14

1.3K 33 0
                                    

Author POV

"Mas Bara."

"Sasi."

"Ma, pa, maksudnya apaan ini?" protes Bara.

"Loh kok maksudnya apa sih. Kamu gak suka makan malam sama istri kamu? Kamu lebih seneng tinggalin istri kamu terus kamu makan malam sama cewek ular berbisa itu. Iya?" Silvi mulai emosi.

Ia bisa melihat ekspresi anaknya yang tidak menyukai Sasi berada satu ruangan dengan Bara.

"Cewek ular berbisa siapa maksud mama?" Bara membutuhkan penjelasan dari mamanya.

"Hah pakai nanya lagi. Siapa lagi kalau bukan MANTAN kamu yang mau nguras harta kita itu." Silvi menekan kata mantan.

"Nata maksud mama?" Bara masih bingung dengan siapa yang dimaksud mamanya itu.

"Sayang, maksud mama apa sih?" Bara menatap Sasi.

"Hebat ya akting kamu. Kenapa gak jadi artis aja?" Kata Silvi dengan menggebu-gebu.

"Mama mulai kemana-mana deh ngomongnya." Bara berpura-pura tidak mengerti apa yang diucapkan Silvi.

Plaaaaaak

Silvi menampar Bara dengan keras.

"Dasar anak gak tahu malu. Ayo kita pergi pa." Silvi mengambil tasnya.

"Sasi kamu ikut mama apa mau ngurus suami kamu yang gak tahu di untung ini?" Tawar Silvi.

"Maaf ma aku mau disini menemani Mas Bara." Sasi menghampiri Bara yang memegangi pipinya.

"Terserah." Silvi langsung melangkah keluar.

"Mas kamu apanya yang sakit?" Sasi langsung mengecek keadaan suaminya.

Braaaaak

"Aduuh.." Erang Sasi kesakitan karena punggung dan kepalanya membentur meja akibat dorongan Bara yang kuat.

"Jangan dekati gue." Bara berusaha berdiri untuk keluar.

Tapi sebelum keluar, jalan Bara terhalangi karena Sasi tiba-tiba pingsan didepannya.

"Ya Allah Sasi, kamu kenapa?" Bara langsung melihat kondisi Sasi.

Ia tahu kalau Sasi pingsan dan langsung menggendongnya untuk dibawa ke rumah sakit.

Bara's POV

Ya Allah, gue beneran nyesel udah dorong Sasi. Sekarang dia harus masuk IGD.

Mama bakal marah besar sama gue kalau tahu semua ini.

"Anda keluarganya Nona Sasmita?" Seseorang yang berpakaian dokter menghampiri gue.

"Iya dok, saya suaminya. Bagaimana keadaan istri saya dok?" Gue mulai panik. Semoga gak terjadi apa-apa.

"Istri anda akan dipindah di ruang perawatan. Dan anda mari ikut keruangan saya." Ajak dokter tersebut dan gue mengikutinya.

----------------------

"Istri anda sedang mengalami syok berat, terlalu banyak pikiran, kelelahan, dan ada luka memar di punggungnya." Jelas Dokter.

Gue kaget banget ketika dokter bilang ada luka memar di punggung Sasi.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya dok. Saya mohon." Gue gak mau Sasi kenapa-kenapa.

Ini semua salah gue.

"Iya pak. Anda juga harus menjaga istri anda. Membuat ia bahagia itu akan mempercepat kesembuhannya. Nyonya Sasmita akan dirawat untuk sementara waktu. Jika keadaannya membaik, dia diperbolehkan pulang. Untuk saat ini istri anda masih belum sadar."

Gue harus bilang apa ke mama, papa, dan Kak Dimas?

"Terima kasih dok. Saya akan menunggu istri saya." Gue menjabat tangan dokter tersebut.

Gue janji dengan diri gue sendiri. Gue bakal batalin pernikahan gue dengan Nata dan membahagiakan Sasi. Tidak akan ada kekerasan lagi.

Gue menerima menikah dengan Sasi. Sekarang gue harus bisa menerima dirinya.

Sekarang gue mau beli bunga dulu sebelum menjenguk Sasi. Dia pasti bahagia.

-------------

"Loh, Bara. Kamu udah pulang dari Bali?" Nata tiba-tiba muncul di hadapan gue.

"Mau beliin aku bunga ya?" Tebak Nata.

"Minggir. Jangan GR ya. Oh iya mumpung kita ketemu, gue mau bilang kalau hubungan kita cukup sampai disini. Dan gue batalin pernikahan kita." Jelas gue.

"What? Bara.. Maksud kamu apa?" Nata kelihatan bingung dengan apa yang gue katakan.

"Gue udah nikah. Sasi adalah istri gue. Udah ya. Jangan dekati gue lagi. Mungkin yang dikatakan mama itu benar. Lo datang lagi ke kehidupan gue untuk mengeruk harta kekayaan gue. Gue tau kok kalau orang tua lo itu udah mulai bangkrut. Jadi mulai sekarang, gue minta tolong ke elu. Jangan temui gue, jangan hubungi gue, dan jangan ganggu rumah tangga orang lain. Permisi, bye." Gue tinggalin gitu aja Nata.

Gue gak jadi beli bunga. Langsung aja gue ke rumah sakit lagi. Gue mau melihat keadaan Sasi.

Mungkin ini yang namanya cinta sama istri sendiri.

Sebenarnya gue masih gengsi temuin Sasi. Tapi dia adalah istri gue. Gue harus hilangin rasa itu.

Oh iya, gue udah mengakui bahwa Sasi adalah istri gue. Setelah dia keluar dari rumah sakit, gue bakal ajak dia tidur di kamar gue. Gue bakal makan masakan dia. Dan gue akan jaga perasaannya.

Gue mulai mencintainya.

AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang