Kejutan (15)

3.1K 240 19
                                    

Tumben apdet cepet, ka? Yap, soalnya mungkin selanjutna akan sedikit lama karna ada project baru. Hoho

Ia asyik menggambar diatas meja makan dengan rambut pendek yang dikuncir dua, ketika Steven menghampiri dan duduk diseberangnya. Memperhatikan dengan seksama. "Lagi ngapain?"

Ia tak menjawab karna sedang sibuk mengkhayal. Membuat usilnya Steven kumat dengan mencoba menendang dibawah meja, namun nihil karna ia melipat kedua kakinya dikursi. "Nina..."

"Hmmm..."

"Tatap aku dong."

"Lagi sibuk."

"Ayolah, sayang.." panggilan itu memang tak disengaja, namun sukses membuatnya mendongkak dengan wajah merona padam. "Apaan sih ganggu aja!" untuk mengalihkan detak jantungnya yang menggila, ia melempar satu pensil berwarna merah tepat mengenai kening Steven. membuat pria itu mengaduh. "Sakit."

"Bodo!"

Steven tersenyum sambil bertopang dagu menatap Karen yang kembali serius. Sejujurnya, dia paling suka memperhatikan wanita yang sedang serius mengerjakan sesuatu hingga keningnya berkerut, mulut komat – kamit, kemudian tersenyum sangat bahagia ketika yang dikerjakannya selesai. membuatnya seperti terbawa dalam dunia wanita tersebut dalam kacamata dirinya.

Termasuk Nina.

Ia jengah. Konsentrasinya buyar seketika karna Steven dan panggilan sayang kampretnya, membuat ia serasa diawang – awang, sebelum kembali ke alam nyata dengan sangat menyedihkan. "Kamu gak kerja?"

"Ntar sore praktek sampai tengah malam."

"Yaudah tidur gih."

"gak boleh tidur jam segini." Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 10.45 WIB dan mencibir. "biasanya juga jam segitu ngorok."

Steven tersenyum semakin lebar. "Nina..."

"Hmmm.."

"Pacaran yuk."

"Males."

Steven tak kurang akal. Dia ingin Nina fokus padanya untuk sejenak dan menyingkirkan lembaran kertas beserta pikirannya. "Kenapa kamu memilih ini?"

Pertanyaan itu membuat Nina berhenti sejenak dan menatap arah balkon dengan ekspresi merenung. "Ini emang hobiku dari dulu. kalau lagi rajin aku bisa desain seharian, kemudian memilahnya dan menjahit sendiri polanya sebelum membawa ketukang jahit langganan untuk menyelesaikan sisanya. Menurutku asyik aja. Jadi ketika aku resign dari kantor, aku langsung menekuni hobi ini dan hasilnya lumayan bisa bikin 1 butik di Perancis, serta 1 lainnya masih dalam rencana disini."

Itu menjelaskan kenapa ada mesin jahit di dalam kamar kerja Karen beserta tempat tidur kecil dan tumpukkan kotak yang berisi kain. "Aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya aja.."

"orang tua kamu sekarang tinggal dimana?"

Ia tak tau bahwa pertanyaan itu membuat sebuah gelas yang berada di siku kiri Karen langsung terjatuh dan menimbulkan suara pecah cukup keras. Karen yang pucat pasi langsung turun dan mengaduh kesakitan karna pecahan gelasnya mengenai kaki kirinya. "Diem disitu, Nina."

Ia langsung berdiri dan  mengambil kotak P3K yang berada di sudut kiri dapur, baskom berisi air panas beserta penjepit kalau – kalau ada potongan kaca yang menancap di kaki Nina, kemudian ia letakkan semua itu di meja kecil dekat sofaa, dan menggendong Nina yang terpekik kaget dan mendudukkannya diatas sofaa berwarna mint. "Sakit?"

Ketakutan Karen akan darah, membuat Ia tak tahan untuk tidak mencium bibirnya yang kini tergigit kuat. "Jangan panik, oke?"

Dia membersihkan luka Karen dengan handuk yang sudah basah oleh air hangat, lalu melap kembali dengan tisu dan terakhir meneteskan betadine serta menutupnya dengan penutup luka bergambar jerapah. Karen yang mengintip di balik sela – sela jemari tangannya, tersenyum sangat lebar sembari mengelus pelan permukaannya. "Lucu."

Say You Love Me (Menginginkan Lebih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang