2

2.1K 52 2
                                    

"Saksi sah?"

"SAAAH"

"Alhamdulillah."

Hari ini tanggal 17 Februari, gue Sasmita Nadia Vera resmi menjadi istri dari seorang Bara Ananda Putra yang usianya 2 tahun lebih tua dari gue.

Dan sekarang adalah satu bulan setelah wasiat orang tua gue dibacakan.

Kak Dimas yang selama 3 tahun ini dingin ke gue, sudah mulai sedikit melembut. Ya walaupun hanya sedikit, tapi gue tetep sayang sama dia.

Oke back to pernikahan gue.

Awalnya Bara menolak. Tapi entah karena apa, dia menerima gue. Lebih tepatnya menerima perjodohan ini.

Ijab Qobul hanya didatangi saudara-saudara kami. Tidak ada pesta. Itu kesepakatan kami.

"Selamat ya Brother. Jangan dingin sama istri lo. Punya istri cakep kasihan kalau didinginin. Mending buat gue. Iya gak Mbak Sasi..... Aduh kejam amat lo. Udahlah. Sekali lagi selamat. Semoga.."

"Iya gue udah tau semoga sakinah, mawaddah, warrohmah kan? Alah basi lo Ndre." Kata Bara sambil tersenyum. Semoga saja senyum itu terus ada menghiasi hidup gue.

"Salah lo. Sotoy. Semoga cepet goool. Oke Mbak Sasi gue pamit dulu ya. Takut ada korban jiwa disini. Hiiii ngeri. Bye." pamit Andre ke gue.

Andre adalah adiknya Bara. Lucu juga dia ya.

"Ngapain bengong sayang? Jangan dipikirin omongan Andre gila itu. Anggap aja ada debu lewat." Bara merangkul pinggang gue. Jantung gue serasa berhenti berdetak.

"Ciyeee mesra nih pengantin baru. Menantu mama hari ini cantik banget." Mama mertua tiba-tiba datang ngagetin gue. Dan apa yang terjadi???????

Muka gue langsung merah. 😊

Mama Silvi, mamanya Bara. Beliau sangat baik sama gue. Gue beruntung banget punya mama mertua yang perfect. Seperti mama gue sendiri.

"Lho kenapa nangis nak?" Tanya Mama.

"Aduh maaf. Aku ingat mama." suara gue mulai parau.

"Udah jangan nangis gitu dong. Mama kamu pasti udah tenang disana. Bahkan sekarang mama dan papa kamu bahagia lihat kamu udah nikah. Kita kan juga orang tua kamu. Iya kan pa?" tanya Mama Silvi ke Papa Deri.

"Iya Sayang. Kita semua disini sangat menyayangi kamu kok." Jawab Papa Deri.

"Makasih ma, pa, Mas Bara." Gue masih menitihkan air mata.

"Ehem... Pengantin baru kok nangis. Jangan cengeng. Gak malu apa nangis di depan suami dan mertua." Kak Dimas tiba-tiba datang.

"Bener kata Kak Dimas say. Sekarang kan hari bahagia kita. Jadi kita harus smile. Don't cry." Mas Bara membenarkan kata Kak Dimas. Gue hanya mampu mengangguk dan memeluk Kak Dimas.

"Terima kasih kak atas segalanya. U are the best my brother."

"Sama-sama. Udah deh dek. Jauh-jauh gih dari gue. Peluk tu suami kamu."

"Ih kakak tetep jahat deh sama gue." Bibir gue udah mengerucut. Eh malah semuanya ketawa.

"Oke-oke berantemnya udahan. Sekarang saatnya makan-makan. Ayo ke taman belakang." Ajak Kak Dimas.

"Ayo sayang." Bara kembali merangkul pinggangku dan tersenyum. Aduuuh senyumnya itu looooh bikin hati seeeeer...

---------------------

Hari sudah mulai sore. Para saudara juga sudah banyak yang pulang.

"Kita mau kemana Mas?" tanya gue bingung ketika selesai acara makan-makan di taman, dia narik gue masuk ke dalam mobil.

"Only little surprise. Follow me." Dia tersenyum lagi ke gue. Hari ini dia penuh dengan senyuman.

-----------------------

"Ini rumah siapa mas?" kita sampai di depan rumah yang besarnya hampir sama dengan rumah gue. Tapi tamannya sangat luas.

"Rumah gue. Udah cepet masuk." jawab Mas Bara dengan muka datar.

"I-iya mas." Gue kaget banget lihat mukanya dengan ekspresi datar. Padahal sebelumnya dia penuh dengan senyuman.

Ah mungkin dia kelelahan.

Gue melangkah masuk ke rumah dengan gaya classic modern. Oh My God. Is so wonderful.

"Lo tu suka banget bengong ya. Tuh kamar lo ada disana. Semua kebutuhan lo udah ada dalam kamar itu." Mas Bara nunjuk kamar di lantai 2 sebelah pojok yang bercat orange. Dia langsung berbalik menuju ke kamar dengan pintu bercat putih.

"Ah iya. Dan satu lagi. Kita ini nikah hanya akting di depan orang tua gue, saudara kita, dan kakak lo. Gak lebih. Ingat itu." Lanjut Mas Bara. Gue gak tau harus jawab apa kata-kata Mas Bara yang begitu menyayat hati gue.

Braaaak.

Mas Bara menutup pintunya dengan keras. Air mata gue berhasil lolos melihat tingkah laku Mas Bara yang tiba-tiba berubah 180°.

Belum ada sehari kita menikah, sikap Mas Bara udah kasar sama gue.

"Ya Allah, berilah hambaMu ini kesabaran. Semoga hamba bisa bertahan dan sifat Mas Bara bisa berubah menjadi lebih baik. Jadikan pernikahan hambaMu ini berkah Ya Allah. Amiin." Gumam gue. Semoga Allah mengabulkannya.

Hari ini gue sangat lelah. Lelah tubuh, lelah hati, dan lelah pikiran.

Mending gue sekarang mandi terus tidur.

Huh gue kangen banget sama Kak Dimas. Andai saja kakak, mama, dan papa tahu sikap Mas Bara. Pasti sekarang dia udah babak belur kena tinju duo cowok gue.

"Ma, pa, aku akan berusaha mempertahankan rumah tangga Sasi." Kata gue ngomong dengan angin.

AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang