Aku terbangun dari tidurku, aku memandang jam dinding ternyata sudah jam 5 aku bergegas kekamar mandi dan bergegas mandi. Setelah itu aku bergegas ke meja rias, menatap pantulan wajahku. Sungguh berantakan, maksudku rambut gelombang coklat gelapku yang selama ini aku rawat,berantakan sekali. Wajahku juga tidak seceria seperti biasanya, kusut benar-benar kusut. Aku menghela nafas dan berusaha relax. Aku kemudian menyisir rambutku, membentuk rambutku dengan rol rambut setelah itu aku memberi riasan make-up seperti bedak tipis, eyeshadow dengan warna natural seperti hitam keabu-abuan, lalu memakai pensil alis untuk mempertegas bentuk alisku setelah itu membubuhkan perona pipi dengan warna yang kalem dan memberikan lipstik berwarna pink tipis lalu memberikan lipgloss untuk membuat bibirku mengkilat.
Setelah itu aku melepas rol rambutku dan menyisirnya pelan, ah jadilah rambut gelombang coklat gelapku. Dengan make up yang natural memang sih aku tidak pernah memakai make up yang terlalu tebal. Aku lebih suka yang natural. Aku kemudian kembali bercermin untuk memastikan apakah ada yang kurang, ah ya maskara dan pelentik bulu mata. Setelah itu aku kembali menatap pantulan wajahku. Apa aku sudah cantik? Tapi untuk apa aku cantik kalau tidak ada Justin? maksudku untuk apa aku berdandan habis-habisan jika tidak ada Justin?
Aku mendesah, hampir 1 jam aku menatap pantulan wajahku dicermin dan berdandan. Setelah itu aku bergegas berganti baju dengan dressku. Setelah itu aku memilih sepatu high heels berwarna senada dengan dressku dan tas tangan berwarna golden . kurasa itu cukup jam juga sudah menunjukan pukul setengah delapan. Aku bergegas turun kebawah, nampak Mom dan Dad sedang sibuk menonton TV diruang keluarga.
“Mau kemana kau Jill?”tanya Dad. Shit pasti dad akan mengintrogasiku dulu
“Ke.. partynya Ana”sahutku. Ya memang aku tidak pernah mau berbohon pada Dad.
“Party? Ana? Siapa Ana?”tanya Dad sambil mengerutkan keningnya.
“Ariana Grande, iya memang kenapa Dad?”tanyaku
“Baiklah, tapi kau harus diantar Dion”sahut Dad. Aku mendengus what? diantar aku ini sudah 17 tahun mana mungkin aku harus diantar Dion?
“Dad, aku ini sudah 17 tahun. Aku sudah punya SIM jadi tidak masalah kan?”gerutuku.
“Kalau tidak mau, kau tidak boleh pergi. Pilih mana? Pergi dengan Dion atau tidak sama sekali”tanya Dad. Aku menggerutu pelan dan menarik nafas berat.
“Oh, ayolah Dad…”bujukku.
“Sudahlah David, biarkan Jill pergi. Dia sudah 17 tahun”bela Mom aku mengangguk dan menyetujui perkataan Mom.
Dad nampak berfikir sebentar, lalu melirik Mom. Aku berharap-harap agar Dad mengijinkanku.
“Baiklah..”sahut Dad. Aku langsung melonjak kegirangan dan tersenyum
“Tapi… ada syaratnya”lanjut Dad tiba-tiba, yang langsung membuatku menghentikan kegembiraanku.
“Ahh, syarat apa lagi Dad?”tanyaku sebal.
“Tidak ada alkohol, sex, narkoba atau sejenisnya dan kau harus pulang sebelum pukul 11.00 ingat besok sekolah Jill”sahut Dad. Aku mendengus.
“Oh… ayolah Dad. Aku setuju tidak ada sex atau narkoba tapi alkohol sedikit saja tidak apa-apa ya Dad? Sedikit tidak akan membuatku mabuk kok”bujukku
“Sekali tidak, tidak Jill Cermanotta Hends.”tegas Dad. Aku hanya cemberut sambil melipat kedua tanganku.
“Ya sudah, aku pergi dulu. Bye Dad Mom”sahutku sambil menciumi punggung tangan Mom dan Dad. Setelah itu melenggang pergi kemobilku saat aku baru masuk mobil IPhoneku berdering aku langsung mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Or In Danger With Me ✔
Fiksi PenggemarCerita ini adalah cerita fiksi belaka, jika ada kesamaan tempat, nama tokoh,atau alur cerita itu semua hanya sebuah ketidak sengajaan. Jangan mengcopy atau menyontoh alur cerita ini. Dialog,alur, dan lainnya adalah ide saya. Dimohon untuk tidak di m...