Agustus 2015 - Satu hari di tanggal 31 Desember 2013

86.7K 5.6K 104
                                    


Setiap tanggal 31 di bulan Desember, ikatan pengusaha Indonesia akan berkumpul di sebuah tempat khusus untuk mengadakan acara penggalangan dana untuk kegiatan sosial. Seperti bantuan untuk korban bencana alam atau seperti pembangunan sekolah di daerh terpencil.

Acara tersebut akan dimulai sejak makan malam dan akan berakhir pada saat tiupan terompet yang menandakan pergantian tahun.

Sebisa mungkin, Oriana selalu menghindari acara-acara yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan keluarga besarnya. Alasannya, Oriana tidak ingin orang-orang menilai kepopularitasan yang dia dapatkan di dunia entertainment dia dapatkan dengan jalan pintas karena koneksi yang dimiliki keluarganya.

Sejak kecil Oriana sudah dibiasakan bekerja keras untuk berusaha mendapatkan yang dia inginkan. Maka, ketika dia bercita-cita untuk menjadi bintang film, Oriana sudah memulai mengasah bakatnya dengan mengikuti sanggar yang memfokuskan diri pada seni peran.

 Ketika Oriana berhasil meraih cita-citanya, semua itu dia dapatkan dengan hasil jerih payahnya. Bukan karena di darahnya mengalir darah Soedjono yang terkenal dengan kekayaannya yang melimpah.

Dan, hari ini... Oriana terjebak karena kekhilafan Mea!

Mea mengatakan pada papanya kalau jadwal Oriana kosong pada hari terakhir di tahun 2013 itu. Oriana tidak berkutik, dia tidak memiliki alasan lain untuk tidak menghadiri acara membosankan itu. Oriana terpaksa menghadirinya demi menyenangkan papa dan mamanya.

***

Seperti yang sudah-sudah, acara ini akan diadakan di hotel bintang lima. Kali ini acara bertempat di ballroom Ritz Carlton. Dan ini yang menjadi salah satu alasan Oriana tidak menyukai acara bertajuk penggalangan dana seperti ini, karena menurutnya acara tersebut hanya sekadar nama saja acara penggalangan dana. Padahal acara ini tak jauh dari acara pamer berjamaah!

Dan parahnya... keluarganyalah yang memprakarsai acara ini! Walaupun Oriana sudah memprotes papanya, tapi tetap tidak digubris.

"Terserah mereka mau pamer! Yang penting ada uang donasi yang terkumpul untuk orang-orang yang membutuhkan, Riana." Begitu kata papanya waktu itu.

***

Papa dan mamanya memaksa Oriana untuk berangkat bersama, tapi ditolak secara halus. Oriana memilih untuk berangkat sendiri dengan mobilnya—dalam hatinya dia sudah merencanakan untuk kabur sesegera mungkin kalau nanti orang tuanya lengah.

Percayalah, acara-acara formal seperti ini pasti akan didominasi oleh gaun-gaun mewah yang dirancang khusus para desainer terkenal. Dan, Oriana sama sekali tidak memiliki persiapan apa-apa untuk datang ke acara malam ini. Oriana hanya menggunakan gaun hitam berpotongan sederhana yang menunjukan punggungnya yang mulus ditambah clucth dan stiletto bewarna merah.

Apa yang kamu pakai itu tidak terlalu penting. Baju mewah, makeup mahal bisa dibeli, tapi hatimu... kamulah yang memberi harga hingga barang-barang komersil itu tidak bisa menandinginya.

Rambut bergelombang Oriana dibiarkan tergerai, riasannya pun sangat minimalis. Orang-orang tidak akan menyangka kalau Oriana adalah pewaris tunggal keluarga Soedjono. Dan, memang itulah yang ingin ditunjukan olehnya... sebuah kesederhanaan.

***

Hiruk pikuk suasana pesta—acara ini lebih mirip pesta menurut Oriana—sudah mulai terasa. Sapaan basa-basi, senyum palsu yang terpampang dan juga kata-kata manis yang penuh pujian sudah terdengar di sana-sini.

Oriana berjalan seorang diri memasuki ruangan ballroom yang didekorasi dengan warna-warna ceria khas perayaan tahun baru. Matanya menyapu mencari keberadaan orang tuanya. Papa dan mamanya berada di tengah-tengah ruangan dan menjadi pusat perhatian para tamu.

Pasti Papa lagi bahas perusahaan baru dan banyak yang tertarik untuk ikut berinvestasi! Oriana menggerutu sendiri.

Hampir semua meja terisi. Perasaan asing itu sama sekali enggak enak! Oriana pun berbalik tiba-tiba dan tidak melihat kalau di belakangnya ada seorang perempuan yang berdiri di belakangnya. Sialnya, perempuan itu sedang memegang gelas berisikan red wine.

Tak perlu diceritakan, kalian pasti tahu apa yang terjadi kan setelahnya?

Ya... baju perempuan itu basah karena ketumpahan red wine yang tadi tertabrak Oriana karena melakukan gerak berbalik tiba-tiba.

"Maaf..." Oriana tahu kata-kata itu tidak cukup membuat suasana menjadi lebih baik... apalagi membuat gaun bewarna peach itu kembali kering. Oriana sudah siap kalau dia akan disemprot.

"Kalau jalan pakai mata!"

Oriana ingin tertawa tapi dia menahannya. Keliatannya aja perempuan yang ada di hadapannya ini anggun. Pas marah ya nggak jauh beda sama preman pasar. Kasar!

"Maaf..."

Perempuan itu memotong ucapan Oriana. "Kamu nggak tahu kan berapa harga gaun ini? Dan gimana saya menyiapkan diri untuk acara hari ini?" protesnya dan seperti ingin menelan Oriana hidup-hidup.

Oriana tahu berapa harga yang dipakai perempuan itu. Memang sih mahal tapi membelinya selusin pun tidak akan membuat Oriana jatuh miskin. Alih-alih membalas perkataan si perempuan yang bajuya baru saja tersiram red wine, Oriana mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

"Kanya, aku habis menumpahkan red wine ke salah satu gaun yang dibeli pelanggan kamu. Aku bisa minta tolong?"

Oriana melirik perempuan itu yang tampak penasaran dengan pembicaraannya bersama Kanya—sang desainer yang merancang pakaian perempuan itu yang kebetulan adalah teman baik Oriana.

Seorang laki-laki tampan datang menghampiri mereka. Perempuan itu langsung merajuk manja menceritakan kejadian tadi, seolah-olah apa yang baru saja terjadi adalah sebuah bencana nasional.

"Tolong kamu buatkan dua gaun yang spesial sebagai permintaan maaf untukku. Kenapa? Oh sebentar."

Oriana menoleh dan menanyakan nama perempuan tadi karena Kanya ingin tahu.

"Belinda Wijaya namanya. Okay, thanks a lot! Bye..." Oriana pun mematikan sambungan teleponnya bersama Kanya.

"Saya sudah menelepon Kanya dan dia akan membuatkan 2 gaun untuk kamu sebagai permintaan maaf saya."

Oriana pikir masalah selesai, tapi nyatanya perempuan itu masih memasang muka kesal.

"Lalu bagaimana dengan gaun yang saya pakai hari ini?" tanyanya sinis.

Sial! Pekik Oriana dalam hati. "Jadi mbak maunya gimana?"

"Saya tetap mau menghadiri acara ini dan kamu harus mencarikan gaun yang baru untuk saya sekarang juga!"

Kalau hal ini terjadi pada Oriana, yang dia lakukan adalah pulang. Iya dia tidak akan ambil pusing, toh yang terjadi pun memang sebuah ketidaksengajaan. Ini perempuan minta dikarungin banget deh!

"Aku antar kamu pulang aja ya, Sayang. Ganti baju nanti kita balik ke sini lagi..."

Perempuan tadi tetap menggeleng dan sepertinya memang sengaja ingin membuat keadaan sulit. Lebih tepatnya, dia ingin menyulitkan Oriana.

"Aku nggak mau! Sebentar lagi acara mau dimulai. Di jalan juga pasti macet..."

Lelaki itu menarik tangan Belinda dan menjauhi Oriana. Lima menit kemudian lelaki tampan itu kembali seorang diri.

"Maafin pacar saya ya. Saya sudah bujuk dia dan dia mau pulang untuk ganti baju." Usai mengucapkan maaf, lelaki itu pamit untuk pergi.

Dan, sepersekian detik pikiran Oriana terdistraksi. Kenapa Tuhan nggak adil? Kenapa perempuan resek begitu, bisa punya pacar yang ganteng, charming, baik hati dan tidak sombong!

Ya Tuhan, semoga mereka nggak langgeng!

Belakangan, Oriana baru tahu dari Kanya... kalau lali-laki itu bernama Argani Hanan.

Itulah pertemuan pertama Oriana bersama suaminya.

***

Enjoy, Dear!

AyanaKamila.

Oriana's Wedding Diary (Akan Tersedia Di Gramedia 8 Mei 2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang