4. Namanya Gaara

4.4K 334 18
                                    

"Tidak perlu memasang muka sepanik itu. Santai saja." Seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan, pria itu tampak tersenyum simpul kepadaku.

"Kamu ... siapa?" tanyaku sedikit terbata.

"Aku?" Ia melirik ke arah lain sebentar. "Harusnya kamu sudah tidak asing dengan mukaku, ya?" ucapnya sambil berpikir.

"Oke. Panggil saja aku Gaara."

"Gaara?" Aku mengernyitkan kening mendengarnya. Pikiranku langsung tertuju pada salah satu tokoh dalam komik terkenal Naruto. Sabaku No Gaara. Si rambut merah bermata tajam. Dia termasuk tokoh keren yang banyak difavoritkan meskipun selalu menggendong benda berpasir ke mana-mana. Waktu aku masih remaja aku tak pernah ketinggalan untuk menonton animenya.

"Ehm, itu benar. Sebenarnya aku juga suka karakter itu, makanya aku memilih nama itu untuk dijadikan sebutan. Cocok denganku tidak?"

Aneh. Sepertinya dia benar-benar bisa membaca pikiranku. Siapa orang ini sebenarnya? Apa dia memang bukan manusia? Apa dia makhluk dari dunia lain sana? Ah, aku baru sadar kalau saat ini saja aku entah sedang berada di dunia mana.

"Apa harus sebegitu penasarannya?" Ia menatapku lagi. "Apapun jenis sebutan makhluk yang cocok untuk sosok sepertiku, panggil saja aku Gaara. Tenang saja, aku tidak menggigit kok. Apalagi sampai mencakar," candanya. "Jangan lupa, panggil aku Gaara ya, Airi Marika?"

Aku menggelengkan kepala bingung, "Dari mana kamu tahu namaku? Apa kita pernah saling kenal sebelumnya?"

"Ehm, bagaimana ya?" Pria yang mengaku bernama Gaara itu tampak berpikir lagi. "Aku tahu saja. Kalau kamu ingin tahu kenapa aku bisa datang tiba-tiba, jawabannya adalah dari doa."

"Huh?" Aku menautkan alis mendengar perkataan anehnya. "Doa apa?"

Gaara tersenyum kecil. "Orangtua tentu selalu mendoakan kebaikan untuk anaknya, kan? Kebetulan aku juga sedang mendapatkan tugas untuk berbuat sebuah kebaikan. Saat aku mendengar apa yang orangtua kamu harapkan, aku mulai mencaritahu yang mana anak mereka dan bang! Di sinilah aku sekarang. Aku bersama Airi Marika dan berhasil mengenalnya."

"Tapi aku masih tidak mengenalmu," kataku segera.

"Bukankah baru saja aku memperkenalkan diri? Oke, tak masalah. Bisa aku ulangi," ucapnya tanpa keberatan.

"Aku Gaara. Mulai sekarang itu adalah panggilanku. Dan aku, anggap saja aku datang untuk membantumu keluar dari satu masalah besar dalam hidup kamu," ujarnya.

"Apa maksudmu? Aku tidak merasa punya masalah besar, kok. Aku menjalani hidupku biasa-biasa saja," terangku sambil menatapnya heran.

Gaara terkekeh pelan. "Itulah masalah besarnya, Airi. Kamu tidak tahu kalau sebuah bencana sudah mengitarimu selama beberapa tahun belakangan."

"Bencana?" kataku masih tak mengerti.

"Ah, sudahlah. Berhenti terus bertanya seperti itu. Ini membosankan. Sekarang kita mulai perjalanan kita saja bagaimana?" Gaara mengangkat alisnya dua kali, seolah sedang menggodaku. "Apa kamu lupa kita sedang ada di mana saat ini?"

Meski rasa penasaran masih sangat mengganggu namun akhirnya aku mengangguk setuju. Lagi pula aku memang bingung kenapa aku bisa berada di koridor SMP Harapan, juga melihat diriku yang dulu. Apa mungkin aku sedang kembali ke masa lalu? Apa hal seperti itu benar-benar ada dan bahkan sedang terjadi kepadaku? Ini aneh. Benar-benar sangat aneh.

"Itu yang namanya Rendy?" Tiba-tiba Gaara menyenggolku yang sedang sibuk menebak-nebak apa yang kira-kira tengah aku alami.

Aku segera menoleh, mengikuti ke mana arah pandangan Gaara.

Flashback WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang