7

1.3K 33 1
                                    

Sasi's POV

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi masih belum ada tanda-tanda Mas Bara pulang.

Gue sengaja menunggunya karena feelingku gak enak tentang Mas Bara.

Walaupun dia udah nyakitin gue sebegitu sakitnya, tapi gue ini istrinya dan tetap harus menjalankan kewajiban gue sebagai istri.

Andai saja gue bisa telepon Mas Bara. Pasti gak akan sepanik ini.

Bukannya gue gak punya nomer Mas Bara, tapi gue takut mas akan marah besar.

You, do you remember me
Like i remember you

"Halo ma."

"Halo sayang. Kamu di rumah kan?"

"Iya ma. Emang ada apa?"

"Bara di rumah gak?"

"Mas Bara... ehm.. Anu ma, Mas Bara belum pulang."

"Oh berarti yang mama lihat tadi benar. Barusan mama sama papa pulang dari makan malam di luar. Terus mama gak sengaja lihat Bara sama cewek lain yang gak mama sukai. Maaf ya Sasi bukannya mama mau nyakitin kamu. Tapi mama mau mastiin tu anak udah pulang belum."

"Oh berarti Mas Bara baik-baik aja kan ma. Syukurlah."

"Loh Sasi kamu kok bilang gitu?"

"Iya ma tadi Mas Bara udah pamit aku dia keluar sama cal... Maksudnya sama temannya."

"Kamu mau bilang cewek itu calon istrinya? Bara bilang gitu sama kamu? Kurang ajar banget ya suami kamu."

"Ma, Mas Bara gak bilang gitu. Jangan marahin Mas Bara ya ma. Aku gak apa-apa kok ma. Mungkin sebentar lagi Mas Bara Pulang."

"Ya Allah nak kamu baik banget. Dia udah nyakitin kamu tapi kamu malah bilang gak apa-apa. Maafin suami kamu ya nak." Mama mulai terisak terdengar dari suaranya.

"Makasih ma. Sebentar lagi Mas Bara pasti pulang. Mama tenang aja ya."

"Iya sayang. Mama minta maaf ya karena mama udah ikut campur dalam rumah tangga kalian."

"Mama gak usah minta maaf. Mama gak salah kok."

"Terima kasih ya sayang. Oh iya kamu udah makan malam?"

"Oh udah kok ma." Gue bohong karena gue gak mau mama bingung dan sedih.

"Ya udah kalau begitu. Kamu istirahat aja ya Sas. Gak usah ditungguin suami kayak gitu."

"Iya ma. Makasih ya ma. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam."

Tuuuut tuuuut tuuut

Seneng banget gue punya mama Silvi. Beliau sangat perhatian sama gue.

"Ngapain lo disini pakek ngelamun segala?" Mas Bara berdiri di depan gue. Gue kaget banget.

"Eh itu mas, aku nungguin kamu. Kamu udah makan belum? Aku masakin makanan kesukaan kamu." Gue berdiri juga di samping mas Bara.

"Hah lucu lo ya. Gue kan udah bilang sama lo gak usah masakin gue. Gak usah baik sama gue. Lo tuli ya." Suara Mas Bara meninggi. Gue hanya bisa terdiam mendengar setiap perkataannya.

"Udahlah. Gue capek banget. Awas kalau lo lakuin gini lagi. Gue akan keluarin lo dari rumah ini dan hancurin hidup lo." Dia udah mulai tunjuk muka gue.

"Ngerti gak lo hah?" Mas Bara bentak gue.

"I-iya mas. Maafin a-aku." Gue mulai terisak. Gue tahu kalau gue salah jadi gue yang harus minta maaf.

Setelah dia puas melampiaskan kemarahannya, ia pergi gitu aja tanpa menjawab kata maaf gue.

"Ya Allah beri hambaMu ini kesabaran dan kekuatan." Gumamku.

Hati gue masih sakit atas perlakuan Mas Bara. Tapi gue lega kalau Mas Bara udah pulang.

Semoga saja feelingku tadi salah.

Pernikahan ini penuh dengan tantangan. Semoga hati Mas Bara bisa melembut. Amiin.






AKU BAHAGIA BERSAMAMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang