5

1.5K 39 0
                                    

"Gimana semalam nih?" Kak Dimas membuka pembicaraan.

"Apanya kak?" Gue bingung apa yang dibicarakan Kak Dimas.

"Ya itu dek. Masa gak tau sih? Yang kata Bara kurang kuat tadi?" Kak Dimas melirik gue.

"Au ah. Oh iya gimana nih posisi aku di kantor sekarang kak? Masih jadi manager atau jadi wakil direktur? Terus gimana nanti kalau orang-orang kantor tau aku anak papa? Terus gimana......" Gue nyerocos aja ke Kak Dimas.

"Bisa gak sih tanya satu-satu. Bingung tau gak dek." Kak Dimas menghela napas. "Sekarang jadi wakil direktur dan kamu memang adik aku dan anak papa." Lanjutnya dengan tegas.

"Tapi kalau mereka gak percaya sama aku gimana kak? Kan semua orang gak tau kalau aku anak pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Nanti mereka ngira aku bohong atau aku nyogok kakak atau aku deketin kakak untuk manfaatin kakak biar naik jabatan?" Gue bener-bener bingung.

"Ingat. Kamu jadi wakil direktur itu karena wasiat papa dan mama. Kamu tau kan wasiat itu apa? A-MA-NAT." Kak Dimas menekan kata amanat.

"Lagian mana ada karyawan yang berani sama atasannya. Kalaupun berani kan tinggal pecat aja." Lanjut Kak Dimas. Kakak gue benar-benar tegas.

"Okay i believe you my good brother."

Tak terasa kita udah sampai di depan kantor. Dan Kak Dimas bukain pintu mobil untuk gue.

"Oh iya. Hari ini pengumuman posisi kamu. Harus siap dek." Kak Dimas mendekatkan bibirnya di telinga gue untuk berbisik. Gue hanya mengangguk.

Gue lihat orang disekitar gue mandangin gue dan Kak Dimas. Memang baru pertama kali ini kita berangkat berdua.

Yang lebih mengejutkan lagi, Kak Dimas narik tangan gue masuk ke lift khusus direktur. Gue gak malu di gandeng seperti ini. Tapi gue masih takut apa kata orang nanti.

Oke rencana selanjutnya adalah gue harus jelasin ke semuanya kalau gue adalah adik kandung Kak Dimas dan anak papa biar gak ada yang salah paham.

Tiiing

"Selamat pagi Pak Dimas. Apa anda sudah sarapan?" mata Mbak Nita berbinar menyambut kedatangan cowok yang di taksirnya. Sampai-sampai gak tau kalau ada gue.

Setelah puas memandangi wajah tampan kakak gue, dia melirik gue dengan wajah meremehkan.

"Pagi. Saya sudah sarapan. Sekarang ikut saya masuk." Perintah Kak Dimas.

"Baik pak."

Kak Dimas masih saja menggandeng tangan gue. Gue tahu dia mau nenangin gue. Atau sekaligus manas-manasin cewek seksi kurang bahan itu ya?

Hahahaha hati gue bersorak. Bisa aja cowok dingin di samping gue ini.

--------------------

"Terima kasih kepada Pak Dimas. Saya sangat tidak menyangka bahwa saya bisa menjadi wakil direktur di perusahaan ini. Mungkin kalian kaget atas kenaikan jabatan saya. Ada satu rahasia yang belum kalian tahu." Gue menarik napas dalam-dalam.

"Saya adalah adik kandung Pak Dimas dan anak kandung pemilik perusahaan ini, Pak Hansako. Awalnya saya ingin mencapai posisi ini dari nol dan saya tidak ingin identitas saya terkuak sehingga saya punya teman yang tulus saat bekerja. Maaf kalau ucapan saya kasar. Tapi saya lega bisa menyampaikan rahasia ini kepada kalian semua. Baiklah sudah saya sampaikan. Terima kasih telah mendengarkan sedikit cerita saya. Sekian dan terima kasih." Alhamdulillah lancar jayaaa. Gue lega banget. Semua karyawan bertepuk tangan setelah gue selesai memberi sambutan.

Kak Dimas tersenyum ke gue. Ini awal gue menjadi wakil direktur. Semoga papa dan mama senang melihatnya.

-------------------

"Assalamu'alaikum... Mama Papa." Gue masuk ke dalam rumah mertua gue.

"Wa'alaikum salam. Ya ampun sayang kok gak bilang sih mau kesini? Kan mama bisa siapin kue." Mama keluar dari dapur.

"Gak usah repot-repot ma. Aku mampir aja habis dari kantor. Oh iya ini aku tadi beli mangga ma. Mama suka kan?" Gue memberikan mangga satu kantong plastik.

"Iya mama suka banget. Aduh anak mama ini pengertian banget deh. Oh iya duduk dulu Sas. Mama mau tanya sama kamu." Mama menyuruh gue duduk.

"Tanya apa ma?" Tanya gue sambil duduk.

"Semalam kamu ada masalah sama Bara? Maaf mama bukannya mau ikut campur urusan rumah tangga kalian. Tapi semalam Bara mabuk." Gue tahu kalau mama khawatir sama Mas Bara. Tapi gue gak akan cerita kalau dia main kekerasan sama gue.

"Mas Bara mabuk ma? Aku pulang dulu ya ma. Ada sesuatu yang penting. Assalamu'alaikum." Langsung gue salim ke mama dan pergi pulang.

-------------------

"Kamu kok tambah cantik sih say. Kamu pulang dari Paris kok gak bilang?" Langkah gue terhenti ketika gue dengar suara Mas Bara di ruang tamu.

"Aku mau kasih kamu surprise say. Aduh aku kangen banget sama kamu sayangku." Hati gue serasa tersayat mendengar ada cewek yang bilang seperti itu ke suami gue. "Katanya kamu mau nikahin aku say. Kapan?" Tanya cewek itu.

"Kita sekarang pergi yuk. Cari gaun pernikahan dan besok cari undangan. Mudah-mudahan aku besok gak sibuk." Ajak Mas Bara.

"Okay, yuk say." cewek itu menyetujui ajakan Mas Bara. Gue hanya bisa berdiri di depan pintu.

Mas Bara sudah ada di depan gue.

"Eh sudah pulang ya dek. Oh iya ini kenalin calon istri aku. Namanya Natalia. Nata ini sepupu aku yang tinggal disini. Namanya Sasi."

'What? Mas Bara ngenalin gue sebagai sepupunya? Whoy gue ini istri lo.' Teriak gue dalam hati.

"Oh hay gue Nata." sapa calon istrinya Mas Bara.

"Gue Sasi. Kalian mau keluar ya. Oke kalau begitu gue masuk dulu ya. Hati-hati di jalan. Mungkin sebentar lagi akan hujan." Gue bilang gitu untuk menghibur hati gue sendiri. Padahal hari ini cerah.

Gue langsung aja masuk. Gue gak tahan lihat kelakuan suami gue. Sakit banget hati gue.




AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang