"Kau. Bukankah aku sudah bilang kau harus mengantarkannya 24 jam jika dia keluar. Lalu kemana dirimu saat dia pergi ha?" teriak Vano dengan marah pada sopir yang dipekerjakannya dan diperintahkan untuk selalu mengantarkan kemanapun Celin pergi.
Setelah mengetahui istrinya belum kembali sampai tengah malam, Vano mengumpulkan semua pekerja rumah tangganya. Tidak memedulikan suaranya yang menggelegar penuh emosi, tidak memedulikan semua pelayan yang terusik karena dipaksa bangun dari tidurnya, Vano dengan semena mena memberikan perintah untuk semua penghuni mansionnya berkumpul. Dan hanya satu yang mereka tahu, tuannya itu sedang marah besar.
Rupert yang mendengar itu sedari tadi bersembunyi di dalam kamarnya. Vano sendiri juga tidak mempersalahkan, karena mungkin dia memang tidak bisa mengontrol emosinya meskipun ada atau tidak ada anak itu. Jadi pilihan terbaik adalah menjauhkan Rupert darinya untuk sementara, hanya sampai emosinya kembali stabil.
"Maaf tuan, saya kira Nyonya hanya ingin berjalan jalan di sekitar sini. Biasanya Nyonya juga mengatakan kepada saya jika ingin pergi memakai mobil."
"Aku yang menggajimu. Aku yang memerintahkanmu. Jadi seharusnya perintahku yang kau turuti. Kau dipecat." Vano menggerakkan tangannya untuk mengusir sopir itu. Dia merasa muak dan sangat marah sekarang.
"Lalu bagaimana dengan kalian semua?" Tidak ada yang bersuara untuk menjawab, karena memang tidak ada yang tahu dimana Celin berada sekarang, lagipula jika mereka membuka suara pasti Vano tidak akan bisa menyahuti dengan biasa.
"Aku berbicara pada kalian dan gunakan mulutmu itu." Semua tersentak, menunduk takut karena kata kata tajam tuannya.
"Maaf tuan, mungkin kita bisa melihat CCTV yang dipasang di depan gerbang. Lalu menyelidiki keberadaan Nyonya sekarang." Salah satu penjaga gerbang yang juga beperan sebagai satpam menambahkan ide di saat semua tidak bergeming dari tempatnya.
"Carikan aku data datanya. Dan setengah jam sudah harus berada di tanganku." Vano melirik dingin, berjalan dengan cepat ke ruang kerjanya sampai kemudian terdengar suara bantingan pintu yang sangat keras.
Vano memijit dahinya pelan, dia merasa kacau sekarang. Celin sedang hamil dan wanita itu belum pulang sampai saat ini. Astaga istrinya dan anaknya sekarang berada di luar sana dan dia masih belum bisa menemukannya.
Setengah jam kemudian terdengar ketukan yang membuat Vano menegakkan tubuhnya dan menyuruh siapapun itu untuk masuk.
"Saya sudah mencarinya. Nyonya pergi memakai taksi, dan saya mendapat nomor platnya. Dengan menghubungi kantor pusatnya mungkin dapat memberikan informasi sedikit mengenai rute taksi yang ditumpangi Nyonya." Vano mengangguk dan segera melakukan apa yang disarankan bawahannya itu.
Cukup sulit tapi tidak untuknya, dalam beberapa menit semua informasi sudah berada ditangannya. Tidak terlalu susah untuk melacak Celin, hanya sekedar mengikuti rute yang diberikan kantor pusat taksi itu dengan acuan jam saat Celin mulai menghilang.
Lalu matanya bertumpu pada alamat yang sangat dikenalnya. Sekarang dia tahu kenapa Celin pergi.
Wanita itu mengikutinya dan melihatnya pergi bersana Nina. Vano juga merasa cukup bodoh karena tidak memberitahu dari awal mengenai pertemuannya dengan kembaran mantan kekasihnya itu. Tapi dia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa sepulangnya dari makam Nana, dia akan menceritakan semua pada Celin. Namun istrinya itu terlanjur tahu dengan berita yang sama sekali bertolak belakang dengan kenyataannya.
"Siapkan mobilku sekarang juga." Vano berkata dengan ketus kepada salah satu pelayan yang langsung sigap berlari mengambil mobil tuannya.
Vano juga melihat taksi yang ditumpangi Celin melewati rute salah satu hotel di Berlin. Dan itu adalah hotel yang sama dimana dulu Celin pernah tinggal saat mereka sedang tidak akur karna insiden pertunangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO
RomanceDihianati dan ditinggal nikah. Dua hal yang membuat Celin terpuruk dan tidak mau mengenal lagi kata Cinta. Tetapi kemunculan sosok baru dihidupnya yang tidak bisa dicegah membuatnya merasakan semua hal yang dulu telah dirampas darinya dengan paksa. ...