Sasi's POV
Kepala gue pusing banget. Gue buka mata dan sekarang gue ada di ruangan yang bercat putih. Gue dimana ini?
"Mbak sudah sadar? Sebentar ya mbak saya panggilkan dokter dulu." cewek itu pergi.
Aduh gue sekarang di rumah sakit. Terakhir kali gue ingat Mas Bara dorong gue. Lalu semuanya gelap.
"Hay mbak. Sebentar ya saya periksa dulu." Dokter memeriksa gue.
"Anda harus istirahat total sampai besok disini ya mbak. Permisi." Dokter tersebut pamit ke gue.
"Dok, saya kenapa?" Gue takut kalau terjadi apa-apa sama diri gue.
"Anda hanya kelelahan dan terlalu banyak yang dipikirkan." Jelas singkat dokter itu.
"Baiklah silahkan istirahat. Saya pergi dulu." Setelah selesai memeriksa gue, dokter itupun pergi.
Siapa ya yang bawa gue ke rumah sakit? Gak mungkin Mas Bara. Dia kan masih benci banget sama gue.
"Hay." Mas Bara menyapaku dengan penuh senyuman.
"Stop Mas. Jangan dekati aku. kalau kamu ingin membunuhku, silahkan. Aku siap. Aku tahu kamu menginginkanku pergi jauh dari hidupmu agar kamu dan Nata bisa menikah dan hidup bahagia berdua. Iya kan mas?" Gue mengeluarkan isi hati dan air mata gue.
Mas Bara langsung mendekati gue dan memeluk gue dengan erat. Gue pukulin dadanya. Gue gak mau dia memberikan harapan palsu.
"Kamu jahat mas, kamu jahat.. Hiiikss hiiikss."
"Ssttt maaf Sasi. Maaf. Aku salah. Maaf." Mas Bara berulang kali meminta maaf pada gue.
"Pergi kamu.. Pergi... Hiiiiks." Gue udah gak kuat mukulin Mas Bara. Gue capek hadapinnya.
"Maaf Sasi maaf. Aku mohon please maafin aku."
"Pergi... Aku mohon." Kepala gue sakit banget. Semuanya jadi gelap lagi.
Bara's POV
Gue gak menyangka kalau Sasi bakal tolak gue seperti ini.
Jalan satu-satunya adalah gue harus minta maaf ke mama dan papa agar mereka bisa bantu gue kembali lagi ke Sasi.
Sekarang gue harus ke rumah papa.
-------------------
"Ngapain kamu kesini?" Kata mama ketus ke gue.
"Ma, pa, aku minta maaf. Maaf kalau aku jadi anak durhaka. Maaf kalau aku sudah mempermalukan kalian." Gue berlutut di depan mama dan papa.
"Minta maaf dulu dengan istrimu. Lalu minta maaf dengan kami." Kata papa.
"Sasi menolakku pa. Sasi mengusirku. Dia masuk rumah sakit gara-gara aku. Dia takut denganku." Aduh gue keceplosan bilang kalau Sasi masuk rumah sakit.
"What? Sasi masuk rumah sakit? Kamu apain dia hah? Kamu apain?" Mama mengguncang tubuh gue.
Gue gak bisa jawab. Gue beneran takut dengan mama dan papa.
"Jawab Bara. Jangan jadi pengecut. Jangan jadi pecundang." Mama meneriaki gue.
"Mama, sabar." Papa mengusap punggung mama.
"Biarin pa. Anak ini gak bisa didiamin. Dia udah bikin Sasi masuk rumah sakit." Mama tunjuk-tunjuk gue.
"Kamu mau bunuh Sasi biar kamu bisa nikah dengan ular itu hah? Iya kan?" Mama mulai terisak.
"Enggak ma. Aku udah putusin Nata. Aku dan Nata itu udah gak ada hubungan apa-apa lagi ma. Aku juga udah kasih tahu Nata kalau aku udah nikah." Jelas gue.
"Mama gak percaya." Mama berjalan mundur menjauhi gue.
"Pa ayo kita ke rumah sakit." Lanjut mama sambil menarik tangan papa.
"Kamu jangan temuin Sasi sampai dia yang minta kamu datang. Awas aja kalau mama lihat kamu temuin Sasi." Mama langsung meninggalkan gue.
Jujur sakit banget hati gue dengar ucapan mama. Tapi hue tahu inilah yang namanya karma.
Terus gue harus gimana lagi biar Sasi bisa maafin gue?
Apa ini yang Sasi rasain saat gue sakitin dia?
Ya Allah ampuni hamba. Hamba sudah berbuat kasar terhadap istri hamba. Hamba sudah menyakiti hatinya Ya Allah. Bantu hambaMu ini untuk menyelesaikan segala masalah ini. Amiin.
Author POV
Silvi tidak menyesal dengan perkataannya terhadap Bara.
Ia ingin memberi pelajaran terhadap anak semata wayangnya itu.
Bukannya ingin menjauhkan sepasang suami istri, tapi Silvi ingin Bara merasakan apa yang Sasi rasakan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BAHAGIA BERSAMAMU
Romance(COMPLETED) Aku menerima kamu apa adanya walaupun kamu seperti itu denganku. Aku tau kalau Tuhan sedang mengujiku. So, sabaaaar.. Aku yakin suatu saat kau akan berubah. Sasmita Nadia Hansako --------------------- Hallo guys.. Ini cerita aku yang ke...