Bara's POV
Alhamdulillah perjalanan Kalimantan-Jakarta lancar. Jadi gue bisa cepet-cepet temuin Sasi.
Sekarang gue udah di depan ICU tempat Sasi dirawat. Di sini ada mama, papa, Kak Dimas dan Mbak Linda.
"Ma, pa, kak, gimana keadaan Sasi?" Gue bener-bener panik. Serasa hati gue hilang sebelah.
"Kamu masuk nak. Mungkin Sasi nungguin kamu." Papa menyentuh bahu gue seakan beliau memberi kekuatan.
Tanpa disuruh dua kali, gue langsung masuk.
-----------------
Gue gak kuat melihat Sasi terbaring lemah seperti ini.
"Hay Sayang. Apa kabar?" Gue genggam tangannya.
Gue tarik nafas dalam-dalam.
"Maaf." Hanya satu kata itu yang bisa gue katakan sekarang ini.
Gue ngumpulin kekuatan untuk ngomong. Gue tatap wajah Sasi yang pucat.
"Sayang, hari ini setahun pernikahan kita. Kamu bangun ya sayang. Aku udah siapin tempat untuk dinner malam ini."
Mata gue berpindah melihat monitor ke sebelah ranjang Sasi.
"Sayang, aku mohon. Bangun. Maafkan aku yang tadi pagi tidak mengijinkanmu ikut ke Kalimantan. Jangan hukum aku seperti ini."
"Aku udah menyiapkan tiket bulan madu kedua kita ke Jerman. Katanya kamu pengen kita bulan madu disana? Kamu harus bangun sayang."
Gue udah gak kuat menompang tubuh gue. Akhirnya gue berlutut dengan tetap menggenggam tangan Sasi.
Gue ngumpulin kekuatan lagi untuk berdiri.
Disaat seperti ini, tangan Sasi membalas genggaman gue.
"Ya Allah Sasi. Kamu merespon ucapanku?" Gue langsung berdiri dan kembali melihat wajahnya.
Air matanya keluar dari sudut mata.
"Sayangku, aku sangat mencintaimu. Bangunlah." Gue mengusap air matanya dari sudut mata.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitt
Mata gue melihat sumber suara tersebut. Monitor itu menunjukkan garis lurus.
"Dokter, suster, tolooong." Gue berteriak.
Dokter dan beberapa suster datang dengan berlari. Lalu memeriksa Sasi.
Selang beberapa menit. Tubuh Sasi ditutup dengan selimut putih yang semula hanya menutupi tubuhnya sebatas perut.
"Maksud dokter apa kok menutup wajah istri saya?" Gue masih bingung.
"Maaf pak. Istri anda sudah tidak ada. Maafkan kami." Jawab Dokter tersebut.
"Maksudnya istri saya...??"
"Iya pak. Istri anda telah meninggal dunia."
Gue gak percaya.
"Sasi bangun. Jangan tinggalin aku. Kamu jangan bercanda seperti ini sayang. Please maafin aku. Bangun." Gue menggoncang-goncangkan tubuh Sasi.
"Sasi banguuuun." Gue teriak sekencang-kencangnya.
Dokter dan suster hanya terdiam.
"Jangan pergi sayang."
Author POV
"Pa, Bara kok lama banget sih." Silvi gelisah melihat putranya yang tak kunjung keluar.
Deri langsung memeluk istrinya.
"Bara, gimana Sasi?" Dimas langsung menghampiri Bara yang baru saja keluar dari ICU.
Bara hanya bisa menggelengkan kepala.
"Bara jawab." Dimas mengguncangkan tubuh Bara.
Silvi, Deri, dan Linda menghampiri mereka.
"Sasi, udah gak ada." Kata Bara dengan suara pelan. Tapi mereka masih mendengar.
"Apa?" Silvi yang lebih terkejut mendengar perkataan Bara.
"Gak mungkin." Air mata Silvi keluar semakin deras.
"Kamu bohong kan Bara?" Kata Dimas.
"Iya Bara, jangan bohongin kami." Tambah Deri.
"Bara gak bohong. Itu semua benar." Dengan berat hati Bara berkata yang sejujurnya.
Bara's POV
Pagi ini setelah Sasi dimakamkan, gue gak beranjak dari makam Sasi.
Gue masih gak menyangka. Tepat setahun pernikahan kami, Sasi meninggal dunia.
Entah gimana hidup gue setelah kepergian Sasi.
"Hay bro." Anji datang dengan membawa sebuket bunga.
Gue hanya melihat sebentar lalu menatap batu nisan Sasi.
"Ini bunga yang lo pesan dua hari yang lalu untuk Sasi." Anji memberikan bunga tersebut.
"Makasih." Gue ambil bunga tersebut.
"Sayang, ini hadiah satu tahun pernikahan kita. Maaf hanya sebuket bunga." Gue taruh bunga itu di atas makam Sasi. Air mata gue jatuh lagi.
"Yang sabar ya Bara. Gue tahu kok kalau lo benar-benar mencintainya. Tapi ini semua adalah takdir dari Allah yang gak bisa diubah. Kita hanya bisa berdoa. Gue ingat, Sasi pernah cerita ke gue tentang lo mau menikah dengan Nata. Ia hanya bisa bersabar dan mencoba ikhlas." Anji menarik napas.
"Dan sekarang saatnya lo yang bersabar dan mencoba untuk ikhlas. Satu lagi, lo harus selalu ingat kalau hidup kita ini sudah ditentukan oleh Allah sebelum kita lahir. You must be remember this Bara." Lanjut Anji.
"Thanks bro." Anji selalu ada disaat gue sulit seperti ini.
Aku Bahagia Bersamamu, Sasi.
I love you
THE END.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BAHAGIA BERSAMAMU
Romansa(COMPLETED) Aku menerima kamu apa adanya walaupun kamu seperti itu denganku. Aku tau kalau Tuhan sedang mengujiku. So, sabaaaar.. Aku yakin suatu saat kau akan berubah. Sasmita Nadia Hansako --------------------- Hallo guys.. Ini cerita aku yang ke...