Aku yakin pria misterius tadi adalah orang biasa yang sok tahu saja. Tidak mungkin dia seorang paranormal. Sebagai seorang cenayang aku rasa dia terlalu banyak bicara. Dia pasti bukan siapa-siapa.
Meskipun dalam hati aku meyakinkan kalau pria itu bukan siapa-siapa, sesampainya di rumah aku justru langsung pergi ke gudang dan membongkar kardus-kardus buku lamaku. Dari dulu aku selalu menyimpan dengan baik buku-buku pelajaran sekolah yang sudah tak terpakai. Bahkan buku gambar SD pun masih aku simpan.
Pada kardus bertuliskan 'Airi Marika', akhirnya aku berhenti mengobrak-abrik tatanan. Kardus itu berisi khusus barang-barang lama berhargaku. Termasuk buku harianku dari SMP sampai SMA.
Aku memang sengaja menyimpannya dalam kardus yang sama supaya tak tercampur dengan buku sekolah atau barang yang lain. Kadang mama suka menjual buku-buku bekas ke tukang loak. Aku tidak mau buku harianku ikut terjual dan dibaca orang-orang, maka dari itu ada satu kardus khusus yang kuberi nama agar mama tak sembarangan menjualnya.
Aku menggotong kardus besar ke dekat pintu kemudian aku mengambil buku-buku harianku sejak kelas 9 hingga buku harian selama aku SMA.
***
Usai mandi, aku duduk di tepi jendela sambil memakan biskuit cokelat dari toples kecil yang kuambil dari meja makan. Biarpun umurku sudah bukan anak-anak lagi, tapi aku tetap masih bertingkah seperti aku yang dulu. Saat di rumah, aku tak bisa merasakan bedanya aku yang 16 tahun dan aku yang 23 tahun.
Aku mengambil bantal kursi lalu sebelah tangan meraih buku harian yang kutumpuk di bawah jendela kamar. Oke, ini buku harian bergambar barbie saat aku kelas 9 di SMP Harapan.
Aku tersenyum melihat tulisanku sendiri. Apalagi membaca bahasa yang dipakai, sangat berlebihan. Aku tak pernah sadar jika aku kekananakan sekali waktu itu.
_ 3 Februari
Besok aku mulai ikut les Bahasa Inggris dengan Sally. Aku harap guru lesnya nggak galak. Sayangnya aku dengar Rendy juga les di sana. Aku nggak suka Rendy si cowok sok iya sok nggak sok-sok-sok huh, menyebalkan sekali.
Rendy, cowok yang dulu sempat kukagumi saat di kelas 8. Hanya saja dia cowok yang sangat cuek. Aku jadi tak suka lagi padanya semenjak tahu dia punya pacar. Bagiku, cowok yang sudah punya pacar itu tak menarik lagi-dan harus dijauhi.
Aku baru membuka halaman selanjutnya saat tiba-tiba korden di kamarku berkibar-kibar seolah tertiup angin. Aku langsung menatap jendela hingga langit sore yang masih begitu terang menyilaukanku. Aku menyipitkan mata melihat cahaya putih bersinar masuk ke kamar. Cahayanya berasal dari sesuatu yang berbentuk bundar.
Sebuah embusan angin lalu datang. Awalnya cuma sepoi lembut saja, namun semakin lama angin semakin kencang dan tiba-tiba aku merasa diseret sesuatu. Cahaya putih yang mengalahkan segala pandangan itu tiba-tiba meredup. Begitu pula dengan angin yang berangsur-angsur lenyap dari sekelilingku.
Aku membuka mata dan mengedip beberapa kali. Syukurlah kalau tidak terjadi apa-apa. Sepertinya keadaanku baik-baik saja dan....
"Airi!" Tiba-tiba seseorang memanggilku dengan suara keras lagi melengking. Suara yang aku kenal. Seperti suara Sally, sahabatku.
"Ya?" Aku menoleh sambil mencarinya di belakang. Seketika mataku melebar. Kamarku.... Kenapa kamarku jadi seperti ini?
Tidak. Ini bukan kamarku. Ini sama sekali bukan kamar. Ini koridor sekolah. Koridor sekolah yang sangat aku kenal. Tempat ini adalah bagian SMP Harapan. Sekolahku dulu.
Aneh. Kenapa aku bisa di sini? Apa aku sedang bermimpi? Yah, aku pasti sedang bermimpi. Tidak mungkin kamarku jadi begini. Aku menggelengkan kepala dan tiba-tiba aku sadar sepotong biskuit cokelat masih di tanganku.
"Airi! Hey, tunggu, dong! Jalannya cepat banget, sih?"
Aku menoleh, dan seketika aku melihat Sally, temanku dari SD hingga kini tengah berlari ke arahku. Dia yang dikucir ekor kuda dengan wajah polos manisnya waktu SMP.
Aku mengerjap. Kenapa aku melihat Sally masih berseragam SMP dan wajahnya masih anak-anak begini? Aku baru mau membalas seruannya tapi tiba-tiba Sally berlari lebih cepat dan melewatiku.
Dia melewatiku. Benar-benar melewati dan menembus tubuhku.
Aku kebingungan setengah mati. Bahkan aku tak merasa ditabrak atau pun sekedar dilintasi sesuatu.*Aku menoleh lagi untuk mengikuti ke*mana pergerakan Sally hingga mataku kembali melebar. Bahkan kali ini mulutku juga harus ternganga.
"Sori, Sall. Tadi aku lihat Rendy di belakangmu. Malas banget," ucap seorang anak cewek berambut sepundak yang tak lain adalah aku.
Ya. Itu aku. Aku yang dulu, waktu masih SMP. Itu benar-benar aku.
Tunggu , ada apa ini? Kenapa aku bisa melihat diriku sendiri di masa lalu? Aku baru mau bergerak mengikuti mereka-Sally dan aku-Airi yang berseragam SMP sampai tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakku. Jantungku nyaris copot. Terus terang aku kaget sekali.
"Anak-anak yang manis dan polos," ucap sosok penepuk pundak itu.
Serta merta aku menoleh. Pria itu. Ini pria misterius yang sebulan lalu mengatakan hal aneh kepadaku, yang juga tadi sore aku temui di dalam bus.
Sedang apa dia di sini? Kenapa dia bisa berada di masa laluku juga? Lebih penting dari itu, kenapa dia bisa melihat dan bahkan menyentuhku? Siapa pria ini sebenarnya?
2 Agustus 2016 ©francesc_indah
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashback Wind
Mystery / Thriller[SELESAI] Awalnya Airi tak pernah merasa ada yang salah dengan hidupnya. Bahkan Airi selalu berpikir masa remajanya telah ia lewati dengan sempurna. Semua dimulai dari datangnya pria asing yang bisa membaca pikiran Airi dan selalu muncul secara tiba...