Part 3

1.9K 192 5
                                    

Ia melihat Mark sedang jongkok didepannya mengerjakan pekerjaan yang tidak penting juga.
”Ya! Mark, bawa kayu bakarnya.” Pintanya tapi Mark sepertinya tidak mendengarnya sepertinya ia masih memikirkan kedekatan Saeron dan Donghae seosaengnim tadi.

Lami berjalan lagi dan melihat Saeron duduk melamun didepannya.
”Saeron-a! Nanti—“

”Kepalaku agak pusing.” Ucap Saeron tanpa mendengar lanjutan perkataan Lami dan langsung nyelonong pergi.

Lami menghela nafasnya melihat teman-temannya begitu tak perhatian padanya. Ia lalu berjalan membawa kayu bakar lagi. Tali yang mengikat kayu bakarnya tiba-tiba lepas dan semua berserakan ditanah. lami mengumpulkan lagi kayu bakarnya.

”Kau tak apa, Lami-ssi?” Tanya sebuah suara cowok. Lami menengok ada seorang cowok imut bingitss *tambahan penulis ada didepannya, menatapnya dengan penuh perhatian. Lami heran ia belum mengenal cowok imut itu tapi cowok itu sepertinya mengenal namanya.

Merasa lami tidak mengenalnya, cowok itu segera memperkenalkan dirinya ”Aku Lee Taeyong dari kelas 6.  Kelas 2 sepertinya sedang repot, ya.” Kata Taeyong sambil jongkok didepan Lami dan ikut mengumpulkan  kayu bakar Lami.

”Iya. Tapi, aku suka rela melakukan ini, jadi... Jika aku tak berusaha, bagaimana dengan yang lain?” jawab Lami.

”Memikul beban sendirian itu bukanlah kepemimpinan.” Sahut Taeyong sambil tersenyum. Ia lalu mengangkat sebagian kayu bakar itu ”Kubawakan, ya?” ucapnya dan pergi.

Saat orientasi didalam ruangan pertemuan, Donghae seosaengnim bertanya pada perwakilan tiap kelas tentang pendapat mereka mengenai makna kegiatan sekolah.

donghae seosaengnim bertanya pada kelasnya Taeyong, Kelas 6.
Taeyong lalu membacakan makna kegiatan sekolah bagi kelompoknya.
”merencanakan suatu kegiatan yang tak bisa diselesaikan kecuali secara berkelompok. Kita perlu meningkatan perasaan kita terhadap orang lain. Berkaitan dengan perasaan sendiri, melakukan sesuatu dengan orang lain akan membantu membentuk sikap seseorang, tanggung jawab, dan perilaku. Jika kita menganggap penting hasil sebuah kegiatan,maka akan membuat kita lebih baik lagi.”

Lami terkesima mendengar jawaban kelas 6, ia jadi malu dengan jawaban kelasnya “Gawat...” gumamnya.

“Luar biasa!” puji Donghae seosaengnim.  “Selanjutnya kelas 2.”

“ baik” Lami terkejut kelasnya harus menjawab makna kegiatan sekolah.

lami gelisah dan ragu-ragu berdiri membaca tulisannya “Tujuan dari kegiatan sekolah adalah… adalah… untuk membuat.. kenangan yang menyenangkan…” ucap Lami mengakhiri jawaban kelasnya dengan ragu. “Itu saja.”

Semua langsung berbisik-bisik menertawakan jawaban Lami. “Apa kau anak SD?” sebuah suara mengejeknya.

donghae seosaengnim menghela nafasnya dan dengan tenang ia berbicara. “Kau memikirkannya sendiri, 'kan? Ternyata kelas 2 itu seperti ini... Hari ini kalian tidak punya waktu luang… coba pikirkan bersama-sama… Persembahkan sesuatu sebelum orientasi berakhir.” Ucap Donghae seosaengnim“Selanjutnya kelas 4.”

Perwakilan kelas 4 lalu membacakan makna kegiatan kelas didalam timnya.

lami duduk kembali dikursinya dengan malu. Semua teman setimnya, Saeron, Mark, Hina dan Jeno juga sepertinya malu.

jeno pergi keluar kamar menginapnya untuk melihat-lihat. Ia terkejut melihat di ruang depan wisma ada Lami yang tertidur dengan meja yang penuh dengan kertas dan buku. Sepertinya Lami sedang mencari kalimat yang pas atas pertanyaan orientasi sekolah itu.

Perlahan Jeno mendekati meja dimana Lami tertidur. jeno meraih kertas yang berisi pertanyaan makna kegiatan sekolah. jeno tersenyum melihat tulisan tangan lami.
“Tulisannya juga berantakan…” gumamnya pelan sambil duduk dikursi sebelah lami.

jeno lalu memperhatikan lami lagi. jeno menyangga kepalanya dengan tangannya agar bisa terus menatap lami lama dalam diam.

Perlahan jeno merebahkan kepalanya ke meja dengan posisi menatap wajah lami. Wajah mereka begitu dekat sekali dan jeno tak pernah melepaskan pandangan matanya ke lami dengan segenap perasaan.

lami terbangun dari tidurnya, ia tersadar ia tertidur dimeja saat mengerjakan tugasnya. lami kaget melihat ada jaket yang menyelimutinya. lami juga kaget saat melihat kertas yang berisi makna kegiatan sekolah sudah penuh dengan kalimat-kalimat.

lami keluar dari tempat penginapan untuk melihat matahari terbit. lami menaiki daerah yang sedikit berbukit. Suasana masih gelap dan matahari pagi juga sepertinya belum menampakkan sinarnya.
Dalam cahaya yang temaram, lami melihat sosok jeno berdiri menanti matahari terbit. Pelan lami mendekatinya

Semburat jingga matahari terbit terlihat jauh diujung sana.
“Indahnya.” Gumam lami pelan berdiri disebelah jeno.
Jeno menoleh pada lami yang sudah terbangun dan berdiri disebelahnya itu.

“Susah untuk bilang ini pagi atau malam.. Sama sepertimu.” ucap lami menyindir jeno.

“Hah?” jeno melirik lami tak mengerti

“Apa sebenarnya kau jahat.. atau baik… Aku sama sekali tidak tahu.” Jawab lami

“Kau pun demikian.Lemah atau berkemauan keras aku tak tau.. “ ucap jeno

lami tersenyum dan duduk dipagar bukit sebelah jeno. “Tapi kupikir menjadi pemimpin itu berlebihan juga” sesalnya karena sudah mencalonkan diri menjadi pengurus kelas.

“Tak apa, 'kan? Tak seorang pun terganggu jika kau menyerah begitu cepat.” sahut jeno.

“hahaha….” lami tertawa mendengar komentar jeno itu

“achuu…” saking dinginnya lami jadi bersin-bersih.

Jeno melirik lami lalu ia menarik hood jaket yang dipakai lami ke atas kepala gadis itu. lami tertegun, jeno begitu perhatian padanya.

“Menurutku itu bagus. Membuat kenangan yang menyenangkan…” jeno membuka percakapan lagi setelah keduanya terdiam cukup lama. Ia berkomentar tentang makna sekolah yang dibacakan lami sebelumnya.

“Kau tahu, kegiatan sekolah itu... Setelah selesai, saat kau mengingatnya, hal-hal yang kau alami bersama teman-teman terlihat lebih menyenangkan. Menjadi kenangan yang menyenangkan…” ucap jeno menyatakan pemikirannya.

lami melirik jeno yang terlihat tulus menghargai kenangan bersama teman-temannya. jeno merasa malu dilirik lami seperti itu. Mungkin malu juga dengan perkataannya yang tidak sesuai dengan wajah  “cuek/dingin” yang selama ia pasang didepan teman-temannya.
Wajahnya tersenyum malu-malu saat jeno menyelesaikan ucapannya  “Seperti itulah…”

lami tersenyum “Oh  begitu…  Benar juga!”

hina mencari lami untuk menyerahkan jawaban makna kegiatan sekolah yang dibuatnya. Ia tidak enak klo lami mengerjakannya sendiri. Tapi ia tidak menemukan lami di mejanya.

“Loh? Di mana lami?” saeron datang juga membawa kertas jawaban makna sekolah.
“Wah, kau membuatnya juga” hina melihat kertas yang dibawa saeron itu. Keduanya tersenyum melihat kertas yang dibawa temannya.

“Hei, kau tahu ke mana julian?”  Tanya Mark yang datang juga membawa kertas jawaban. Ketiganya tersenyum bersama. Mereka ternyata peduli juga dengan Timnya.

Mereka lalu pergi mencari lami dan jeno diluar. Mereka melihat lami dan jeno duduk sambil melihat sunrise.
“Woi, woi.apa kalian tidak terlalu berjauhan..” seru mark mendekati mereka.

“Indahnya!”seru hina  berdiri disebelah lami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Indahnya!”seru hina  berdiri disebelah lami.
“Ini dia.Dimulainya hari baru.” Seru mark.
“Iya.” Sahut saeron yang tajub melihat keindahan sunrise.

-TBC-

Saranghae Jeno [COMPLITED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang