Extra part-2 (END)

579K 18.1K 411
                                    

5 tahun kemudian

"Zelda jangan berlari seperti itu. Nanti bisa terjatuh."

"Aku tidak apa apa Mom." Zelda terus berlari berkejaran dengan Dariel. Sementara di belakangnya menyusul Vano, Celin, Rupert, Vino dan Diane yang membawa peralatan piknik.

Zelda tumbuh menjadi gadis cantik dengan lesung pipi di kedua pipinya. Matanya yang hazel selalu tampak bercahaya ketika bertabrakan dengan cahaya terang, sedangkan rambut dark brownnya dipanjangkan dan sedikit ikal di bagian bawah. Satu hal yang paling disukai gadis cilik itu yaitu Dariel.

Dariel yang selalu menjadi temannya jika berlibur ke Indonesia, Dariel yang membantunya belajar bersepeda, bahkan Dariel juga yang selalu membelanya jika berdebat dengan kakaknya, Rupert. Bagi Zelda, Dariel adalah teman, sahabat, sekaligus keluarga yang tidak bisa tergantikan. Anak lelaki itu tidak seperti Zelda yang terlampau aktif melainkan selalu tenang dengan pembawaannya yang sering mengalah terlihat seperti orang yang sudah dewasa.

"Kita bisa berpiknik di sini." Diane menuju tempat teduh di bawah pohon yang rindang. Sejauh mata memandang juga banyak keluarga yang menghabiskan waktu liburannya hanya untuk menikmati angin sore sambil menunggu matahari tenggelam.

Vano meletakkan tikar yang sudah dibawa dan diposisikan dengan apik. Kemudian Celin mengeluarkan berbagai makanan dan menatanya tepat di tengah. Diane masih berdiri dengan perut buncit yang sudah menginjak 8 bulan sambil mengawasi Zelda dan Dariel yang tengah asyik dengan permainannya sendiri. Rupert sedari tadi hanya diam, untuk anak yang menginjak umur 10 tahun, dia masih masuk dalam kategori menggemaskan.

Mata biru saphirenya terlihat menyaingi Dariel. Terkadang Celin tersenyum melihat Rupert, anak itu sangat jenius. Lihat saja bagaimana dia sudah fasih mengucapkan tiga bahasa tanpa menimbulkan kesalahan.

"Oh sebentar. Aku ingin ke toilet." Celin berdiri dan menulusuri segala penjuru dengan matanya, mencari dimana letak toilet terdekat di taman itu.

"Mau aku temani?"

"Tidak perlu, aku bisa sendiri." Celin menghentikan Vano yang akan mengikutinya untuk berdiri. Celin berjalan perlahan menuju toilet yang tadi sempat diingatnya saat mereka mulai memasuki salah satu kawasan taman di daerah Jakarta itu.

Celin menyungging senyum bangga saat sudah berhasil menemukan toilet setelah melewati beberapa menit, dengan cepat wanita itu masuk dan menyelesaikan masalahnya.

Sesudahnya, Celin segera keluar dan berniat kembali, tapi kemudian langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang bersembunyi di belakang pohon dan sedang membelakanginya.

Celin tertegun. Untuk apa dia kemari? Wanita itu melangkahkan kakinya ke arah lelaki yang masih belum mengetahui keberadaannya yang hanya berjarak beberapa meter.

"Hai." Celin menepuk pundaknya yang membuat lelaki itu sedikit terkejut dan reflek menolehkan kepalanya ke arah Celin.

"Celin?"

"Ya, ini aku. Apa yang kau lakukan di sini Davian?" Celin tidak bisa lagi menahan matanya untuk mengamati penampilan lelaki di depannya yang berbeda jauh dibandingkan dulu. Tidak ada lagi sosok berjas yang berkuasa, hanya seorang lelaki dengan kemeja biru kusut dan jins yang warnanya sudah mulai memudar. Diam diam Celin meringis dalam hatinya.

Davian terlihat canggung saat terpergok sedang mengintip sambil sembunyi sembunyi.

"Aku hanya ingin melihat dia." Davian menolehkan kepalanya, membuat Celin juga mengikuti arah pandangan Davian yang jatuh pada Zelda dan Dariel. Tapi kemudian Celin tahu maksud Davian, lelaki itu sedang ingin melihat anaknya.

My Perfect CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang