"bagaimana kalau kita wujudin keinginan lo subuh buta tadi, Nina?" bisikan Steven ditengah rapat terakhir yang dipimpin Ando, membuatnya spontan mencubit pinggang pria itu dan menginjak kakinya. "Bagaimana kalau sekarang kita cabut?"
"Sekretaris nakal." Sebuah tepukan ringan diatas pantatnya membuat ia tersentak kaget dan menoleh ke arah pelaku yang matanya kini berkilau jahil.
"Pertama diriku tergoda,
kilaunya matamu, runtuhkan angkuhnya dinding hati.Ia tersenyum miring sambil mencatat penjelasan karyawan lain ketika mendengar Steven tersentak karena sentuhan di titik paling sensitifnya. Ia bisa merasakan betapa tak nyamannya Steven dengan posisinya sekarang. "What do you want, Nina?"suara Steven berubah menjadi serak penuh muslihat, ditambah pria itu kini mengelus belakang lehernya perlahan, ia menahan diri untuk tidak mendesah. Ia bisa melihat beberapa rencana super nakal yang melintas ketika bertatapan dengan sorot sebiru mata safir yang kini berkilat penuh janji menggoda.
"Yours."
"Ibu Karenina, Pak Steven, apakah kalian ada saran atas masalah ini? saya lihat daritadi kalian asyik berdiskusi.". Ia mengacungkan jari tengah dibawah meja sembari tersenyum palsu. Mengabaikan peringatan nyata Ando dari sorot matanya yang tajam. "Iya, pak. Saya dan pak Steven membicarakan ..."
"Pertama untukku dan tak kulupa.
"Ayooo bangun, Steven.." Karen gemas melihat Steven memilih tidur pulas di bawah naungan pohon kelapa yang merunduk kebawah, seolah penasaran siapa yang tidur didaerah kekuasaannya. Semua cara dia lakukan, dimulai dari menendang pelan pinggang pria itu, mencubit kecil di sekujur tubuhnya, bahkan sampai menjambak rambutnya. namun pria itu tidur seperti dibius total seharian.
Ia melipat tangan di dada dengan satu kaki berjinjit memutari pasir. Pria itu harus bangun atau separuh karyawan akan menyebarkan foto mereka berdua di sepanjang jalan kota Lombok sebagai daftar orang hilang, dan itu adalah pilihan yang patut dicoba sesekali. Kapan lagi bikin Ando blingsatan karena mereka?
'diriku terjerat cintamu,
dan ku tak ingin lepas.Ia tersenyum geli membayangkannya sambil duduk disamping Steven, membiarkan tangannya mengenali struktur lembut kulit dan tulang wajahnya, matanya merekam setiap pergerakan sekecil apapun, memperhatikan dada telanjangnya yang naik turun perlahan karena tarikan napas Steven, bibir tipisnya yang sudah meninggalkan jejak selama 3 minggu lebih ini ditubuhnya, memberi kenikmatan yang tak pernah ia bayangkan, menimbulkan efek kecanduan amat sangat seperti narkoba dan selalu ingin menambah dosis sesudahnya. Ia menyentuh jemari panjang dan besar Steven, kemudian mendadak tersipu. Bayangan bagaimana jari – jemari itu sudah menginvasi seluruh tubuhnya, membuatnya memohon ketika semua itu terlalu menyiksa untuk ditanggung, terdiam saat jemari itu mengelus pipinya perlahan, sebelum akhirnya mencubit keras dan menarik ujung hidungnya hingga memerah, membuat suasana gairah dan penuh sensual itu berubah pecah menjadi gelak tawa, disertai dengan tatapan sebiru batu safir yang menghangatkan hati.
'larutkan aku dalam nyata,
Riak belaimu yang akan, temani setiamu
padaku..."*Pertama – Reza Artamevia.
Dan ia menaiki tubuh Steven, bertumpu dengan kedua tangan yang kokoh di samping Steven untuk menahan beban tubuhnya, menunduk hingga mereka saling bersentuhan ujung hidung dan bertukar napas. "Bangun Pak Manager." bisiknya tepat di bibir Steven sebelum ia melumatnya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me (Menginginkan Lebih)
RomanceBagaimana jadinya jika kamu mencintai sahabatmu, yang mencintai Wanita lain? masih sanggup menganggap semuanya biasa saja?