POV - Herlina Pramudya

421 3 3
                                    

 "Dasar nathan.. nathan.. selalu saja terlibat dalam masalah yang rumit" gumamku lirih.

Dan sekarang aku harus melakukan sesuatu untuk membebaskan nathan dari jeratan hukum yang akan menyeretnya ke jeruji besi. semenjak aku di kabarkan kalau nathan terlibat dalam kasus pembunuhan ini dan dinyatakan sebagai tersangka hatiku merasa sangat tidak terima sekali karena aku tau siapa dia sebenarnya, baik luar mau pun dalam hatinya aku sangat mengenalnya dan yakin sekali jika nathan tidak akan melakukan tindakan sebodoh itu.

Sore ini aku datang ke sebuah alamat yang diberikan oleh nathan untuk bertemu dengan seseorang untuk mencari informasi yang diperlukan. sebuah perusahaan besar dan aku telah mengatur jadwal dengan salah satu CEO perusahaan tersebut yaitu julia rukmana, yang merupakan orang tua dari anggun teman nathan.

Menurut informasi yang aku terima dia adalah selingkuhan dari suami korban si bella aprillia, jadi secara tidak langsung wanita ini pasti mengetahui tentang kematian korban. dan aku ingin mencari tau tentang hubungannya dengan suami korban karena bisa saja dia menjadi saksi kunci atas kematian dari korban.

Dan saat ini aku sedang menunggu kedatangan dari CEO perusahaan ini di ruangannya, sebuah ruangan yang cukup besar untuk ukuran CEO. aku perhatikan setiap sudut ruangan ini nampak sebuah photo julia dengan anaknya anggun nampak mesra di pajang dalam bingkai frame di atas meja kerja nya.

"Maaf membuat anda harus menunggu", ucap dari seorang wanita membuyarkan lamunanku.

"Julia rukmana", sautnya lagi dengan memberikan tangannya mengajak berjabat tangan.

"Herlina pramudya", ucapku mengenalkan diri dengan menjabat tangannya.

"Silahkan duduk kembali", ucap dari julia padaku.

"Terima kasih", sautku.

Seorang wanita yang sangat mempesona dengan balutan pakaian yang membuatnya nampak sangat mewah dan intelek, wanita ini mirip sekali dengan majikanku dulu yaitu tante rahma. auranya begitu terpancar membuat seua orang di dekatnya akan berdecak kagum, walaupun sudah paruh baya namun kecantikannya seakan tidak luntur.

"Waktu saya tidak banyak bisa langsung saja ke pokok permasalahannya", ucap dari julia.

"Baiklah, kedatangan saya hanya untuk memberikan surat pemanggilan kepada anda", ucapku.

"Pemanggilan untuk apa ?", tanya dari julia.

"Sebagai saksi atas kematian dari bella aprillia", jawabku.

"Maaf.. anda salah orang, saya tidak ada hubungannya dengan kasus ini", saut dari julia.

"Tapi keterangan anda sangat di perlukan di saat kasus ini akan di limpahkan ke meja hijau", ucapku.

"Bukankah tersangkanya sudah tertangkap ?", tanya dari julia.

"Bukan tersangka tapi lebih tepatnya terduga tersangka", jawabku.

"Maaf.. saya tidak bisa karena ini semua tidak ada hubungannya dengan saya", ucap dari julia menolak surat pemanggilan itu.

"Ini baru pemanggilan yang pertama, jika sampai pemanggilan ketiga kalinya anda masih menolak maka jangan salahkan kami jika harus memaksa anda untuk datang ke kantor polisi", ucapku sedikit memberikan ancaman.

"Kenapa anda sangat bersih kukuh untuk mendapatkan keterangan atau kesaksian dari saya, padahal saya sudah bilang kalau saya tidak ada hubungannya dengan kasus ini", sangkal dari julia nampak sedikit emosi.

"Karena anda adalah selingkuhan dari yohan yang merupakan suami dari bella aprillia, dan karena anda pula yohan dan bella sekarang harus menjalani sidang perceraian, buktinya sangat nyata yaitu sebuah rekaman video yang didapatkan oleh nathael wirabrata yang saat ini dia di duga sebagai tersangka atas kematian bella", tuturku.

Terlihat wajah sangat tertekan karena sengaja aku pojokan dia dengan menghubungkan dirinya dengan kasus ini, sedikit keterangan darinya bisa menjadi sebuah petunjuk untuk mengungkap semua kepingan puzzle yang ada. jika semua rencana ini berhasil maka ada kemungkinan jika nathan akan bebas dengan sendirinya, yang perlu aku lakukan adalah mengumpulkan semua kesaksian dari orang-orang yang di tunjuk oleh nathan.

"Sepertinya anda tidak memberikan saya sebuah pilihan", ucap dari julia setelah beberapa saat terdiam berpikir.

"Harus seperti itu karena ini menyangkut nyawa seseorang, aku harap anda bisa kooperatif dengan kami dan mohon kerja samanya", tuturku pada julia.

"Hanya datang dan memberikan kesaksian saja kan ?", tanya dari julia.

"Benar, sebuah kesaksian saja", sautku.

"Tapi saya tidak menyaksikan pembunuhan itu dan tidak ada sangkut pautnya dari kasus ini, kesaksian apa yang harus saya berikan ?", tanya lagi dari julia.

"Masih ada terduga lagi yang masih berkeliaran di luar sana yaitu yohan, kami membutuhkan kesaksian anda atas yohan bukan nathael walaupun anda pernah bertemu dengannya dan menawarkan sesuatu untuk membatalkan kesaksian dari nathan atas sidang perceraian yohan dan bella", penjelasanku.

"Aku benar-benar tidak menyangkah jika akan seperti ini, aku sungguh tidak tau apa-apa tentang ini semua", ucapku sedikit melemah dan pasrah.

"Sekali lagi saya mohon kerjasama dari anda", ucapku merayu julia.

"Baiklah, tapi ada syarat yang harus anda penuhi", ucap dari julia.

"Silahkan katakan", sautku.

"Saya tidak ingin media mengekspos saya, dan kalian harus menjamin keselamatan keluarga saya", ucapan julia menjabarkan persyaratannya.

"Itu merupakan bagian dari tugas kami, selalu melindungi saksi", ucapku.

"Saya akan atur schedule untuk bisa datang ke kantor anda, nanti saya akan kabari anda", ucap dari julia.

"Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya, kalau begitu saya pamit dulu", ucapku dengan penuh sopan.

"Iya, silahkan", saut dari julia.

Aku pun pergi meninggalkan ruangan dari julia setelah menyampaikan sebuah pesan untuk memanggilnya ke kantor polisi, banyak sedikitnya julia merupakan orang yang harus di korek keterangan atas kasus ini. aku pun pergi menuju ke area parkir untuk menuju ke tempat selanjutnya, sesuai dengan rencana yang telah di rancang oleh nathael.

Hanya perlu sedikit sentuhan saja untuk bisa menjalankan rencana ini itulah hal yang di katakan oleh nathael, kali ini aku segera menuju ke tempat kontrakan nathael yang lama untuk menemui tetangganya yaitu bu gina. entah apa tujuan dari nathael melibatkannya tapi aku harus menjalankannya karena ini demi kebaikan dari nathan.

Menurut sepengetahuanku bu gina ini adalah orang biasa yang hidup pas-pasan dengan suami nya di rumah kontrakan, menurut nathan dia merupakan orang baik yang bisa untuk di manfaatkan sebagai umpan menjerat terduga tersangka. sampai saat ini baik aku dan nathan masih belum mengetahui siapa tersangka sebenarnya, sedangkan rencana ini hanya untuk membuktikan semua analisa dari nathan tentang tersangka itu.

"Tok.. tok.. tok.. ", suara tanganku mengetuk pintu kontrakan dari bu gina.

Sudah lebih dari tiga kali aku mengetuk pintu ini tapi tidak ada respon apa pun dari orang yang berada di dalamnya, sepertinya memang sedang tidak ada orang di dalam kontrakan ini. dan aku pun memutuskan untuk pergi dan kembali lagi besok, namun saat langkah kaki ini akan melangkah pergi tiba-tiba sosok wanita yang aku cari muncul dari jalanan, bu gina ternyata habis menjemput anaknya pulang dari sekolah.

"Ini ibu gina kan ?", tanyaku pada orang yang akan menuju ke kontrakan bu gina.

"Iya benar, ada perlu apa yang kok mbak polwan datang mencari saya ?", jawab bu gina dengan bertanya balik.

"Ada sedikit sesuatu yang perlu saya bicarakan pada ibu", jawabku dengan nada sopan.

"Kalau begitu kita masuk aja ke dalam mbak, gak enak kalau ngobrolnya di luar", ucap dari bu gina padaku.

Aku pun mengikuti langkah dari bu gina untuk masuk ke dalam kontrakannya, anaknya mungkin berusia antara 4 sampai 5 tahunan karena dia terlihat mengenakan salah satu baju taman kanak-kanak yang ada di dekat sini. saat aku sudah berada di dalam kontrakan bu gina, aku pun duduk di sebuah kursi di ruangan tamu, ruangan yang sangat kecil dan sempit sekali. lalu bu gina datang dengan membawakan sebuah minuman untukku.

"Minum seadanya saja yaa mbak", ucap dari bu gina dengan menyuguhiku segelas air putih.

"Aduh merepotkan saja nih", sautku.

"Gak apa-apa cuma air putih aja kok", ucap dari bu gina sembari duduk.

"Makasih bu", sautku.

"Ngomong-ngomong ada apa nih mbak polwan kok datang kesini mencari saya ?", tanya dari bu gina.

"Panggil saja lina bu", ucapku.

"Ooh.. mbak lina", saut bu gina.

"Iya.. jadi gini bu maksud kedatangan saya ingin meminta tolong kepada bu gina untuk datang ke kantor polisi dan memberikan kesaksian mengenai kasus yang melibatkan tetangga kontrakan bu gina si nathael", penjelasanku.

"Hah.. kesaksian apa nih mbak, saya gak tau menahu lho soal kasus itu", ucap dari bu gina kaget.

"Bukan apa-apa kok bu, ini cuma semacam keterangan saja tentang bagaimana sosok nathael selama ini, yaa.. selama jadi tetangga bu gina sifatnya kayak gimana", tuturku.

"Kalau sifatnya yaa biasa aja seh gak gimana-gimana anaknya, lebih banyak diemnya dari pada bergaul dengan lingkungan sekitar", ucap dari bu gina memberikan keterangan tentang nathan.

"Gini ibu.. nathael sebenarnya bukan pelaku dia hanya di jebak jadi saya mohon kepada ibu gina untuk membantu nathael agar terbebas dari tuduhan yang mengarah kepadanya", bujuk rayuku pada bu gina.

"Bantu gimana yaa mbak ?", tanya dari bu gina lagi.

"Untuk lebih jelasnya nanti di kantor polisi akan saya terangkan, yang penting ibu luangkan waktu untuk datang ke kantor polisi dan memberikan kesaksian", terangku lagi.

"Yaa udah kalau begitu mbak", ucap dari bu gina.

"Terus saya minta tolong jangan sampai ada yang tau ya bu tentang kesaksian bu gina ini", ucap dariku.

"Kenapa mbak ?", tanya bu gina.

"Soalnya pembunuh sebenarnya masih berkeliaran di luar sana, takutnya kalau ada yang tau ibu jadi saksi untuk membela nathael maka ibu bisa dalam keadaan bahaya", tuturku.

"Lhoo.. kalau gitu saya gak mau mbak kalau bahaya gitu !", seru dari bu gina ketakutan.

"Tenang saja bu selama pelakunya belum tertangkap keselamatan ibu bakal jadi tanggung jawab kami, karena tugas kami adalah melindungi para saksi dan kami juga akan menyamarkan tentang ibu agar tidak terekspos oleh media", ucapku.

"Serem juga ya mbak", saut bu gina.

"Gak apa-apa kok bu asal ibu gak bicara ke siapa pun kami jamin keselamatan ibu", rayuku.

"Yaa.. udah kalau gitu nanti saya akan coba untuk ke kantor mbak lina memberikan kesaksian", pungkas dari bu gina.

"Terima kasih atas kerja samanya bu.. kalau begitu saya pamit dulu yaa", ucapku berpamitan.

"Iya mbak sama-sama", ucap dari bu gina.

Aku pun keluar dari kontrakan itu setelah berpamitan dengan bu gina, sesuai dengan amanat dari nathan aku sudah menjalankannya apa yang telah dia sampaikan padaku. dan sekarang aku hanya perlu melaporkan saja apa yang telah aku lakukan, selanjutnya aku tinggal menunggu aksi dari nathan saja. dan saat dalam perjalanan kembali ke kantorku dering teleponku pun berbunyi.

"Kriiiiingg.. kriiiingg.. ", suara dering teleponku berbunyi karena mendapatk panggilan dari nathan.

"Hallo nath", ucapku pada nathan.

"Bagaimana lin.. ?", tanya dari nathan.

"Sudah aku laksanakan semua perintahmu", jawabku.

"Bu gina dan juga tante julia", ucap nathan.

"Iya benar", sautku.

"Baguslah kalau begitu, selanjutnya biar aku yang mengurus bu anna dan juga adrian", ucap dari nathan.

"Berarti aku sudah selesai sampai disini saja ?", tanyaku pada nathan.

"Iya sudah cukup, selanjutnya kita tunggu mereka di kantor polisi saja untuk memberikan keterangan atau kesaksian mengenai diriku", terang dari nathan.

"Kalau begitu aku langsung ke kantor saja", ucapku.

"Tunggu dulu, lin.. aku masih butuhkamu untuk melakukan satu hal lagi", ucap nathan.

"Apa itu ?", tanyaku pada nathan.

"Bisa kamu ambilkan rekaman CCTV di apartement tempat aku tinggal sebelum di tangkap lebih tepatnya yaitu rekaman di area parkir tempat mobil tante bella terparkir, aku butuh rekaman CCTV pada tanggal 1 januari sebelum jam 09:00 dan sehari sebelumnya", pinta dari nathan.

"Baiklah, dan sepertinya rekaman itu sudah di ambil oleh daniel jadi aku akan mencoba untuk memintanya dari daniel", ucapku pada nathan.

"Terima kasih yaa.. hati-hati di jalan", pungkas dari nathan.

"Iya nath.. ", balasku.

Telepon di akhiri setelah semua pesan telah tersampaikan, aku pun langsung mengarah ke arah kantor di mana tempat daniel si pemimpin penyelidikan kasus ini berada, aku ingin meminta rekaman CCTV seperti yang di inginkan ole nathan. semoga saja si daniel bisa bersifat kooperatif dan tidak menghalang-halangiku dalam mengumpulkan bukti untuk membebaskan nathan.

Dan sesampainya di kantor daniel...

"Ada apa mencari herlina ?", tanya dari daniel.

"Aku ingin melihat hasil rekaman CCTV di apartement tempat nathael sebelum di tangkap, CCTV di sekitar area parkir pada tanggal 1 januari sebelum jam 09:00 pagi", jawabku.

"Maaf.. tidak bisa", ucap dari daniel.

"Kenapa ?", tanyaku.

"Karena masih dalam pendalaman bukti", jawab dari daniel.

"Sampai kapan ?", tanyaku lagi.

"Tidak tau !", sautnya sangat cuek.

"Sangat aneh sekali seorang penyidik menyembunyikan hasil rekaman CCTV pada partnernya yang juga sedang menyelidiki kasus ini", ucapku memancing daniel.

"Seperti seorang pesaing saja aku ini di mata anda", imbuhku.

"Jika kita sudah selesai nanti juga akan kita berikan kepadamu", ucap dari daniel.

"Ada sesuatu yang mencurigakan di dalam CCTV itu makanya aku ingin sekali melihat CCTV itu", ucapku pada daniel.

"Jadi tolong izinkan aku untuk melihat hasil rekaman itu", sambungku lagi.

"Aku sudah bilang untuk saat ini tidak bisa", saut dari daniel menegaskan pernyataannya untuk tidak memberikan rekaman CCTV itu.

"Anda takut kalau anda tidak jadi naik pangkat yaa.. !", sindirku pada daniel.

"Hahaha.. rekaman itu tidak ada apa-apa jadi jangan terlalu berharap pada rekaman itu", ucap daniel seperti ingin mengalihkan perhatian.

"Jika tidak ada apa-apa kenapa anda tidak mengizinkanku melihat rekaman CCTV itu ?", tanyaku membalikan pernyataan daniel.

"Belum waktunya.. apa kupingmu tidak berfungsi dengan baik !", ucapnya sangat tidak ramah sekali.

"Baiklah kalau begitu, setidaknya aku sudah memiliki sebuah petunjuk jika anda menyembunyikan sesuatu", ucapku dengan nada mencurigai daniel.

"Jaga mulut, jabatanmu masih terlalu rendah dariku aku bisa memulangkanmu kembali ke jakarta jika aku mau", ucap daniel mengancamku.

"Silahkan saja jika anda bisa !", tantangku.

"Kau sama saja dengan bocah itu, mencoba mengandalkan power dari teguh suryadharma untuk memenangkan kasus ini", ucap daniel.

"Ohh iya... tapi sepertinya tidak ada satu pun dariku maupun nathael yang menggunakan power dari pak teguh untuk membebaskan nathael", sautku menyangkal pernyataan dari daniel.

"Satu hal yang perlu anda ketahui adalah nathael bukanlah pembunuhnya", sambungku.

"Aku sudah menetapkannya sebagai tersangka karena semua bukti memberatkannya, apa pun yang kau lakukan akan percuma saja", ucap daniel.

"Perkataan anda menyiratkan sebuah paksaan, anda terlihat memaksakan kalau nathael adalah pembunuhnya, ada kemungkinan jika saat anda menyatakan nathael sebagai tersangka anda belum mengetahui siapa nathael sebenarnya", ucapku pada daniel dengan santainya.

"Jadi hal tersebut bagai buah simalakama buat anda, membebaskan nathael sebagai tersangka akan memperburuk reputasi anda jadi anda memilih untuk terus menetapkan nathael sebagai tersangka karena dengan begitu anda bisa naik jabatan, meskipun anda tau kalau nathael tidak bersalah", ucapku memprediksi perbuatan dari daniel.

"Mulutmu benar-benar tidak pernah di didik rupanya !", sautnya nampak emosi.

"Atau jangan-jangan anda telah bekerja sama dengan pembunuh sebenarnya', imbuhku memojokan daniel.

"Maaf.. aku tidak punya waktu untuk obrolan tidak berguna ini", ucpa daniel.

Dan setelah dia berkata demikian, dia pun pergi meninggalkanku begitu saja. dari sini aku pun bisa menarik kesimpulan kalau musuhku dan nathael bukan hanya pembunuh itu tapi dari pihak daniel juga adalah musuh yang sengaja ingin menjebloskan nathael ke penjara dengan maksud yang masih tanda tanya.

Unfaithfull (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang