Intuisi (16)

3.3K 217 11
                                    

“Big D!” Kim langsung tersenyum saat pintu lift terbuka, melihat sosok yang sangat disukainya sedang mengutak – atik kunci di sebelah kamarnya, langsung berlari ketika pria itu merespon, mengucek mata tak percaya, lalu berlutut dengan kedua lengan terentang lebar, siap menyambut pelukannya. “My dear..

“I miss you, Big D.”

“Me too, cantik.” Ia mengecup kening Kim penuh sayang sambil melirik belakang punggung gadis kecil itu. “Kamu gak mungkin kesini sendiri, kan?”

Kim merespon dengan senyum khasnya. Membuat ia mendesah dan mengacak rambut coklat kepirangan itu dengan sayang. “Tapi ke Perancis gak sendiri, kan?”

“Kim kesini dengan daddy.”

“Now, where is he?”

Ia mendekatkan telinga kirinya ketika Kim memberi isyarat. “Sedang didalam dengan Mom.”

Ia mengangguk sangat paham ketika Kim menunjuk apartemen Karen yang tertutup.  Menurut analisa sotoynya, Kim ditinggal begitu saja ditempat kerja Karen yang berada tepat di seberang apartemennya bersama para asisten secantik bidadari itu. Kim memang anak cerdas dan luar biasa mandiri, sehingga sering kemana – mana sendiri untuk sekitar apartemen, bahkan menyeberang jalan pun dia bisa tanpa dibantu. Malah orang disekitarnya yang jantungan. “Nah, daripada kamu terlihat seperti anak hilang dan berakhir diculik orang, bagaimana kalau kamu temenin Big D ke toko buku?”

Dia sangat, sangat menyukai binar mata biru safir yang sangat indah itu bila sedang bahagia. seolah dirinya menjadi pria paling berguna sedunia. “Ayo, Big D!”

Sebenarnya sampai hari ini ia bingung kenapa dipanggil seperti itu. tapi karna malas meralat dan terdengar sangat gagah, dia biarkan saja. “Ayo, sayang. kita biarkan mommy seksi beresin masalahnya dengan daddy ganteng kamu.”

Tidak salah, kan ia bilang begitu?

¸

Steven memperhatikan Karen yang sedang membuat minuman dengan perut cukup membesar, serta pipi yang terlihat chubby dan berwarna ranum bila dipandang lama. Kalau ia tak merasa dibohongi, mungkin suasana hatinya seperti sedang duduk dihamparan pepohonan Sakura yang mekar di bulan April.

Tapi sekarang, dia merasa seperti ditusuk sekali lagi dari muka dan belakang.

“Ini...” Karen meletakkan gelas dimeja dengan cukup kepayahan, lalu duduk perlahan di sofa. “Aku gak tau kamu datang.”

“Mungkin ada bagusnya juga aku datang sekarang. karna kalau tidak, aku gak tau 9 bulan nanti alasan apa yang kamu buat kalau pulang, Nina.”

Karen memijit kepalanya yang terasa pusing. “Maaf aku gak bilang soal ini.”

“Apa alasannya sekarang? pekerjaan?” dia berjengit mendengar nada dingin Steven yang terasa menusuk. “Aku sebenarnya sudah merasa aneh karna telat datang bulan selama 2 bulan sejak kita berbaikan itu, Cuma gak berani cerita karna tau kamu pasti akan larang aku pergi. setiba disini, aku langsung pergi ke dokter kandungan dan sudah hamil 4 minggu saat itu.”

“Rupanya karier mengalahkan segalanya, yah.”

Namun hatimu tlah runtuh,
dan buatku terjatuh.

Ia tak tahu kenapa hatinya luar biasa tersayat saat mendengar ucapan pria itu. “Aku bukan Laura yang menggugurkan kandungan karna pekerjaan. Kalau aku seperti dia, dua bayi kembar yang sekarang hidup dirahimku selama 3 bulan, sudah lenyap jauh sebelum kamu datang, Steven.”

Dia tau dirinya sangat, sangat salah karna tidak memberitahu. Tapi, apa harus Steven selalu membandingkan semuanya dengan Laura?!

Kau, tak pernah tau..
betapa hati yakin padamu..

Say You Love Me (Menginginkan Lebih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang