Sasi's POV
Pagi ini gue masak capjay, ayam bumbu kecap, cumi crispy, dan sup iga. Pasti suami gue seneng banget pagi-pagi udah ada masakan.
Gue laper banget semalam gak makan. Gue ini orangnya doyan makan apa aja. Tapi bersyukur gue gak bisa gemuk. Jadi ya badan gue segini-gini aja
"Loh nyonya sudah disini." Bi Inah berjalan menuju ke arahku.
"Eh Bi Inah. Iya bi ini aku bikin sarapan." jawab gue sambil tersenyum.
"Wah biar saya saja nyonya yang masak." Raut muka Bi Inah mulai ketakutan.
"Gak papa bi. Aku bisa masak kok. Ini udah selesai. Oh iya gimana masakan semalam bi? Enak?" tanya gue. Walaupun gue anak pengusaha sukses, gue gak pernah dimanjakan. Gue harus bisa hidup mandiri. Gue masuk ke dapur bantuin mama masak, kamar gue rapiin sendiri, cuci baju sendiri. Yaa walaupun di rumah gue ada pembantu, tapi orang tua gue selalu mengajarkan bahwa kita harus bisa mandiri.
"Enak sekali nyonya. Nyonya pintar masak ya. Tuan Bara hebat sekali kalau memilih istri." Bi Inah kasih gue dua jempol.
"Hahahaha bibi bisa aja." Tawa gue meledak ketika mendengar Mas Bara hebat memilih istri. Padahal dia benci banget sama gue.
"Heh orang gila, kalau ketawa lihat tempat. Jangan di rumah gue." Suara bariton itu masuk ke dalam dapur.
"Ma-maaf mas. Mau aku bikinin minum apa mas?" Gue kaget melihat Mas Bara masuk ke dapur yang masih menggunakan pakaian semalam.
"Gue gak sudi makan atau minum bikinan lo. Jadi gak usah sok baik sama gue." Mas Bara tetap dingin sama gue. Dia ngomong sambil nunjuk-nunjuk gue.
"Bi bikinin kopi dan pancake ya. Aku tunggu di ruang kerja." Mas Bara menatap gue dengan tajam.
"I-iya tuan." Bibi ketakutan ketika melihat Mas Bara yang sedang marah dan langsung mengerjakan apa yang disuruh Mas Bara.
"Mas, aku mandi dulu ya. Aku harus ke kantor." Gue gugup plus takut masih ditatap tajam suami gue.
"I don't care." Mas Bara meninggalkan gue dan Bi Inah.
Sabar-sabar. Gak boleh marah sama suami. Hadapi semuanya dengan ikhlas.
"Bi aku ke atas dulu ya. Tolong makanannya dipindah ke piring. " Gue pamit ke Bi Inah.
"Iya nyonya." Bi Inah tersenyum ke gue.
------------------------
Mandi udah selesai, pakai sedikit polesan make up juga udah selesai.
Eh bentar deh, ini kan udah jam 8 lebih 15 menit. Mobil gue masih di rumah Kak Dimas. Gue berangkat naik apa? Rumah ini kan jaraknya jauh dari kantor. Kalau gue naik taksi bakal telat. Oh iya suruh jemput Kak Dimas aja. Gue juga gak mungkin minta tolong anterin gue kerja sama Mas Bara.
Oke sekarang mending telepon Kak Dimas.
Gue mengambil hp yang ada di atas kasur dan menelepon Kak Dimas.
"Hallo kak."
".....………"
"Kak jemput aku ya. Aku nebeng ke kantor. Entar pulang kerja aku ambil mobil di rumah."
".....……"
"Dia lagi sibuk kak. Gak bisa di ganggu gugat."
"…………"
"Iiish mulai deh. Please deh kak jemput aku. Pokoknya jemput aku titik. Aku gak mau tahu."
"……………"
"Awas aja kalau bohong. Oke aku tunggu setengah jam lagi."
Tuuut tuuuut tuuuuut.
Oke sekarang saatnya turun ke dapur. Isi perut dulu.
-----------------
"Bibi, makanannya udah siap?" Gue masuk ke dalam dapur.
"Ya ampun nyonya. Ngagetin aja. Ini sudah saya pindahin ke piring. Silahkan sarapan nyonya." Bibi mempersilahkan gue sarapan.
"Iya bi makasih. Sebentar lagi aku mau berangkat. Nanti sore mau mampir ke supermarket. Bibi mau titip apa? Atau kebutuhan rumah ada yang habis?" Tawar gue.
"Gak usah nyonya. Semuanya masih penuh. Tadi malam mamanya Tuan Bara datang bawa kebutuhan rumah."
"Mama datang bi? Kok aku gak tau?"
"Iya nyonya. Nyonya Silvi semalam datang setelah nyonya masuk kamar." Jelas Bi Inah.
"Oh ya udah nanti aku sekalian ke rumah mama. Aku berangkat dulu ya bi. Aku di jemput kakakku. Tolong pamitkan ke Mas Bara ya. Aku gak berani nemuin Mas Bara bi. Aku berangkat dulu bi. Assalamu'alaikum." Gue beranjak dari meja makan.
"Ya sudah hati-hati nyonya. Nanti aku sampaikan. Wa'alaikum salam." Jawab Bibi.
Bi inah ini sudah bekerja di Keluarga Mas Bara selama 10 tahun. Cerita mama gitu sih.
"Hay girl, aduh kakak kangen banget sama kamu. Maafin kakak ya udah cuekin kamu terus. Rumah sepi banget gak ada celotehan kamu." Kak Dimas turun dari mobilnya dan langsung memeluk gue.
"Ih kakak apaan sih pakek peluk-peluk. Udah ah berangkat yuk." Gue tarik tangan kakak.
"Masak udah lupa kalau kamu udah punya suami? Seharusnya pamit dulu sama aku." Suara Mas Bara menghentikan langkahku. Buset deh ni suami. Maunya apa sih?
"Ma-maaf mas. Aku pamit berangkat kerja ya. Nanti aku pulang telat. Mau ambil mobil, mampir ke supermarket, dan mampir ke rumah mama. Boleh kan mas?" Gue mendekati Mas Bara.
"Iya boleh. Hati-hati di jalan ya sayang." Mas Bara tersenyum ke gue. Gue balas senyumannya itu.
Cup
"Hati-hati ya sayang. Kak tolong jaga istriku ya. Kalau matanya lirik-lirik yang lain, lapor aja ke aku kak." Gurau Mas Bara ke Kak Dimas.
"Siap. Gue berangkat dulu ya. Bye." Kak Dimas melambaikan tangan ke Mas Bara.
"Kok diem aja sih say? Masih kurang yang semalam? Terlalu kuat ya sampai pingin lagi?" Mas Bara tersenyum sambil mengedipkan mata.
Ya Allah makhluk apa suamiku ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BAHAGIA BERSAMAMU
Romance(COMPLETED) Aku menerima kamu apa adanya walaupun kamu seperti itu denganku. Aku tau kalau Tuhan sedang mengujiku. So, sabaaaar.. Aku yakin suatu saat kau akan berubah. Sasmita Nadia Hansako --------------------- Hallo guys.. Ini cerita aku yang ke...