Karenina - Steven - Laura (1) - Dear heart, why him?

5.6K 263 10
                                    


Steven_Vexia : Gue pulang lusa, loh. Mau jemput? :D

Jemari – jemari lentik gue bergerak lincah kesana- kemari diatas keyboard untuk membalas chat Steven, sambil membalas sapaan beberapa teman pria yang lewat didepan meja gue. Mulai dari mengajak makan siang bareng, hingga menggombal basi.

Gue? Tentu saja mengabaikan seolah mereka adalah kardus kosong yang diletakkan dibak sampah.

Nina_Karen : Boleh. Apasih yang gak buat lo, Bunny? Jam berapa landing kesini? :3

"Lo kenapa?" kesenangan gue yang meluap langsung pupus begitu saja seperti uap ketika suara songong bos, Fernando Hayman, berdiri didepan meja sambil melipat tangan didada. Seolah diijinkan, dia mengeser kursi gue semudah menendang kardus kosong kesamping dan membaca semua chat 'mesra' kami dengan wajah usil sambil mengusap dagu dengan telapak tangan kirinya. "Lo kepo banget sih?! Gak boleh baca isi pribadi orang, woy!"

Seperti biasa, dia mengabaikan protes terang – terangan gue. "Deket ama Steven lo sekarang?"

"Kenapa memangnya? Lo kira gue gak bisa move on gitu dari lo? Sorry to sayin', honey." Gue berdiri dan merangkul pundaknya sembari bersandar dilengannya. Lengan pria itu sangat empuk untuk dijadikan bantal. Beruntungnya Lista.

Ando sekarang sudah tobat atau takut ketahuan istrinya sendiri, sehingga sedikit menjauh. "Steven jauh lebih ganteng dari lo. Meskipun kalau masalah pesona, yaaa... lo jauh lebih unggul, sih." Dan wajah sombongnya dengan senyum miring itu membuat ia semakin pantas untuk digila – gilai. "bisa gak gausah pasang wajah sengak kayak tadi, sayang? Wajah lo itu bikin gue pengen nyium sepuasnya, tau." sebagai sekretaris tetap dari CEO PT.Hayman Company yang bergerak dibidang Pariwisata dan Perhotelan, yang kebetulan indahnya adalah salah satu sahabat diluar jam kerja, Fernando Hayman, gue termasuk spesies ajaib menjurus tak tau malu karena berani – beraninya berbisik dengan suara yang membuat pria normal manapun akan mengajak gue telentang bareng diranjang bersama.

Tapi, karena gue punya bos yang cintanya hanya untuk istri cantik namun galak seorang, dia menyingkirkan tangan halus dan lembut gue dari dasinya dan memberikan tatapan tajam seperti biasa. "Karenina .."

"Iya, Ando?" Jawabku dengan kerlingan mata serta senyum tipis. Membuat pria itu memilih mengacak rambut gue yang baru saja dipotong bob kemarin.

"Gue serius. lo deket ama Steven?"

Untung saja ruangan sekarang sepi karna semua karyawan sedang istirahat dan hanya kami berdua disini. Jadi takkan ada gosip aneh – aneh. walaupun sebenarnya gue mengharapkan itu. "Iya. Kenapa?"

"Dia udah punya pacar, Karen. 2 bulan lagi tunangan." Ando paling jago membuat gue jatuh ke tanah dengan semua tulang menjadi serpihan debu. "Gak usah diingetin napa."

Yah... dari awal bertemu dengannya dipesta pernikahan mereka, gue sudah tau bahwa Steven sudah punya pacar di Jerman, dan dengan baik hatinya dia mengenalkan cewek itu ke gue serta Lista dan Ando. perasaan gue saat itu? seperti kalian teriris pisau ditangan cukup dalam, terus diobatin temen yang terlewat jenius dengan perasan jeruk nipis serta sejumput garam. Sakitnya? akan terobati kalau melihat teman kalian menggelepar dilantai karena minum kopi dicampur larutan sianida.

"Terus?"

"Selama janur kuning belum melengkung, gue bebas 'kan dekatin dia? Beda ceritanya kalau dia udah menikah kayak lo. Baru gak bisa ngapa – ngapain."

Say You Love Me (Menginginkan Lebih)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang