17. Ada Apa Dengan Rai?

2.6K 236 31
                                    


"Ada apa sih?" Airi menatap Luki dan Davi secara bergantian karena tingkah panik mereka.

"Oh, sori." Davi yang berhasil menarik kalungnya dari leher Rai segera menjawab. "Gue cuma nggak suka kalung gue dipakai orang lain."

Luki mengusap hidungnya. "Itu juga maksud gue. Harusnya Rai nggak asal makai benda punya orang sembarangan begitu."

Rai berdecak. "Bilang aja kalian nggak rela kalau Airi mau jadi pacar gue. Iya, kan?"

"Memang lo mau jadi pacarnya Rai, Ri?" tanya Luki.

Airi melirik Rai sejenak lalu tersenyum kecil. Tentu saja hal itu membuat dua cowok lain di hadapannya memasang wajah waswas, seakan curiga Airi sudah terpikat pada Rai.

"Gue balik ke kelas deh, Ki," ucap Davi kemudian. "Thanks sudah jagain kalung gue."

Luki cuma mengangguk sebagai sahutan. Davi juga menyempatkan tersenyum pada Airi sebentar sebelum akhirnya berjalan keluar kelas.

***Flashback Wind***


"Rai!" panggil Violin, pagi ketika jam olahraga masih berlangsung.

Sebagai tanggapan Rai menoleh. Ia yang baru melempar bola voli ke Riga berhenti melangkah sambil menatap Violin, yang duduk-duduk di pinggir lapangan dengan Airi dan Emily. "Apa?"

"Lo jangan ganggu Airi bisa, kan?" kata Violin dengan muka sinis.

Rai melirik sebentar anak yang dimaksud. "Memang kapan gue ganggu dia?"

Violin membuang napas sengit. "Gue tahu lo berencana menghalangi Airi dekat sama cowok yang dia suka. Itu nggak boleh, tahu? Memang lo siapa bisa seenaknya sama Airi?"

Rai mendengus. Ia memasang muka masa bodoh kemudian pergi begitu saja. Tak heran Airi dan kawan-kawan dibuat kesal.

"

Raihan Gazali, nilai kamu jelek sekali. Padahal ulangan-ulangan sebelumnya kamu dapat nilai tuntas. Belajar yang teratur. Jangan malas-malasan!" tegur Pak Rahmad saat membagikan kertas ulangan, di pelajaran Matematika setelah jam olahraga selesai.

Rai cuma mengangguk. Mukanya tampak tak minat sama sekali mendengar omelan itu. Selama ini ia selalu dapat nilai tuntas karena Airi. Berhubung kali ini Rai sedang menjaga jarak, maka nilai ulangan pun ia dapat sesuai kemampuan otaknya.

Tiba-tiba terdengar pintu diketuk dari luar. Pak Rahmad segera mempersilakan siapa yang datang. Ternyata Bu Rita. Wali kelas 11 Bahasa 1 itu masuk ke kelas bersama seorang cewek. Melihatnya anak-anak langsung tahu jika cewek itu pasti Andina, anak pindahan yang akan ditempatkan di kelas mereka. Kabarnya memang sudah berembus sejak 3 hari sebelumnya.

"Nah, mungkin sebagian dari kalian sudah kenal dengan Andina mengingat dulu dia bersekolah di SMP Harapan juga. Mulai hari ini, Andina akan menjadi bagian dari kelas kita," terang Bu Rita setelah Andina memperkenalkan diri.

Andina tersenyum pada seisi kelas, dan anak-anak cowok pun langsung bersuit-suit. Andina cukup cantik. Rambutnya yang agak coklat sedikit melebihi bahu. Wajahnya murah senyum. Meski sosok Emily jauh lebih cantik atau mungkin Airi lebih manis, tapi Andina mampu menarik banyak perhatian cowok. Dia punya dada yang besar. Tak heran Riga maupun Rai tak cepat mengedipkan mata.

"Ini, baru mantap!" Rai lalu berceletuk membuat para cewek memandangnya risi. Sudah dipastikan ke mana arah pikirannya.

Tak lama Bu Rita keluar kelas dan Pak Rahmad melanjutkan pelajarannya. Sementara itu Andina sudah dipersilakan duduk di kursi paling belakang deretan Airi. Ia duduk di sebelah Jati.

Flashback WindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang