Aku berjalan menuju keruang kelas biologiku. Dan mendapati pemandangan yang membuatku sakit hati. Ya Liz dan Justin berciuman!. Aku menghela nafas berat. Dan berlari menuju ke kantin sekolah. Jadi benar yang dikatakan justin? dia berpacaran dengan Liz?. Kenapa hatiku menjadi sakit begini? Rasanya seperti disayat-sayat dengan pisau tajam. Sakit dan perih. Aku menuju kantin dan memesan 1 kaleng minuman bersoda. Lalu aku duduk, menangis sejadi-jadinya. Aku tidak peduli orang-orang memandangku dengan tatapan aneh.
Kenapa semua ini menjadi begini? Kenapa jadi begini? Kenapa?. Tiba-tiba aku merasakan ada yang mengelus bahuku pelan. Aku mendongak,dan mendapati Cody dia tersenyum padaku. Lalu duduk disampingku sambil memelukku erat. Aku menangis dibahunya tidak peduli jika bajunya akan basah.“Menangislah sepuasmu jika itu membuatmu merasa lebih baik”sahutnya sambil mengelus-elus rambutku. Aku masih menangis sesugukan. Dia masih terus mengelus rambutku dan memelukku erat, setelah merasa lebih baik aku langsung melepas pelukan Cody.
“Ada apa lagi dengan justin?”tanyanya. aku langsung terdiam dan tangisku kembali pecah dan Cody langsung kaget dan bingung aku masih menangis layaknya anak bayi yang meminta permen. dia menempelkan jari telunjuknya dibibirku aku langsung berhenti. Dan Cody pun menghapus air mataku, lalu dia memberikan sebuah sapu tangan berwarna coklat muda kepadaku.
“Ini pakailah untuk mengelap air matamu”sahutnya memberikan sapu tangan itu padaku, aku tersenyum dan mengambil sapu tangan itu dan mengelap air mataku.
“Cody… antarkan aku kekelas ya”pintaku lirih, dia menatapku sebentar lalu sebuah senyuman langsung menghiasi bibirnya, dan ia kemudian mengangguk. Kami kemudian keluar dari kanti dan jalan berbarengan keluar dari kantin. Lalu kami berjalan menuju ke kelasku yaitu kelas biologi.
Sebelum masuk kekelas aku bergumam terima kasih pada Cody, lalu dia mengangguk dan berjalan pergi sepertinya kekelasnya. Sebelum masuk kekelas aku menarik nafasku dalam-dalam dan mengeluarkannya, sampai 5 kali. Oke Jill kau harus kuat, jangan terpengaruh oke. Dengan keberanian aku berjalan memasuki kelas, nampak Justin sedang memangku Liz dipangkuannya. Mereka saling bercanda. Aku hanya bisa mendesah dan berjalan menuju bangku-ku yang berada diseberang bangku justin.
Aku bisa melihat justin melirikku, tapi aku tidak peduli. Kemudian aku duduk dibangkuku dan mengeluarkan IPod touchku, lalu mengambil earphone dari tasku dan mendengarkan musik seolah tidak peduli ada orang yang sedang berpacaran diseberang bangkuku.
Aku mendengarkan musik dengan volume 100 di earphoneku, tujannya agar aku tidak mendengar perkataan mereka berdua.
"ALL MY LIFE I'VE BEEN GOOD, BUT NOW OH, I'M THINKIN ' ‘WHAT THE HELL?’ ALL I WANT IS TO MESS AROUND! AND I DON'T REALLY CARE ABOUT!!”Teriakku sambil menyanyikan lagi Avril Lavigne What The Hell yang sedang kuputar di IPodku. Peduli setan jika mereka akan marah-marah. Ini kan bukan sekolah mereka, aku bersekolah disini juga sama-sama bayar.
Aku melirik Liz dan Justin yang masih berpangkuan, aku hanya meliriknya sebenatar lalu kembali sibuk bergumam tidak jelas karena lagu Avril yang aku benar-benar tidak mengetahui semua liriknya ya well, mungkin hanya sebagian.
Setelah 2 lagu kuputar aku memutuskan untuk mematikan IPodku dan menyipannya di tasku. Dan mengambil buku-buku biologi, ya karena aku akan membuat buku tentang biologi yang disuruh oleh Mrs. Anna senin lalu. Dan akan dikumpulkan senin depan. Yang artinya 3 hari lagi, aku bahkan baru mendapatkan beberapa lembar saja. Padahal mrs Anna menyuruh untuk sampai 100 lembar. Sedangkan aku 50 saja belum -_-“
Aku membaca dan membolak-balik buku-buku biologiku. Aku melirik sebentar kearah Justin dan Liz, mereka masih asik bercanda, uh ini pemandangan yang menjijikan sungguh menjijikan. Apa mereka tidak punya tempat untuk berpacaran?. Aku kemudian berdehem keras, lalu melirik Justin dan Liz. Mereka sedikit kaget namun kembali asyik bercanda dan masih dengan posisi justin memangku Liz.“Ekhem… khem mm.. sepertinya ini bukan tempat untuk berpacaran Tuan Justin Bieber dan Nyonya Elizabeth Gillies.”sahutku dengan nada ketus.
Justin hanya mengerutkan kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Or In Danger With Me ✔
Fiksi PenggemarCerita ini adalah cerita fiksi belaka, jika ada kesamaan tempat, nama tokoh,atau alur cerita itu semua hanya sebuah ketidak sengajaan. Jangan mengcopy atau menyontoh alur cerita ini. Dialog,alur, dan lainnya adalah ide saya. Dimohon untuk tidak di m...