Setelah, kejadian beberapa bulan yang lalu. Dimana,saat iqbaal mengatakan kalau Aldi dan (namakamu) satu ibu. Aldi tidak pernah lagi main bareng dengan (namakamu),iqbaal,kiki,salsha,steffi. Bahkan, bertegur sapa saja tidak pernah.
Dan, saat itu juga iqbaal menyatakan perasaannya kepada (namakamu). Ya, mereka sekarang sudah memiliki status. Tak, seperti dulu yang membingungkan hati. Semoga mereka langgeng tanpa ada pengacau.
(Namakamu) pov on
Sudah dua bulan lamanya sejak kejadian di mana aku dan Aldi berantem. Sungguh,aku tak mau mengingat itu lagi. Tapi, apa boleh buat aku selalu melihat Aldi setiap hari. Dan, tanpa sadar memori itu terputar di pikiranku lagi. Mengingat, hal itu. Aku jadi sedih. Apa salah ku?
Dan, sudah sebulan ini aku dan iqbaal jadian. Dan, jika ditanya aku senang atau tidak. Jawabannya, tentu jawabanny senang. Soal, PHO hubungan ku dengan iqbaal. Alhamdulillah belum ada. Dan semoga gak ada.
Aku, sekarang ada di kantin. Sendiri, ya sendiri. Gak tau knapa aku pengen sendiri aja hari ini. Mengingat kejadian beberapa bulan lalu membuatku jdi badmood. Apa lagi, sampai sekarang aku gk pernah bertemu ibuku sekalipun.
Siapa sih yang bisa jadi moodbooster untukku. Iqbaal, boro boro. Hari ini aja dia gak nyamperin aku. Beda banget sama yang biasa. Mengucap nama iqbaal aja aku malas sekarang.
"Hai" ucap seorang lelaki yang kini duduk tepat di depanku. Aku, memandangi lelaki itu sebentar. Hingga aku tersadar kalau lelaki di hadapan ku adalah...
"Al..di?" Ucap ku pelan. Ya, dia aldi. Kenapa, dia ada di sini. Jujur, aku takut. Aku, tak berani menatapnya. Yang, aku lakukan hanya menunduk dan berharap ada yang nolong aku.
"Ya, gue aldi. Dan, gue say "hai" ke lo. Trus lo gak nyahut!"ucap aldi.
"Tapi, gue rasa lo gak usah deh balas sapaan gue tdi. Tapi, lo apa kabar?" Ucapnya masih dengan nada sinis dengan tangan yang terulur.
Aku membalas jabatan tangannya.
"Ba..ik" ucap ku. Jujur, tanganku sakit. Ini, bukan berjabat tangan namanya. Aldi, meremas tanganku dengan sangat kuat.Oh,Tuhan. Ini, sangat sakit. Seseorang, tolong. Iqbaal. Tolong aku.
"Kalo lo, gak mau gue permaluin di depan banyak orang. Ikut, gue ke belakang sekolah. Ngerti!!" Ucap aldi dengan menekan setiap kata.
Aku, hanya mengangguk pasrah. Jujur, aku ingin menangis saat ini. Takut, ya aku takut.Aku, hanya mengikuti aldi dari belakang. Apa, gak ada yang khawatir samaku. Kenapa, teman teman ku tidak mencari ku. Iqbaal, kemana dia. Aku butuh dia sekarang. Iqbaal. Kumohon bantu aku.
"Heii,lo! Sini, ngapain lo di situ" ucap aldi kesal.
Aku, hanya menuruti permintaanya. Aku, berjalan mendekatinya.
"Lo, tau kenapa gue ngajak lo kesini?" Ucapnya sambil menarik dagu ku kencang agar menatapnya. Aku hanya menggeleng. Dan, sialnya air mataku jatuh. Aku menangis."Cup.cup cup. Lo gak nangis, gue gak bakalan nyakitin lo kok. Paling, cuma BUNUH LO!" Ucap nya sambil mengusap air mata ku.
Bunuh, yang bener aja. Aku langsung berontak dari aldi. Tapi, gak bisa dia langsung mencekram bahu ku kuat.
"Kalau lo, teriak. Gue jamin, lo , ayah lo, dan juga sahabat sahabat lo itu. Mati, di tangan gue. Kalau lo gak mau itu terjadi. Diam, dan pasrah aja lo gue bunuh" ucap aldi.
Apa yang harus ku lakukan. Kalau aku teriak mereka pasti terbunuh karenaku. Belakang sekolah memang selalu sepi. Kalau ada yang melihat ku di sini. Itu semua hanya kebetulan. Tapi, aku yakin. Gak akan ada yang bisa menolongku."Mari kita mulai," ucap aldi tersenyum sinis.
Ia, langsung menarikku kearah dinding.
BUGH
Sakit, itu yang ku rasakan. Aldi, membenturkan kepalaku ke tembok itu. Dan, aku pasti yakin. Sekarang dahi ku sudah memar.
"Itu, untuk lo. Yang mau ngerebut ibu gue,"
BUGH
Tuhan, kalau memang ini jalanku bertemu dengan mu. Bisakah, kau kurangi rasa sakit ini.
"Dan, ini. Untuk lo yang udah ngerebut sahabat gue,"
BUGH
Bisa ku pastikan di keningku sudah mengalir darah. Sakit. Kumohon seseorang tolonglah.
Iqbaal. Aku udah memanggilmu berkali kali. Katamu, kalau aku manggil kamu melalui hati kamu pasti mendengarnya. Apa, kita masih punya kontak batin. Kalau, iya kumohon datang. Walaupun,nanti aku sekarat."Lo, tau kenapa gue berniat untuk bunuh lo!" Ucap aldi sinis.
Aku, tak bisa menjawab. Bahkan, dengan angguka atau gelengan pun aku gak bisa. Kepalaku sangat sakit sekarang.
"Itu,karna ibu gue udah tau lo. Dia, tau lo di sini. Dan, gue gak mau ibu gue menemui lo. Lebih baik ibu gue nemuin lo waktu lo dimakam kan nanti," ucapnya tersenyum sinis.Ibu tau aku ada di indonesia, apa bener dia ada niatan untuk menemuiku. Kalau, iya aku cukup senang dengan hal itu.
"Ke..napa, kau be..gi..tu ja.hat. padaku..al..di?" Tanyaku terbata bata.
Kalau saja, tubuh ku tak disangga oleh dinding mungkin aku akan tergeletak di tanah.
"Kenapa? Karna, gue gak mau lo rebut ibu gue. Apa, itu kurang buat gue bunuh lo hah!" Ucapnya dengan nada membentak.
Aku hanya menangis. Pasrah, apa itu keputusan terbaik?"Dan, gue rasa. Hanya, dengan membenturkan kepala lo ke dinding itu belum cukup. Mengingat, itu mungkin belum buat lo mati!"
Aldi, mengeluarkan pisau dari saku celananya. Tuhan, jangan bilang dia mau menusukku. Kepala, saja sudah sangat sakit. Aku menggeleng kepalaku. Walaupun pelan tapi menurutku aldi melihatnya.
"Ja...ngan. al..di. ku..mohon.." ucap ku terbata bata.
"Gak, gak bisa gue harus bunuh lo. Maaf" setelah mengucapkan kalimat itu.
Benda,tajam mendarat dengan mulus di perutku