Justin POV
Sungguh hari yang melelahkan bagiku. Pertama saat pagi tadi aku harus terburu-buru yang kedua aku juga harus kembali menyesuaikan diri disekolah baruku. Menurutku itu sangatlah melelahkan,sangatlah melelahkan. Aku sudah sampai diapartmentku dari tadi. Siang ini aku harus kembali disibukkan dengan kegiatan lain, ya apalagi kalau bukan melihat tempat yang akan dijadikan proyek besar ini nanti.
Aku hanya tak habis pikir, kenapa aku harus dijodohkan dengan seseorang yang sama sekali tidak benar-benar kukenal maksudku orang yang tidak terlalu dekat denganku bahkan tidak dekat sama sekali. Dad tadi sudah menelfonku untuk mempersiapkan proyek yang katanya besar-besaran ini. Selain itu Dad tadi juga sudah menegaskan lagi bahwa aku harus benar-benar siap dijodohkan dengan Lucy. Aku juga masih berharap akan Jill menelfonku, ya entah sampai kapan aku akan mendapatkan 3 kata ‘ya aku memaafkanmu’ itu.
Masih sulit bagiku melupakan Jill. Aku merasa semua ini mimpi seperti mimpi,saat pertama kali melihat Jill.Aku pikir awalnya dia malaikat yang dikirim oleh Tuhan. Kehidupanku hampir sama persis dengan dongeng-dongeng. Mungkin Tuhan telah merencanakan semua kehidupanku diawal saat aku dikandungan Mom. Tuhan juga sudah mencatat siapa jodohku,berapa lama umurku,sakit yang akan dideritaku atau bahkan berapa anakku kelak.
Apakah aku harus memberitau Jill mengenai perjodohanku? Apakah dia akan menangis seharian atau bahkan berhari-hari saat mendengar kabar itu? Apa dia akan shok berat mendengar kabar itu? Aku tidak tau, aku tidak ingin jodohku diatur oleh Mom dan Dad menurutku mereka bukan Tuhan. Walau aku tau mereka adalah orangtuaku sendiri tapi Tuhan lebih berkehendak daripada orangtuaku.
Aku bergegas mengambil iPhoneku yang ada disaku celanaku. Terpampang jelas wallpaperku adalah foto Jill. Aku tersenyum sambil menamati wallpaper itu. Tiba-tiba sebuah pesan masuk. Aku kemudian membacanya
From: Jill
Hei,apakabar? Bagaimana keadaan di Canada?Menyenangkan?
Aku tersenyum saat membaca pesan Jill
To: Jill
Hei juga Jill. Sejauh ini tidak merasa baik, Canada benar-benar indah. Tapi menurutku ada yang kurang.
Cepat-cepat aku menekan tombol ‘SEND’. Butuh waktu agak lama untuk menerima balasan Jill. 1 menit belum ada. 2 menit juga tidak, 3 menit masih belum membalas, 4 menit juga belum, 5 menit masih belum. Astaga kemana Jill? Kenapa dia tidak membalas?
From: Jill
Ada apa? Apakah disana ada masalah? Apa itu yang kurang?
Aku sedikit terkekeh, dia ternyata benar-benar terlalu polos.
To: Jill
Banyak masalah rumit. Yang kurang? Itu kau.
Aku lalu menunggu balasan dari Jill.
From: Jill
Aku? Kenapa harus aku?
Jill POV
Aku? Kenapa denganku? Apa jika tidak ada diriku apa yang kurang? Entahlah aku bingung saat jantungku berdebar kencang begini saat menunggu balasannya.
From: Justin
Sulit melupakanmu. Entahlah hanya saja... aku mencintaimu.
DEG! Jantungku serasa berhenti berdetak. Astaga dia mencintaiku? Astaga dia tidak bohongkan?
Dengan tangan bergemetar hebat aku membalasnya
To: Justin
Kau bercanda! Apapun candaanmu itu, itu benar-benar tidak lucu Mr.Bieber.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Or In Danger With Me ✔
FanfictionCerita ini adalah cerita fiksi belaka, jika ada kesamaan tempat, nama tokoh,atau alur cerita itu semua hanya sebuah ketidak sengajaan. Jangan mengcopy atau menyontoh alur cerita ini. Dialog,alur, dan lainnya adalah ide saya. Dimohon untuk tidak di m...