16

1.4K 35 1
                                    

Author POV

"Hay sayang, gimana kabarmu nak?" Saat Sasi bangun dari tidurnya, ia melihat Silvi.

"Mama. Kok tahu aku disini?" Sasi bingung.

"Bara yang kasih tahu mama nak. Ehm.. Kamu sarapan dulu ya. Ini makanannya sudah datang. Mama suapin ya." Silvi mengambil makanan yang ada di nakas.

Sasi mengangguk. Silvi sangat menyayangi Sasi. Ia tahu penderitaan Sasi setelah orang tuanya meninggal. Dan sekarang, anaknya sendiri menyakiti hati Sasi.

"Sasi. Ya Allah dek kamu kok bisa masuk rumah sakit sih?" Dimas tiba-tiba masuk ke ruang rawat inap Sasi. Bara memberitahu Dimas lewat telepon.

"Kakak? Kakak gak kerja? Kok kesini." Tanya Sasi.

"Kamu tu ya. Orang mau jenguk adeknya malah ditanya kerja. Gimana sih." Dimas kesal dengan apa yang dikatakan Sasi. Namun Sasi hanya tertawa melihat tingkah laku Kakaknya.

"Ehem." Silvi berdehem.

"Eh ada tante. Maaf gak tahu te." Dimas cengengesan.

"Kebiasaan kamu tuh Dim. Masak tante segede gini gak kelihatan." Kata Silvi.

"Bukannya gak kelihatan tante, tapi ya namanya orang panik. Gak lihat kanan kiri deh." Dimas membela dirinya sendiri.

"Ya udah dong berantemnya. Mama katanya mau suapin aku." Ujar Sasi.

"He he he iya Sasi. Maaf ya. Ini haaaaaak aeeemm. Pinteeer."  Silvi menyuapi Sasi.

Dimas hanya memandangi dengan tersenyum. Melihat kedekatan Sasi dan Silvi, membuat ia sangat merindukan ibunya.

Silvi menyuapi Sasi hingga makanannya habis.

"Habis deh. Kenyang sayang?" Tanya Silvi.

"Iya ma. Kenyang banget. Gak kerasa kalau udah habis. He he he." Ujar Sasi.

Ceklek..

"Assalamu'alaikum." Bara masuk ruang perawatan Sasi.

Semua orang tertuju pada Bara.

"Wa'alaikum salam." Jawab Dimas dan Sasi. Silvi menatap tajam Bara.

"Ngapain kamu kesini?" Tanya Silvi sinis.

----------------------------

Bara's POV

"Ngapain kamu kesini?" Tanya mama sinis ke gue.

Mama terlihat masih membenci gue. Gue sapa dulu Kak Dimas yang duduk di sofa.

"Hay kak. Apa kabar?" Gue salami Kak Dimas.

"Baik Bara. Kamu sendiri gimana?" Tanya Kak Dimas.

"Alhamdulillah baik kak. Aku ke Sasi dulu ya." Gue balik badan.

"Stop. Ngapain kamu kesini hah?" Mama menyuruh gue berhenti.

"Ma, kak, boleh gak aku ngomong berdua dengan Mas Bara?" Sasi menggenggam tangan mama.

"Baik Sasi. Kalau Bara ngapa-ngapain kamu, kamu teriak aja ya." Ujar mama. Kak Dimas pasti penasaran kenapa mama bilang gitu.

Sasi hanya mengangguk dan tersenyum.

Mama dan Kak Dimas pun keluar. Gue deg-degan banget. Semoga aja Sasi gak nolak gue lagi.

"Hay sayang. Apa kabar?" Gue gak boleh kasar ngomongnya dengan Sasi. Dia membuang muka.

"Ngapain kamu kesini? Bukannya kamu persiapin pernikahanmu?" Ujar Sasi.

"Sayang aku minta maaf. Aku udah batalin semuanya. Aku udah putusin dia." Gue harus bisa meyakinkan Sasi.

"Kenapa? Kasihan Mbak Nata kalau kamu meninggalkannya." Sasi masih belum mau menatap gue.

"Karena aku sadar kalau aku mencintai istriku. Karena aku sadar kalau aku udah punya istri. Karena aku sadar aku telah menikahi wanita yang luar biasa." Gue ungkapin seluruh isi hati gue.

"Bohong." Sasi gak percaya.

"Demi Allah Sasi. Aku mencintaimu. Aku bener-bener nyesel apa yang sudah aku lakuin ke kamu. Maafin aku Sasi." Gue berlutut. Entah Sasi melihatnya atau enggak.

"Kamu boleh hukum aku apapun yang kamu mau. Tapi tolong jangan menolakku Sasi." Air mata gue mulai keluar.

"Mas, aku maafin kamu." tiba-tiba Sasi berada di samping gue sambil memegang bahu gue.

"Ya Allah Sasi, kapan kamu ada disini?" gue kaget banget. Dia berdiri di samping gue sambil memegangi infusnya.

"Aku maafin kamu mas." Sasi tersenyum ke gue.

"Kamu serius Sasi?" Gue pegang bahunya.

"Iya mas. Aku maafin kamu." Sasi tersenyum ke gue.

"Sasi, kamu serius?" Tanya gue sekali lagi.

"Iya Mas Bara, aku serius." Sasi ketawa.

"Ya Allah Alhamdulillah. Makasih sayang. Aku janji aku gak akan ngelakuin kesalahan yang sama. Aku akan berusaha membahagiakan kamu. Aku janji sayang." Gue memeluk Sasi dengan erat.

Ya Allah, Alhamdulillah aku punya istri yang berhati malaikat.

"Ya udah kita ke ranjang kamu dulu ya. Kamu harus banyak istirahat biar kamu cepet pulang dan bisa masakin aku." Gue membantu Sasi berjalan sampai ke ranjang.

"Aku ke depan dulu ya say." Gue kecup kening Sasi lalu pergi menemui mama dan Kak Dimas.

AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang