BAGIAN 13

44.8K 1.5K 46
                                    

Bagian baru sudah di up yah :)

Seperti biasa dan gak akan bosan aku bilang, tekan tombol bintangnya yah sebelum dibaca dan beri komentar untuk bagian ini kalau ada yang aneh, typo, atau ingin memberi kritik beserta sarannya.

Dan untuk bagian ini, lagi-lagi aku privat. Itu artinya hanya kalian yang sudah mengikuti akunku yang bisa membacanya.

...

ZAHYA POV.

.....

Jam sudah menunjukkan pukul 07.15 ketika aku sampai di rumah. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Jo. Seperti biasa, mungkin dia ada keperluan bersama teman-temannya. Klubing atau urusan kantor, entahlah. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Khawatir?

Seperti biasa, aku hanya bisa menunggu dan khawatir dalam diam. Dia tidak akan peduli dengan apa yang kulakukan. Percayalah, reaksi yang dia tunjukkan pagi tadi kemungkinan karena pengaruh suasana atau mungkin.... hanya kebetulan.

Sudah kukatakan, bukan. Jika dia adalah pria egois yang arogan. Dia tidak peduli dengan perasaanku saat melihatnya dengan para wanita yang─ terlalu menarik dan sayang untuk kaum lelaki abaikan─ selalu dekat dengannya dan malah menghindari aku yang notabenenya adalah istrinya sendiri.

Jadi kenapa aku masih khawatir padanya? Tidak. Lebih tepatnya, kenapa aku masih bertahan hidup dengan dirinya yang menganggapku hanya orang asing?

Aku bodoh, bukan?

Ah, sepertinya bukan bodoh. Tetapi lebih tepatnya akal sehatku sudah tertutupi oleh perasaanku terhadapnya hingga bagaimana pun sikap yang dia berikan, aku tetap menerimanya. Walaupun dia bersikap dingin dan tidak acuh aku tetap bertahan di sisinya, berharap suatu saat dia berubah dan membalas perasaanku. Walau itu terdengar mustahil.

Aku menghela nafas. Kembali ingatan tadi siang menghampiri kepalaku. Suamiku yang kucintai berbuat hal yang tidak seharusnya dia lakukan pada wanita lain saat dirinya sudah berstatus sebagai suami. Entah sengaja atau mungkin hanya mataku saja yang salah menilai. Namun, bukannya ia mengelak dan memberiku alasan, ia malah abai dan memilih bermesraan di depanku─ juga karyawan lain─ di kafe dan lebih parahnya dia malah memberiku tatapan dingin yang menusuk saat kami berpapasan seolah mengatakan bahwa wanita yang bersamanya seribu kali lebih baik dariku.

Aku juga tahu itu. Dilihat dari mana pun perbandingan kami sudah jelas. Sejelas antara air keruh dan air jernih yang bening. Bahkan orang rabun sekali pun tahu. Lalu kenapa ia tetap mengekangku dalam status kami? Kenapa ia tak melepaskanku saja dan bebas bermain dengan wanita lain? Apa ia tidak berpikir atau setidaknya khawatir dengan perasaanku?

Hahaha, terlalu lucu dan naif. Aku terlalu percaya diri kalau berpikir begitu. Jo tidak akan pernah khawatir dengan perasaanku sendiri. Buktinya sudah jelas. Tak sekali pun sikap yang setiap hari ia tunjukkan adalah sikap seorang suami.

Apakah ada seorang suami yang pernah mengumbar kemesraannya pada wanita lain apalagi di depan istrinya sendiri seperti yang ia lakukan padaku? Jelas tidak ada. Itu bahkan di depanku sendiri. Bagaimana di belakangku? Mengingat Jo yang dulu semasa sekolah berada di negara bebas, aku tidak yakin jika mereka hanya menggenggam tangan. Mungkin sudah melebihi dari itu.

Tidak terasa air mataku sudah mengalir. Ini sakit. Benar-benar sakit. Apalagi di bagian jantungku. Rasanya sesak, seperti jantungku diremas kuat namun tak setetes pun darah yang mengucur keluar.

Drrrrt...

Aku melirik ke arah di mana ponselku bergetar. Aku menghapus air mata dan mengambil ponselku. Ada pemberitahuan dari Arta teman seperguruanku di Kempo. Dia adalah atlet yang selalu mengikuti pertandingan. Mulai yang nasional hingga internasional─ walau bagian internasional dia tak pernah mendapatkan medali─ dia memintaku untuk datang ke Dojo sekarang, karena tadi aku absen lantaran sibuk dengan pikiranku yang kacau.

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang