1

4.5K 78 0
                                    

Sasi's POV

"Dek, kamu harus kesini sekarang juga. Kakak gak mau tau, 10 menit oke. I wait u now."

Tut..tut...tut..

"Huh kakak nyebelin. Selalu gitu. Mentang-mentang situ bos gue, seenaknya aja nyuruh-nyuruh." omel gue sambil lihatin ponsel pintar punya gue yang gak salah.

Oke gue tau kalau dia tu seneng banget ngerjain gue dari kecil. Katanya gue tu imut-imut gitu kalau lagi sebeeel.

Padahal dia punya Sekretaris seksi yang selalu pakai baju kurang bahan. (Biasanya mata cowok suka yang gitu.)

You.. Do you remember me
Like i remember you

Ganggu orang ngomel aja. Eh ternyata pak bos yang telepon.

"Iya-iya kak aku kesana. Ini lagi jalan. Sabar dikit napa."

"Cepet. Ada yang pengen ketemu kamu."

"Iya bawel." langsung gue tutup tu telepon.

Oke sambil jalan ke ruangan kakak, kita kenalan dulu yuk.

Nama gue Sasmita Nadia Hansako. Biasa dipanggil Sasi Lahir di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1991. Dan ehm......... lajang.

Gue gak punya pacar bukannya gue gak laku. Tapi karena gak ada yang ngedeketin gue.

Hahaha bercanda kali. Gue maunya langsung nikah. Banyak yang ngedeketin gue. Tapi gue anggap mereka sebatas temen. Gak lebih.

"Lho mbak Sasi. Cari Pak Dimas ya." Sekretaris seksi kakak gue ngagetin aja.

"Eh Mbak Nita. Iya nih ada jan..."

"Sasi, cepat masuk. Saya sudah nunggu kamu lama sekali. Lelet banget." kata Kak Dimas dengan muka datar keluar dari ruangannya.

"Iya pak." jawabku sambil berjalan kearahnya.

Kenapa gue formal banget sama kakak gue? Karena disini gak ada yang tau kalau gue adiknya kak Dimas.

Gue sengaja tutupin ini semua karena gue pengen punya temen yang tulus ke gue. Dan gue juga pingin kerjanya mandiri dari hasil usaha gue masuk ke perusahaan ini.

Soal nama gue ada Hansako nya, itu nama bokap gue dan gak gue pakai di perusahaan ini.

"Sasi, kenapa kamu bengong? Masuk." suaranya udah mulai meninggi. Gak sadar kalau dari tadi gue nglamun lihatin mukanya yang nyebelin itu.

Tanpa menjawab perintahnya, guepun masuk ke dalam ruangan Kak Dimas yang super BIG.

"Sasi, jangan bengong. Cepat duduk." Perintah Kak Dimas.

"Iya kak. Lho ada Om Danu." gue menatap Om Danu dengan tersenyum. Lalu menyalaminya.

Beliau adalah pengacara papa sejak Kak Dimas masih kecil. Jadi ya gue kenal Om Danu beserta keluarganya yang super duper ramah tamah itu.

"Baiklah bisa kita mulai sekarang?" Kak Dimas membuka pembicaran.

"Baiklah nak Dimas. Saya akan menjelaskan tentang maksud kedatangan saya kesini. Sebentar." Om Danu mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya.

"Ini. Ada surat wasiat dari orang tua kalian. Pak Han menitipkan ini ke saya dan saya harus memberikan surat ini kepada Sasi ketika usianya 25 Tahun. Silahkan dibaca." lanjut Om Danu dan memberikan map kepada gue.

Gue buka map itu dan gue baca perlahan dan dengan teliti.

Wasiat ini harus di beritahukan kepada Sasmita Nadia Hansako ketika berusia 25 Tahun.

1. Ia akan menjabat sebagai wakil Direktur.
2. Ia telah memiliki saham 40% di perusahaan Han's group.
3. Ia akan menikah dengan pria yang bernama Bara Ananda Putra.
4. Setelah menikah, pertahankan pernikahan kalian.
5. Maafkan kami.

"Maaf saya tidak setuju dengan poin yang ke 3 dan 4. Saya harus segera pergi. Pekerjaan saya masih banyak." Gue meletakkan kertas yang gue baca ke meja dan langsung pergi gitu aja.

"Mbak Sasi kenapa nangis? Habis di marahi Pak Dimas ya? Aduh kasihan." Sekretaris pakaian kurang bahan malah ngledek gue.

"Terserah." jawab gue dengan judes.

Kenapa gue harus nikah sama cowok yang gak gue kenal? Kenapa papa dan mama bikin wasiat seperti itu? Kenapa semuanya jahat sama gue?

"Sasi, tunggu." teriak Kak Dimas sambil mengejarku.

"Apa lagi? Udah puas bacanya? Gue mau pulang sekarang. Gue capek." Bentak gue ke Kak Dimas. Lalu gue tinggalin gitu aja. Gue benci sama semuanya.

------------------------

Dompet, hp, kaca, dan sisir gue masukin ke dalam tas. Gue pengen cepet-cepet pulang dan tidur. Semoga gue sekarang lagi mimpi buruk dan pengen cepet-cepet bangun.

"Sas lo mau kemana?" Gina, sahabat gue tiba-tiba muncul. "Lo nangis ya. Ada apa?" lanjutnya.

"Gue lagi gak enak badan Gin. Gue pulang dulu ya. Bye." pamit gue.

'Sorry ya Gin gue bohongin lo.' Ungkap gue dalam hati.

------------------

Gue sekarang berada di depan makam mama dan papa. Orang tua gue meninggal karena kecelakaan 3 tahun yang lalu. Itu semua yang membuat Kak Dimas jadi dingin ke semua orang.

"Hay pa, ma. Apa kabar? Udah lama ya Sasi gak kesini. Sasi kangen banget sama kalian. Oh iya, ini aku bawa bunga buat mama dan papa." Gue meletakkan bunga mawar merah dan putih di atas makam orang tua gue.

"Ma, pa, kenapa kalian nyuruh aku menikah dengan laki-laki yang gak aku kenal dan gak aku cintai? Aku sekarang harus gimana? Menerimanya atau menolak?" Gue nahan air mata sebisa mungkin.

Gue diam sejenak.

"Ma, pa, karena ini dari wasiat kalian, so akan aku terima. Aku akan berusaha mencintainya dan mempertahankan rumah tangga kami. I love u mom and dad. Aku pulang dulu ya. Bye." Gue berdiri dan pergi.

'Ya Allah kenapa hidup aku rumit gini ya? Semoga Engkau mudahkan jalan hidup hambaMu ini Ya Allah. Amiin.'



AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang