BAGIAN 7

58.1K 2K 75
                                    

Oke kawan-kawan, aku sudah update. Hahaha, yang nagih dari kemarin-kemarin, nih kukasih 😁. Kemarin itu aku sibuk, pake sangat. Gak bisa ngetik, paling baca 😂. Btw, bagian 7-nya yang dulu aku hilangin karena hanya diulang jadi jangan tanya lagi 😁.

Zahya POV

Malam lenyap digantikan oleh sang mentari yang terbit dari belahan dunia lain untuk menyinari tempatku. Perlahan cahaya muncul dari garis horison dan menampakkan sinar jingga yang berpadu dengan sisa-sisa warna yang ditinggalkan malam. Pemandangan ini sangat mengagumkan. Dan akan lebih mengagumkan jika manusia es itu bisa bersamaku di pagi ini dan menyaksikannya bersamaku sama seperti kegiatan suami istri di dalam novel.

Hah, sayangnya, itu hanya akan ada dalam anganku saja.

Jo dan sifat dinginnya, entah kapan akan hilang. Dan seperti ia sengaja, ia selalu bersikap abai dan tak peduli, bahkan di rumah yang nyatanya penghuninya hanya kami berdua, ia selalu bersikap antipati. Memang aku pernah berbuat salah padanya? Kalau masalah perjodohan, ia kan bisa membatalkannya dari dulu sebelum perasaan sialanku ini tumbuh dan membebaniku sendiri.

Aku cinta. Dan bodohnya aku, meski ia bersikap tidak seperti layaknya seorang suami, perasaanku tidak pudar, aku tetap mencintainya. Laki-laki dingin dan apatis pada kehadiranku itu, yang tidak pernah melihatku malah yang membuatku jatuh hati. Miris.

Aku melangkah dan memasuki kamarnya setelah menyiapkan sarapan. Jo masih terlelap dalam mimpinya, tidur menyamping dengan wajahnya yang menghadap pintu. Ia tersenyum dan aku tidak tahu, mimpi seperti apa yang ia alami hingga membuat bibirnya melengkung ke atas. Aku hanya berharap dalam mimpinya itu, ada aku. Meski itu hanya titik kecil.

Tanganku kujulurkan untuk menyentuh wajahnya. Ini adalah kenekadan yang pertama kali kulakukan, setelah menahan hampir dua bulan. Salahkan pada wajahnya yang tampan hingga selalu membuat tanganku ingin menyentuh wajahnya atau otot-otot yang menempel di tubuhnya yang selalu mengundang tubuhku untuk bergesekan dengan tubuhnya. Ck, kalau mengingat nasibku sekarang, rasanya menyedihkan sekali. Padahal statusku sudah nikah, tetapi label sebagai perawan masih setia menempel padaku. Padahal punya suami tampan dengan tubuh menggiurkan tapi tidak bisa dirasakan. Benar-benar menyedihkan.

Kulitnya terasa hangat, menular hingga ke seluruh tubuh. Jantungku berdetak lebih kencang saat menyentuh bibirnya. Bibir yang selalu kubayangkan bisa menempel di bibirku, merasakan bagaimana lihainya lidahnya mengajak lidahku bermain, atau suara-suara kecupannya saat menempelkan ke seluruh tubuhku, atau- ah... apa yang kupikirkan? Bisa-bisanya aku malah berpikir mesum saat ini.

Aku segera menarik tanganku sebelum menyentuh bagian tubuh Jo yang lain, tetapi sebelum itu terjadi, Jo sudah menarikku ke dalam pelukannya. Ia menjadikanku sebagai bantal guling dan memelukku erat.

Beberapa saat aku hanya diam. Aku menunggu saat yang tepat untuk meloloskan diri dan menenangkan jantungku yang ingin meledak karena kedekatan kami. Aku tersenyum saat Jo menggumam rancau seperti anak kecil. Sisi lain yang baru kali ini kulihat.

Beberapa detik setelah merasa tak ada lagi gerakan, perlahan aku menarik tangannya untuk lepas dari punggungku. Namun, belum sempat aku meloloskan diri, satu gerakan tak sadar dari tubuhnya membuat tubuhku diam, membeku, dan tak bisa beranjak. Bagaimana tidak, hal yang selalu aku bayangkan akhirnya terwujud, bibir Jo sudah menempel di bibirku. Meski hanya menempel dan tak bergerak.

"Tetap begini."

Aku tak yakin, jika ia sudah sadar atau belum, tetapi kata-kata itu seolah terlontar untuk kondisi kami dan bukan hanya sekedar gumamam seseorang yang sedang terlelap.

"Jangan pergi!"

Nah, kan? Bagaimana bisa aku tidak merasa di awang-awang kalau begini? Aku jadi curiga, ia betulan tertidur atau hanya kamuflase sih untuk mencari kesempatan?

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang