11

1.3K 33 0
                                    

Author POV

"Dim, baju yang ini bagus gak buat aku?" Tanya Nata kepada Dimas.

Setelah dari restoran, Nata mengajak Dimas ke mall. Ini sudah direncanakan Nata agar Sasi tidak bisa bertemu dengan Dimas.

"Bagus Nat. Kalau kamu mau ambil aja." Dimas tersenyum kepada Nata.

"Beneran? Aduh makasih ya sayangku." Nata langsung memeluk Dimas. Dimas hanya tersenyum.

"Sayang habis belanja, kamu aku antar pulang ya. Aku mau ada urusan sama Sasi." Lanjut Dimas.

'Gue harus cari cara agar mereka gak bisa ketemu.' Batin Nata.

"Yaaah say. Aku kan masih kangen kamu. Kita kan jarang ketemu. Sedangkan kamu sama Sasi setiap hari ketemunya." Rajuk Nata.

"Maaf Nat, tapi aku harus ketemu Sasi."

"Kamu gak cinta ya sama aku?" Nata mulai berakting.

"Udahlah ayo ke kasir." Dimas menarik tangan Nata.

----------------

"Ayo kita pulang." Ajak Dimas setelah membayar belanjaan Nata.

"Gak mau." Nata masih keras kepala.

"Ya udah kalau kamu gak mau. Aku yang pulang duluan. Bye." Dimas meninggalkan Nata yang masih tidak menyangka atas perbuatan kekasihnya itu.

Sasi's POV

Gue seneng banget ketika tahu kalau Kak Dimas ninggalin gitu aja si Nata.

Jadi gue tahu kalau Kak Dimas masih memprioritaskan gue.

Oke sekarang waktunya gue ke rumah Kak Dimas.

Kasihan juga si Nata. Udah di tinggal Mas Bara ke Bali. Eh malah di tinggal Kak Dimas pulang.

Drrrttt.... Drrrttt

Kak Dimas sms gue. Kenapa nih.

"Dek, lo sekarang dimana? Kakak perjalanan pulang nih. Kalau masih di luar, belanja sayuran ya. Buat masakin kesukaan kakak. Gue kangen masakan kamu dek. 😇"

Gue senyum-senyum sendiri baca sms Kak Dimas. Baru beberapa hari gue menikah, ternyata udah kangen dengan masakan gue.

Kalau begitu gue ke pasar dulu. Belanja buat masakin kakak.

"Aku masih di luar kakak. Oke aku belanjain deh. Tapi setelah aku dari pasar, kakak harus udah di rumah. Deal?"

Drrrrttt.... Drrrrtt

"Deal. Thanks my live 😍."

Hahahaha Kak Dimas mulai keluar gombalnya.

Bara's POV

Gue dan Sasi baru menikah. Apa perlakuan gue kejam banget sama dia ya? Gue merasa seperti itu.

Setelah gue menyuruh ganti rugi vas kesayangan mama tadi pagi, gue ngerasa kalau perbuatan dan perkataan gue itu menyakitkan untuknya.

Seharusnya gue tetap tidak menyetujui pernikahan ini.

Kenapa gue jadi mikirin dia gini ya?

Seharusnya gue gak mikirin dia. Kenapa dari tadi gue pikirin ya? Ah bodo amat. Mending gue telepon mama.

Tapi entar mama malah marahin atau ceramahin gue tentang Sasi.

Tuh kan, Sasi lagi, Sasi lagi. Kesel gue kalau terus-terusan begini. Dan malah bisa bikin gue jatuh cinta sama dia. Gue gak mau.

Sekarang gue harus fokus sama pekerjaan gue. Gue gak mau hasilnya gak maksimal gara-gara gue mikirin Sasi.

Tunggu-tunggu, Nata kan ada di Indonesia dan hari ini rencananya dia cari undangan buat pernikahan kita. Gila nih gue. Kok baru kepikiran sekarang ya.

"Gue harus buru-buru hubungin Nata nih." Gumam gue sambil keluarin hp dari saku celana gue.

Tuuuuut..... Tuuuut.... Tuuuut... Tuuuuuut...

".............."

"Iya aku udah nyampek Bali. Kamu lagi apa sayang?"

"..............."

"Oh. Oh iya gimana undangannya say? Udah ada yang cocok?"

"............."

"Oke aku tunggu fotonya ya say. Pasti bagus undangannya." Gue puji dikit biar dia seneng.

"............"

"Hah? Sasi? Kamu tadi kerumah?" Gue terkejut ketika Nata bilang Sasi memujinya kalau undangan yang dia pilih itu bagus banget.

Cewek ini berhati baja. Atau jangan-jangan dia gak cinta gue ya? Ah i don't care.

".............."

"Eh i-iya say.... Ehm udah dulu ya. Aku harus lanjutin pekerjaanku. Ntar kalau udah kelar, aku telepon lagi ya. Jangan lupa kirim foto undangannya ya say. I love you."

"......................."

Gue teleponan sama Nata tapi kok masih aja ada nama Sasi. Apa iya kita berjodoh?

"Woy bos. Kok nglamun sih. Gak biasanya lo begini. Ada yang lo pikirin ya? Hayoo apaan nih?" Anji tiba-tiba datang dan menepuk bahu gue. Gue kaget banget.

"Apaan sih lo. Jelas-jelas gue habis nelpon Nata. Fitnah lo ah." Omel gue.

"Fitnah apanya? Gue kan cuma tanya lo mikirin apa? Ih telinga lo mulai eror ya?" Ledek Anji.

"Apaan sih. Ya udah sekarang waktunya kerja." Gue malu banget sama Anji.

Aneh banget deh gue hari ini. Perasaan gue ke Sasi tadi menyesal atas semua perlakuan gue ke dia. Sekarang gue seperti jatuh cinta.

Oh wait, jatuh cinta? Gue udah mulai gila.




AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang