Guyss, ini masih repost yah. kalo stop posting, berarti akan muncul part baru :)
Steven berusaha untuk tidak terus - menerus menoleh ke arah Karen. Apapun yang dikenakan wanita itu selalu saja terlihat sangat seksi dan luar biasa menggoda. bahkan, kalau Karen mengenakan karung goni pun tetap saja terlihat menggiurkan untuknya.
'Otak gue udah ga beres lagi ternyata'
Karen bukannya tidak sadar dengan tatapan lain Steven sejak ia dijemput dari apartemennya hingga terjebak kemacetan khas Jakarta, justru sebaliknya hingga tertawa geli dalam hati. padahal yang ia kenakan hanya celana jeans motif abstrak dipadu kemeja berwarna denim, rambutnya sengaja dibikin gelombang kemudian ia acak agar terkesan berantakan, make – up natural dengan smokey eyes andalan serta sepatu boots hitam. Tapi tatapan Steven seolah ia hanya mengenakan baju tidur tembus pandang dan melakukan tarian menggoda. Well, dia takkan keberatan mengenakan itu – kalau Steven yang minta.
Tawanya membuat Steven menoleh. "Ada yang lucu, seksi?"
Karen mengangkat tangan dan menatapnya. Tatapan coklat kehitaman seksi itu sungguh membuatnya tak bisa berkedip. "nothing, bunny."
"Gue serasa berubah jadi kelinci kalau lo panggil gitu."
"Gitu, yah? Tapi gue suka dengan panggilan itu, gimana dong, Steven?"
"As you wish, Nina."
Sorot mata biru safir itu melembut, seulas senyum membuat kedua pipinya serasa dibelah rata. Innocent face yang dimiliki Steven sangat bertolak belakang dengan kelakuan aslinya yang luar biasa menjurus. Alisnya sangat tebal dengan rambut acak – acakan yang sisir pun mungkin tak rela merapikannya. Steven diciptakan sebagai penggoda, membuat lutut wanita seperti dirinya meleleh. Bahkan, Ando yang menurutnya pria paling menggoda dengan sifat cool cenderung ketus namun perhatian pun, lewat bila sudah berhadapan dengan pesona Steven. 'Tuhan... kenapa gue nemunya pas dia udah punya pacar?!' rutuknya dalam hati ketika bayangan pemalu dan polos Laura melintas dipikirannya. Mungkin, menembak dengan foto Laura sebagai target akan sangat menarik untuk dicoba sesekali.
Pasti dia tersenyum sangat aneh – bahkan licik sehingga Steven mengerutkan kening dan mengelus pipinya. "jangan menyeringai begitu, seksi. Lo terlihat seperti Joker versi cewek."
"Joker si Penggoda, cocok kan?"
"sangat."
"Laura tau kita jalan, Steven?"
"Gue gak hapal jalan Jakarta loh, Nina." Entah sengaja mengalihkan pembicaraan atau Steven benar – benar lupa jalan, dia menghela napas. "Lo sok banget sih jemput gue dan bawa mobil sendiri." senyum polos Steven membuat ia gatal ingin mencium bibir itu. bahkan disaat kebingungan pun masih luar biasa menggoda iman.
"Gengsi gue terlalu tinggi untuk diantar jemput ama lo, Nina. Kalau bisa sendiri, kenapa harus nunggu orang lain?"
"Tapi ada saatnya juga biarin orang bantuin lo, Steven. Selalu kuat dalam semua kondisi gak selamanya bagus."
tatapan Steven membuatnya tak tau harus merespon apa selain tersenyum. ketika melihat tempat yang dituju, ia menunjuk, "itu cafenya." Hela napas lega Steven kentara terdengar hingga ia tertawa sembari mengacak rambutnya. "relax, bunny. ada Ando yang akan bayarin kerusakan mobil lo kalau nabrak tiang. Kan lo pake asuransi yang nyantumin perusahaan dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (Menginginkan Lebih)
RomanceBagaimana jadinya jika kamu mencintai sahabatmu, yang mencintai Wanita lain? masih sanggup menganggap semuanya biasa saja?