8

1.2K 33 0
                                    

Bara's POV

Hari ini adalah hari yang paling nyebelin buat gue. Karena gue harus berurusan sama polisi gara-gara nyium Nata.

Terus mama nelpon gue sambil ngomel-ngomel tentang Sasi. Padahal gue mau nginep di rumahnya Nata.

Waktu udah pulang ke rumah, cewek yang hancurin hidup gue ada di ruang tamu. Nawarin makan malam sama dia.

Hello gue males kali. Gue udah kesel gara-gara nabrak pohon dan urusan dengan polisi, diomelin mama, terus ni cewek malah ngajak gue makan.

Piyaaaarrr

"Aduuuuh suara apaan sih itu." Gue beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar.

"Ya Tuhan.. Eh kelakuan lo tu gak baik banget. Ini guci kesayangan mama lo pecahin. Lo tahu gak kalau harga guci itu 500 juta dan belinya di Paris." Gue sepontan marah lihat gucinya mama di pecahin cewek bangsat ini.

"Ini gak ada yang lain bodoh. Lo tu... Aaaah." Gue mengerang dan mengacak-acak rambut gue sendiri.

"Ma-maaf mas. Aku gak sengaja." dia bilang minta maaf dengan terisak.

"Maaf maaf seenaknya saja lo tu ya. Pokoknya gue gak mau tahu besok pagi setelah gue bangun tidur guci ini udah sempurna lagi di sini." Gue nunjuk meja tempat guci itu.

"Dan gue gak mau tahu gimana cara lo." Langsung aja gue tinggal dia masuk kamar lagi.

Ni cewek bener-bener mau hancurin hidup gue ya. Pusing gue. Mending tidur aja. Besok pagi-pagi gue harus pergi ke Bali ngurusin hotel baru.

Author POV

"Pah kayaknya cewek kejam itu kembali ke Indonesia deh." Silvi duduk di samping suaminya, Deri.

"Siapa sih ma? dari tadi bilang gitu terus." Deri bingung dengan istrinya.

"Selingkuhan papa." Silvi menyilangkan tangan di dada dan membuang muka.

"What? Ya ampun ma. Papa kan setia sama mama. Papa cinta banget sama mama. Gak mungkin papa selingkuh." Deri mencoba merayu istrinya.

"Lagian papa ini masa gak tahu sih yang kita temuin di Restoran tadi."

"Siapa ma?"

"Anak kita sama perempuan jahanam itu makan malam. Si Nata. Papa masa lupa sih?"

"Nata? Oh Nata yang pernah mama usir itu ya."

"Iya. Papa kenapa sih tenang-tenang aja? Bara itu kan udah nikah. Apa cewek itu gak tahu ya kalau Bara udah nikah." kata Silvi sambil memasukkan kakinya ke dalam selimut.

"Mungkin aja Bara belum kasih tahu ke Nata kalau dia udah nikah."

"Mungkin pa. Papa mau bantu mama gak?" Silvi merajuk pada Deri.

"Apa ma?" Tanya Deri.

"Papa kan punya detektif handal, cari tahu dong kenapa cewek itu kembali lagi. Pleaseee pa." Silvi memeluk lengan Deri.

"Iya besok ya ma." Deri masih sibuk membaca bukunya.

"Gak mau. Pokoknya harus sekarang. Mama gak mau tahu." Silvi melepas pelukkannya.

"Ih mama kenapa sih kok gitu. Biasanya gak pernah kayak gini. Mama tahu gak, sifat mama kayak waktu hamil Bara."

Silvi terkejut dengan ucapan suaminya. Tapi yang ia rasakan tidak ada yang aneh.

Daripada berdebat dengan suami tercinta, Silvi tidur membelakangi Deri.

"Yaah mama kok tidur duluan sih. Papa kan masih kangen." Deri memeluk istrinya dari belakang.

"Apaan sih pa. Mama ngantuk. Manja banget." Silvi mulai sinis.

"Ya udah cium papa dulu kalau mama mau tidur duluan. Papa bakal gangguin mama kal....."

"Kalau mama gak cium papa gitu? Ancamannya gitu terus." Belum selesai Deri berucap sudah di timpali istrinya.

"Hehehehehe." Deri hanya bisa tertawa.

"Dasar papa modus. Udah ya pa. Good night my love." setelah mengucapkan selamat malam, Silvi langsung menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Deri hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya yang mulai aneh.



AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang