengan yohan sudah lama dilanda ketidak harmonisan. aku akan mencoba untuk mencari tau hal ini dan membuktikannya, aku akan jadikan ini untuk menggiring opini publik.

Jika mengacuh pada strategi dari mamaku ada kemungkinan jika saat ini pelakunya sedang menunggu kelanjutan dari kasusku, dia akan bergerak lagi setelah aku mendapatkan hukuman oleh karena itu aku harus bisa mengulur waktu selama mungkin agar pelaku merasa resah dan keluar dari persembunyiannya, dengan demikian pelaku akan melakukan manuver dengan melancarkan aksinya lagi, di saat seperti itulah aku bisa mengedus keberadaannya.

"Namun aku tidak akan mengubah strategiku tadi, karena hanya dialah kunci dari semua ini dari awal aku sudah mengiranya", ucapku sendiri dalam hati.

"Bagaimana dengan novel tersebut, kamu sudah mendapatkannya ?", tanyaku pada herlina.

"Aku tidak mendapatkan apa-apa dari teman kampusmu itu, dia terkesan sangat judes dan tidak bersahabat", jawab dari herlina.

"Ehmm... gak ada harapan", sautku lirih.

"Dia bilang jika dia sudi terlibat sedikitpun dalam urusanmu, termasuk membantumu", saut dari herlina menegaskan lagi akan sifat dari anggun.

"Hanya itu saja ?", tanyaku pada herlina.

"Novel itu hilang !", jawab herlina dengan tatapan serba bimbang dan binggung atas kehilangan sebuah petunjuk.

Hilang... hilang dan hilang, sebuah petunjuk yang menghilang atau bisa aku bilang ini adalah satu-satunya petunjuk yang menghilang, entah disengaja dihilangkan atau memang telah menghilang dan pindah kepemilikan. memang benar aku belum sempat membaca sampai selesai novel itu bahkan di bagian pembunuhannya belum tersentuh oleh mataku, namun jika herlina yang mengatakan aku sangat yakin sekali dengan ucapannya.

Ini semua berhubungan dengan novel itu, jika novel itu di nyatakan menghilang berarti semua strategiku akan mengalami pergeseran. terlalu riskan mempertahankan semua strategi yang sama jika keadaan sudah berubah, itulah yang bisa aku pelajari dari sosok penulis novel tersebut. walaupun kehadiranmu selalu membuat masalah bagiku namun aku sangat mengagumi sosokmu hans.

"Dan ini novel-novel hans lainnya yang aku ambil di kontrakanmu terdahulu", ucap dari herlina dengan memberikan beberapa tumpuk novel karangan hans antoline.

"Aku benar-benar tidak menyangkah jika novel ini benar-benar sangat membahayakan dan bisa menyeretku sampai jatuh kedalam jeruji besi", ucapku.

"Kamu belum membaca satu pun novel dari hans ?", tanya dari herlina.

"Belum", tandasku.

"Huft.. payah !", celetuk dari lina.

"Kamu udah baca semuanya ?", tanyaku balik.

"Hanya unfaithful saja yang belum selesai", jawab dari lina.

"Payah", balas celetukku.

"Apaaaa... ngomong sekali lagi kalau berani !", saut lina padaku dengan menantangku.

"Hahaha... bercanda sayang", sautku dengan menggodanya.

"Sayang.. sayang.. gombal melulu kamu tuh", ucap herlina dibarengin dengan perubahan warna pipinya yang memerah.

"Cuma ama kamu doank kok, sumpah dah !", sautku lagi dengan senyuman muncul di bibir manisku.

Beberapa tumpukan nove dari hans ini aku akan mempelajarinya satu persatu, dengan demikian aku akan bisa mencari tau tentang gaya penulisan dari hans. dengan begitu aku akan bisa menyimpulkan bagaimana cara hans bisa menyelesaikan konflik yang ada di novel unfaithful. memang ini hanyalah sebuah perkiraan saja namun tidak ada salahnya untuk mencoba karena petunjuk satu-satunya telah hilang menurut informasi dari herlina.

"Sekarang waktunya baca dan baca", sautku dengan membuka perlembar halaman dari novel-novel ini.

"Novel yang ada kejadian bunuh membunuhnya, novel yang mana ?", tanyaku pada herlina.

"Semuanya", jawab dari lina.

"Semuanya... !", sautku tertegun kaget.

"Hans kan salah satu penulis cerita misteri yang berhubungan dengan pekerjaan detektif", saut herlina menjelaskan tentang genre menulis hans.

"Novel ini banyak banget dan tebel lagi, ngelihatnya saja udah males banget buat baca", ucapku miris karena harus membaca semua novel ini.

"Eehh.. tunggu dulu kan kamu bilang kalau kamu udah baca semuanya kecuali novel yang unfaithful", ucapku pada lina.

"Aku tau maksudmu.. kamu ingin aku menceritakannya kan !", saut herlina.

"Hehehe.. kalau gak keberatan seh", ucapku cengengesan.

"Tentu saja gak keberatan kok", ucap herlina dengan senyuman manisnya.

"Makasih", sautku.

"Tapi aku nya lagi males.. ", ucapnya dengan nada manja.

"Aah.. resek kamu tuh", ucapku belaga ngambek.

"Baca aja sendiri biar kamu tambah pinter", saut herlina.

Aku pun mencoba untuk membuka setiap halaman dari novel-novel tersebut hanya untuk sekedar membaca sinopsisnya saja, memang benarjika semua novel karangan hans ini adalah sebuah novel misteri yang menyimpan sejuta pertanyaan, semuanya tentang pembunuhan yang sangat misterius dan sangat susah di nalar oleh pikiran.

Dan dari kumpulan novel ini aku sangat tertarik untuk melihat sebuah novel dengan judul "Goodbye", sebuah karya tentang percintaan seorang pelacur dengan seorang photografer, cerita drama dengan bumbu misteri atau mungkin sebaliknya. tak ada yang tidak mungkin jika semua hal dikaitkan dengan cinta, hal-hal yang sangat tidak masuk akal pun akan menjadi sangat berlogika jika di hubungankan dengan cinta, cinta hanyalah sebuah kata dengan makna yang tiada batas karena manusia memiliki argument tersendiri akan kata cinta itu sendiri.

"Ini karya hans juga ?", tanyaku pada herlina dengan menunjukan sebuah novel berjudul goodbye.

"Aku mendapatkan novel itu dari rina kakakmu, katanya itu juga hasil kolaborasi antara hans dan juga rina", jawab dari herlina dengan melihat novel yang aku tunjukan.

"Ooh.. aku baru tau kalau pasangan dari hans itu juga mencoba mengembangkan bakatnya menjadi seorang penulis juga", sautku.

Setelah beberapa saat aku habiskan waktu ku untuk membaca novel karangan hans, aku pun merasa bosan karena sebenarnya aku bukanlah type orang yang doyan membaca, aku lebih suka membaca jika itu berhubungan dengan apa yang menjadi kepentinganku. karena sudah merasa jenuh aku pun mencoba untuk mencairkan suasana.

"Main tebak-tebakan yuk..", ucapku pada herlina.

"Hah.. kamu gak mau baca novel itu untuk mencari tau bagaimana cara hans mengakhiri konflik yang di buat", ucap dari herlina.

"Nanti aja lagian sekarang aku gak kosen", ucapku.

"Yuk.. dari pada puyeng mikirin masalah ini, gak ada salah kita maen tebak-tebakan", rayuku pada herlina.

"Ehmm... boleh juga", saut herlina setelah berpikir.

"Aku mulai duluan yaa... tebakannya, ada sungai gak ada airnya, ada rumah gak ada penghuninya, ada pohon gak ada buahnya, apa hayo ?", tanyaku pada herlina.

"Ahh.. gampang, peta", jawab dari herlina.

"Hehehe... bener", ucapku.

"Giliranku, binatang.. binatang apa yang gak pernah lihat matahari ?", tanya dari herlina memberiku tebakan.

"Cacing di dalam tanah, jangkrik, ikan yang hidup di dasar laut, banyaklah", jawabku atas tebakan dari herlina.

"Salaaaahhh... !", ucapnya yakin banget.

"Apaan donk ?", tanyaku pada herlina.

"Katak dalam tempurung, hahaha... !", jawab dari herlina dengan ketawa puas.

"Apaan itu katak dalam tempurung, kalau keluar juga dia lihat matahari", sangkalku.

"Mana ada pribahasa katak keluar dari tempurung, weeeekkk... !", bantahnya dengan meledekku.

"Giliranku sekarang !", sautku merasa tidak puas.

"Apa ?", tanya dari herlina.

"Perginya terbang tapi waktu balik dia berenang ?", tanyaku pada herlina.

"Kail pancing, hehehe... ", ucap dari herlina dengan puasnya bisa menjawab tebakanku.

"Curangnya nih.. kamu bisa baca pikiranku yaa", ucapku pada herlina.

"Enak aja, tebakanmu aja yang terlalu kolot", saut dari lina.

"Sekarang giliranku... kalau ada pesawat masuk ke goa, keluarnya dimana ?", tanya herlina lagi.

"Tebakan apaan ini, mana mungkin pesawat bisa masuk ke goa, segede apa goanya", ucap menyangkal tebakan dari herlina.

"Hahaha... udah tebak aja kok", saut herlina dengan tawa kegirangan melihatku kebinggungan.

"Secara logika gak mungkin lah pesawat masuk ke goa, kalau masuk aja gak mungkin gimana mau bisa keluar", ucapku lagi dengan nada pasrah karena binggung nebak.

"Lhoo.. ini tuh masuk logika tau !", saut dari herlina.

"Nyerah.. gak tau aku !", ucapku pada herlina menyerah atas tebakannya.

"Kalau ada pesawat masuk ke goa, keluarnya yaa di surat kabar atau berita televisi, hahaha... ", ucapnya penuh kepuasan karena berhasil membuatku tidak bisa menjawab tebakannya.

"Iiihh.. tebakan macam apa itu !", ucapku merasa risih karena jawaban dari herlina.

"Bener tau.. kalau pesawat masuk ke dalam goa kan pasti nabrak tuh, kalau gitu kan sudah pasti beritanya keluar di surat kabar atau media lainnya, weeeekkk... !", ucap dari herlina.

"Ok, sekarang giliranku !", ucapku dengan nada menantang herlina.

"Apa ?", sautnya dengan nada menantang balik.

"Dengerin baik-baik... andai di depan kamu ada tiga sangkar burung yang kosong", ucapku pada herlina.

"Ok, lalu", saut dari herlina.

"Lalu bayangkan kalau kamu punya 3 ekor burung yang berbeda, yaitu 1 ekor burung beo, 1 ekor burung jalak, 1 ekor burung parkit", ucapku lagi pada herlina.

"Dan jika di sangkar A aku taruh 1 ekor burung beo, di sangkar B aku taruh 1 ekor burung jalak dan di sangkar C aku taruh 1 ekor burung parkit", ucapku lagi.

"Pertanyaannya adalah apa yang kamu lihat di setiap sangkar burung itu, sekarang ?", tanyaku pada herlina.

"Ya jelas burung beo, parkit dan jalak di setiap sangkarnya.. gampang banget", jawab dari herlina dengan pedenya.

"Salah !", sautku langsung menyangkal jawaban dari herlina.

"Bagaimana bisa salah sudah jelas jawabannya adal... ", ucap dari herlina terpotong.

"Kosong, tidak ada apa pun di dalam sangkar itu", saut dari seseorang wanita memotong jawaban dari herlina.

Aku pun menoleh ke arah belakangku untuk melihat sosok wanita yang menyela perbincanganku dengan anggun, dan terlihat seorang gadis yang sangat aku kenal yaitu anggun wijayanata. dialah orang yang tadi sempat aku dan herlina bicarakan karena dialah orang yang memegang novel unfaithful yang merupakan sebuah petunjuk dari kasus ini dan kini anggun telah hadir meramaikan suasana di tempat ini.

"Ang.. gun.. !", ucapku terbata terkejut melihat anggun datang menjengukku.

"Aku ingin bicara denganmu !", ucap anggun padaku dengan sangat dingin sekali.

"Duduklah dulu", ucapku pada anggun menyuruhnya untuk duduk.

"Duduk sini sebelahku", saut dari herlina pada anggun.

"Terima kasih", ucap anggun pada herlina setelah duduk disamping herlina.

"Ada angin apa ini sampai-sampai kamu datang kesini, sendirian pula ?", tanyaku pada anggun membuka obrolan.

"Aku sendiri yang ingin datang kesini untuk bertemu denganmu", jawab dari anggun padaku dengan nada sangat serius.

"Lalu mau bicara apa denganku ?", tanyaku pada anggun.

"Empat mata, hanya aku dan kamu !", sautnya dengan menatapku tajam mengisyaratkan untuk menyuruh herlina pergi dari tempat ini.

"Baiklah, aku akan pergi", ucap dari anggun padaku serta anggun.

"Maaf ya lin.. ", ucapku pada lina.

"Gak apa-apa kok", saut dari lina dengan ramah.

Kulihat herlina pun menunjukan reaksinya untuk memberikan kesempatan antara aku dan anggun agar bisa berbicara empat mata saja. dengan sangat sopan herlina berpamitan padaku serta anggun untuk meninggalkan tempat ini sementara waktu, lalu anggun pun mulai membuka obrolan denganku.

"Aku ingin bertanya sesuatu padaku ?", tanya dari anggun padaku dengan tatapan yang sangat tajam.

"Tanya saja, aku bakal jawab kalau bisa aku jawab", ucapku.

"Novel itu punya siapa ?", tanya dari anggun.

"Punyaku", jawabku singkat.

"Berarti kau yang isengin mobil cowokku waktu itu ?", tanya dari anggun.

"Iya", jawabku singkat.

"Lalu wanita itu ?", tanya anggun lagi.

"Wanita bayaran untuk merusak hubunganmu dengan cowokmu", jawabku.

"Kenapa kau lakuin ini ?", tanya dari anggun dengan menatapku serius.

"Adrian yang bernafsu ingin mengerjaimu, aku hanya mencarikan ide untuk menjalankan niatan dari adrian", jawabku.

"Lalu siapa wanita yang di sampingku tadi ?", tanya dari anggun.

"Dia masa depanku", ucapku.

Aku tidak yakin jika anggun kesini hanya ingin membicarakan masalah ini saja, pasti dia ingin membicarakan hal lainnya. kemungkinan besar dia ingin mencari tau siapa diriku sebenarnya, lebih baik jika aku biarkan saja dia mengetahuinya, sudah tidak ada gunanya lagi menutupi hal ini pada anggun. aku lebih tertarik untuk melihat reaksinya setelah mengetahui siapa diriku sebenarnya.

"Siapa dirimu sebenarnya ?", tanya dari anggun kepadaku dengan tatapan yang benar-benar sangat tajam.

"Nathael wirabrata", jawabku.

"Bohong.. aku sudah tau tentang dirimu sebenarnya", ucapan anggun terdengar sangat dingin.

"Jawab dulu pertanyaanku baru aku akan menjawab pertanyaanmu", ucapku pada anggun.

"Baiklah, katakan", ucap dari anggun.

"Apa yang kamu ketahui tentang diriku ?", tanyaku pada anggun.

"Suryadharma, itulah keluarga besarmu.. benarkan ?", jawab dari anggun dengan bertanya balik.

"Bukankah kamu sudah yakin banget saat memaki-makiku di whatsapp waktu itu", ucapku pada anggun.

"Kapan ?", tanya dari anggun.

"Sebelum aku terseret dalam kasus ini", jawabku santai.

"Aku tidak pernah menghubungimu sama sekali semenjak kau memutuskan untuk tidak mau berhubungan denganku lagi", ucap dari anggun.

"Dan kini kau mengirim orang ke rumahku untuk merayuku agar mau membantumu, apa ini tindakan seorang pria atau seorang penjilat, nathael yang aku kenal tidak akan seperti ini", ucap dari anggun.

Ada yang aneh dengan keterangan anggun ini, berarti saat sebelum kejadian itu bukan anggun yang mengintimidasiku, jika bukan lalu siapa dan kenapa bisa dia melakukan hal itu. jika dia bisa memegang handphone dari anggun tentu saja dia adalah orang terdekat dari anggun, ada kemungkinan jika dia adalah mamanya yang merupakan selingkuhan dari yohan.

"Sayang handphone ku disita oleh polisi jadi aku tidak bisa membuktikan omonganku, tapi ya sudahlah jika kau tidak merasa mengirimku pesan whatsapp, lagian juga aku telah menghapus whatsappmu", sautku.

"Lalu tentang aku seorang penjilat atau bukan, itu semua tergantung dari penilaianmu sendiri, aku cuma bisa bilang inilah diriku apa adanya !", ucapku pada anggun.

"Lalu dari mana kamu tau tentang latar belakangku ?", tanyaku pada anggun.

"Bukan urusanmu !", jawab anggun sangat judes.

"Baiklah, aku akan kenalkan siapa diriku sebenarnya.. nathael suryadharma itulah nama asliku", ucapku lagi pada anggun.

"Pembunuhan yang terjadi pada dua keluarga besar apa itu ulahmu ?", tanya dari anggun.

"30% peranku disana, tidak sepenuhnya aku yang bertindak", jawabku pada anggun.

"Aku benar-benar tidak menyangkah jika selama ini aku telah berteman dengan seorang pembunuh yang keji", ucap dari anggun dengan menatapku sangat tajam tanpa rasa takut sedikit pun.

"Itu masa laluku, nathael yang dulu beda dengan nathael yang sekarang", ucapku menyangkal ucapan dari anggun.

"Apa pun sangakalanmu, masa lalu mu itu tidak akan pernah hilang karena hal itu akan menjadi sejarah di kehidupanmu", ucap dari anggun.

"Kemanapun kau pergi atau sembunyi, kau tidak akan pernah lepas dari masa lalumu itu", sambungnya lagi.

"Aku tidak peduli lagi dengan itu semua dan aku ingin menulis ulang cerita kehidupanku untuk lebih baik lagi", ucapku.

"Apa ada yang ingin kamu tanyakan lagi atau sudah puas dengan semua jawabanku", ucapku pada anggun dengan santainya.

"Aku tidak yakin tentang hal ini tapi aku ingin menanyakannya padamu", ucap dari anggun.

"Apa benar kau adalah pembunuhnya ?", tanya dari anggun.

"Aku di jebak oleh seseorang dan aku tidak tau siapa orang itu", jawabku.

"Aku tidak bisa membantumu, andaikan bisa aku juga tidak akan sudi membantumu", ucap dari anggun.

"Apa kau sudah membaca novel itu sampai selesai ?", tanyaku pada anggun.

"Tidak... aku tidak tertarik sedikit pun pada novel itu", jawab dari anggun.

"Menurutmu siapa pun yang memegang novel itu adalah pembunuhnya ?", sambung dari anggun dengan bertanya padaku.

"Kemungkinan besar seperti itu", jawabku.

"Berarti kamu juga belum membacanya ?", tanya anggun.

"Benar.. aku belum sampai selesai membacanya", jawabku.

"Sangat konyol sekali", ucap dari anggun.

"Konyol ?", sautku ingin bertanya.

"Seorang pembunuh membunuh targetnya dengan meniru cara-cara yang ada di sebuah novel, benar-benar ceroboh jika tidak ada persiapan sedetail mungkin. tapi jika melihat kondisi sekarang ini, pembunuhnya sepertinya seorang yang sangat profesional sekali, dia bisa menjebakmu dengan tidak meninggalkan sedikit pun bukti bahkan kamu tidak mengetahui siapa pembunuh itu", tutur dari anggun.

"Menurutku bukan pembunuhnya yang hebat tapi pengarang novel itulah yang sangat hebat", sambungnya.

"Dia adalah hans, hans antoline", sautku.

"Siapa dia ?", tanya anggun.

"Teman baikku, dulu aku pernah bekerja sama dengannya.. kamu benar jika menyebutnya hebat karena sampai sekarang aku masih di buatnya binggung tentang siapa sebenarnya dia, kawan atau lawan", penjelasanku.

"Dari ucapanmu sepertinya kamu tidak bisa menandingi kemampuannya", saut anggun.

"Sangat jauh bahkan tidak pantas aku dibandingkan dengan dirinya", ucapku merendahkan diri.

"Dimana dia sekarang ?", tanya dari anggun.

"Bukan urusanmu, hehehe... ", ucapku meniru ucapan anggun.

Tiba-tiba herlina datang dari arah belakang dan mencoba masuk kedalam obrolanku dengan anggun, dari gelagatnya sepertinya dia ingin memberitahu sesuatu padaku.

"Maaf jam jenguk sudah habis", ucap herlina pada anggun dengan sangat sopan.

"Sudah tau", celetuk anggun dengan jutek pada lina.

"Aku pulang", ucap anggun padaku dengan mencueki herlina.

Anggun pun pergi dengan gaya sombongnya yang khas, sifat buruknya keluar lagi dan sudah menjadi kebiasaan dari anggun jika dia akan menunjukan sifat buruknya ini kalau mereka tersaingi. lalu herlina pun kembali duduk di kursi anggun yang berada tepat di hadapanku.

"Apa mungkin dia merasa tersaingi karena sosok dari lina ?", tanyaku sendiri dalam hati.

"Emang jam jenguknya udah habis ?", tanyaku pada lina.

"Belum seh.. habisnya bete banget nunggu'in kalian berdua", jawab lina.

"Aah dasar", sautku.

"Emang apa seh yang kalian bicarakan kayaknya serius banget gitu ?", tanya dari herlina.

"Dia tanya tentang masa laluku", jawabku santai.

"Terus kamu jawabnya gimana ?", tanya lina lagi.

"Gak gimana-gimana, yaa jawab aja apa adanya", ucapku.

"Emang gak beresiko membuka kedoknya pada orang lain ?", tanya lina lagi.

"Aku ingin tau apa yang bakal dia lakuin kalau sudah tau tentang diriku yang sebenarnya", jawabku.

Lebih baik seperti itu dari pada anggun terus menerus mengejarku hanya untuk mencari tau siapa diriku, mending aku beri tau sekalian dengan begitu aku akan tau apa yang bakal dia lakukan selanjutnya. dan setelah ini mungkin hubunganku dengannya akan berakhir tragis atau bisa sebaliknya karena rencanaku selanjutnya adalah melibatkan salah satu keluarganya, dan bisa di pastikan anggun akan turun tangan juga untuk melawanku.

Kalau seperti ini aku jadi inget teman om teguh si rektor sableng itu, sepertinya mimpinya tentang nathael vs anggun akan segera terwujud. mau tidak mau aku harus melakukan hal ini untuk menerapkan taktikku, dengan begitu aku bisa menganalisa apakah perkiraanku benar atau salah, walau sedikit merepotkan tapi ini akan berakhir dengan baik.

"Ehh.. ngomong-ngomong tebakanmu tadi belum terjawab kan ?", tanya dari herlina membubarkan lamunanku.

"Kan udah di jawab ama anggun dengan benar", sautku.

"Kosong, bagaimana bisa ?", tanya herlina kebinggungan.

"Makanya kosen dan fokus ama pertanyaannya", sautku pada herlina.

"Ahh.. mana bisa kosen kalau ada pengganggu tadi", saut herlina beralasan.

"Hehehe... jelous yaa.. ", ucapku menggoda herlina.

"Gak juga ahh.. ", saut herlina.

"Aduh.. pakai jual mahal segala, gak ada yang beli tar basi lho.. ", sautku menyindir herlina.

"Biarin jual mahal kan udah di inden ama seseorang", ucap herlina.

"Hahaha... ", gelak tawaku dan juga herlina terlepas begitu saja.  

Unfaithfull (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang