Di Starbucks Pacific Place, Oriana duduk seorang diri di salah satu sofa dan tengah membaca draft naskah yang baru saja dia terima dari Buterfly, salah satu production house yang ingin menawarinya untuk memerankan salah satu tokoh utama di film berjudul 'Behind The Reds'.
Perannya kali ini adalah antagonis. Dan ini justru membuat Oriana tertarik untuk mencobanya. Tapi sebelum dia mengambil keputusan, Oriana ingin membicarakannya lebih dulu bersama Mea—manajernya.
Baru saja dipikirkan, sosok Mea dengan dress santainya muncul di depan gerai. Gadis itu tersenyum dan melambaikan tangan pada Oriana dan memesan minum dulu sebelum menghampiri Oriana.
Miera Nasrudin, nama lengkapnya tapi gadis itu lebih suka dipanggil Mea. Alasannya? Katanya sih biar lebih kekinian. Oriana pun akhirnya terbiasa memanggil Miera dengan panggilan Mea.
Mea adalah sahabat dari Riandra—adik sepupunya. Awalnya Mea hanya sementara saja membantu Oriana, tapi lama kelamaan mereka dekat dan cocok... jadilah sampai sekarang hubungan kerja mereka berlangsung awet.
"Lama ya? Sorry ya, tadi adek gue maksa minta anterin dulu," jelas Mea sambil memegang gelas kopinya.
"Nggak sih, gue juga belum lama."
"Gimana suami di rumah? Sehat?"
Kalau boleh, Oriana ingin sekali cerita tentang surat perjanjian bangsat itu pada Mea!!! Tapi dia masih memiliki etika yang dijunjung tinggi olehnya bahwa janji adalah janji.
"Suami gue ya di kantor. Sehat wal afiat dan makin ganteng!" untuk kata terakhir Oriana tidak berbohong, setiap hari walaupun cuma beberapa menit mereka berpapasan, Arga itu laksana pangeran berkuda... kuat, berkarakter dan ganteng! Bikin Oriana keki setengah mati karena cuma bisa mandangin aja.
"Hahaha... tapi udah seneng dong ya! Kan udah jadi milik sendiri, mau diapain juga suka-suka."
Ahhh, andai bisa begitu jalan ceritanya! Oriana hanya nyengir, dia tidak ingin berbohong pada Mea. Dosaaaa...
"Tapi gossip dia maho itu bener nggak sih?" lalu Mea memajukan majunya dengan suara berbisik, "Dia hot nggak di ranjang?"
"Maho??? Gossip dari mana?" seketika Oriana tidak terima suaminya dibilang maho.
"Gue sempet denger aja sih! Makanya gue klarifikasi sama lo... Dia napsu nggak sama lo?"
Sialll... dipegang-pegang aja nggak pernah. "Menurut lo gimana?"
"Panas ya? Duhhh... gerah gue!!!" ucap Mea dengan wajah menggoda.
"Hahahaha, kalau dia nggak bisa muasin gue di atas ranjang, mana mau gue tetep jadi istrinya."
"Yaiyalah, gila aja dia kalau nggak napsu sama lo! Body aduhai kayak gitar spanyol, muka cakep, cinta mati pula sama dia."
Kontan bibir Oriana mengerucut, kenapa si Mea masih ingat tentang perasaannya pada Arga sih? Obrolan tentang Arga harus segera dihentikan.
"Eh by the way, draf naskah dari Butterfly udah gue baca. Gue suka naskahnya, apalagi di film itu nanti gue jadi peran antagonis. Gimana menurut lo, Me?"
"Lo suka?" tanya Mea tak percaya.
"Gue mau ambil ah."
"Kemaren udah ngobrol sama Ray, dia yang nanti jadi sutradara."
"Ray???"
"Iya Ray, mantan pacar lo itu!!! Gue pikir lo udah tau kalau nanti yang jadi sutradara si Ray. Gimana masih mau ambil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oriana's Wedding Diary (Akan Tersedia Di Gramedia 8 Mei 2017)
Chick-LitWarning: Sebagian cerita telah dihapus demi kepentingan penerbitan "Kamu boleh mencintai orang lain dan aku nggak akan ngelarang," Oriana menggigit bibirnya. Iya atau tidak sama sekali, pikirannya bercabang. Dia pun memilih untuk hancur, sehancurnya...