Bagian 9

3.4K 172 0
                                    

        Dan tebak, siapa yang datang? Oh Sial! Itu adalah Justin. untuk apa dia kesini? Aku mendengus saat melihatnya. Nampak Dion setia berdiri disamping Justin untuk menjagaku.

       “Dion,kau bisa pergi. We need privacy”sahutku pada dion. Dion mengangguk lalu pergi. Sementara justin dengan wajah datarnya dia duduk disampingku.

        “Untuk apa kau kesini? Oh kau mau pamer kalau kau baru saja mencium Liz dengan mesra begitu? Atau kau mau memberitauku kalau kau baru saja jadian dengan liz? Hah?”sahutku pada justin dengan nada emosi yang meluap-luap. Bukannya marah tapi justin malah tersenyum tak jelas padaku.

       “Kau cemburu ya?”sahut justin sambil terkekeh-kekeh. Aku bisa merasakan pipiku sudah memerah sekarang.

        “Aku tidak cemburu!”elak-ku egois. Dia tertawa terpingkal-pingkal. Dengan cepat aku langsung memukul perutnya.

        “aawww! Sakit bodoh!”pekiknya sambil mengelus-elus perutnya.

        “Itu namanya balasan!”seruku sambil melotot pada justin.  

       “Sudah akui saja kalau kau cemburukan?”sahut justin sambil tersenyum tidak jelas dan menaik turunkan alisnya.

        “Tidak justin! sudah diam! Dan jelaskan kenapa kau kesini?!”seruku sebal sambil melipat kedua tanganku dibawah dada.

         “Aku kesini Cuma mau menanyakan kau kenapa tadi? Dan aku pikir sepertinya kau cemburu.”sahutnya sambil terus terkekeh.

Aku hanya bisa memajukan bibirku. Dan masih tetap melipat kedua tanganku. Huh menyebalkan.

    “Aku sudah bilang berkali-kali padamu justin! aku tidak cemburu! Sama sekali!”ucapku sambil memanyunkan bibirku.

    "Sudah akui saja, yakan?"  

    “tidak!”

     “iya”

    “Sudah hentikan!!”ucapku sambil menahan emosiku. Dia terkekeh melihat tingkahku. Lalu dia mencubit pipiku dengan gemasnya. Aku terus berontak tapi dia terus mencubit pipiku sambil tertawa-tawa.

Lalu

BRUGH!

Karena tidak hati-hati aku dan justin terjatuh dari sofa, dengan posisi justin menindih tubuhku.

Wajahnya dekat sekali, aku bisa melihat mata hazelnya yang indah dengan jelas. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang lembut, aku bisa merasakan hidungku dan hidungnya saling bersentuhan.  Dia menarik sebuah senyum manis padaku. Aku merasa seperti kehabisan nafas. Astaga!

Dia kemudian menatapku dengan sayu, wajahnya mendekat dan… sebuah kecupan manis mendarat dibibirku. Lalu dia menjauhkan wajahnya dariku dan bangkit. Namun bodohnya justin tidak membantuku untuk bangkit.

        “apa kau tidak bisa bangkit sendiri? Memangnya kakimu itu digunakan untuk apa? Pajangan?”sahut justin. Aku mendengus sebal lalu dengan emosi aku bangkit dan menghentak-hentakkan kakiku.

        “KAU MENYEBALKAN JUSTIN!!!”teriakku sekencang-kencangnya. Sampai-sampai justin menutup kedua telinganya dengan jari telunjuknya.

Dengan sebal aku melangkahkan kaki-ku lebar-lebar menuju ke tempat kolam renang. Dan justin mengikutiku. Aku lalu sampai dikolam renang dan disana ada ayunan aku langsung duduk disana, diikuti justin.

Aku menatap kolam renang dengan tatapan datar.

    “Kau ternyata mempunyai tubuh yang bagus”sahut justin datar. Aku langsung menengok untuk menatapnya, lalu melayangkan tatapan mautku padanya.

Lost Or In Danger With Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang