Kalau bisa beri komentar dan vote setelah baca. Karena komentar dan vote kalian seperti vitamin yang buat saya semakin semangat nulisnya.
...Zahya POV
Apa yang sudah kulakukan?
Oh Tuhan.
Oke, aku harus tenang. Tarik nafas dan hembuskan secara perlahan dan jangan mengingatkan dirimu tentang kejadian semalam. Anggap semalam adalah mimpi, bunga tidur yang menggairahkan. Atau mimpi basah yang hanya dirimu saja yang tahu.
Begitu berulang kali kuingatkan diriku sebelum perlahan menarik gagang pintu kamar mandi dan membukanya dengan ragu-ragu. Namun, setelah keluar aku malah tidak melihat Jo.
Tapi, aku tetap bersyukur. Setidaknya Jo mungkin tahu, kalau saat ini aku benar-benar tidak bisa melihat wajahnya. Aku benar-benar malu. Oh Tuhan ini benar-benar memalukan.
Aku tidak tahu, setan apa yang sudah merasukiku semalam hingga berani menggoda Jo. Aku juga tidak mengerti dengan tubuhku yang bisa hilang kontrol setelah sentuhan jari-jemari Jo di tubuhku. Entah kenapa sentuhan itu seperti afrodisiak yang menjeratku dan tak bisa kutolak.
Aku sebenarnya tidak yakin dengan dugaan ini, kalau apa yang sudah kualami ada hubungannya dengan obat yang ibu berikan. Aku tidak mau menuduhnya- meski logika dan perasaanku justru merasakan sebaliknya. Aku juga tidak ingin dicap sebagai menantu durhaka kalau apa yang kutuduhkan tidak benar. Lagipula, ada kemungkinan kalau obat yang ibu berikan tertukar, bukan? Banyak kemungkinan bisa terjadi dan kesalahan tidak mungkin dipungkiri.
Lalu kenapa isi koperku seperti itu?
Arrrggghh... benar-benar tidak bisa kumengerti.
Treeeet
Satu pesan masuk ke ponselku. Aku mengambilnya setelah memakai gaun santai yang ada. Pesan itu dari Januar. Pesan tak penting sebenarnya. Ia hanya menanyakan kelancaran bulan maduku. Laki-laki itu memang minta dihajar rupanya. Tapi meski begitu, gara-gara pesan Januar wajahku langsung memerah.
"Pulang nanti, aku bawakan oleh-oleh." ketikku cepat lalu kembali meletakkan ponsel itu di atas tempat tidur kemudian melepas handuk dan mengambil pakaianku di dalam koper.
Januar membalas pesanku dengan cepat. Hanya beberapa detik sebelum aku memakai baju.
"Serius. Kau benar-benar akan bawa oleh-oleh. Wah, ayah, ibu, dan kayla pasti senang. Wkwkwkw... Aku benar-benar tidak sabar."
Nah kan, ini orang memang minta ditonjok. Lain yang kupikirkan, lain pula yang ada di otaknya. "Ya, tapi ini khusus untukmu sendiri, spesial."
Tidak sampai semenit, ponselku kembali berdering. Nama Januar muncul di layar ponsel sebagai si pemanggil. Aku kemudian mengangkatnya.
"Hm...."
"Apa hadiahnya?" Astaga, manusia ini.
"Dua bogem mentah di muka. Kanan dan kiri plus Gina sebagai bonus."
Untuk perkataanku yang terakhir ini aku bisa membayangkan bagaimana ekpresi wajahnya. Dia pasti sedang merinding membayangkan dirinya dan Gina berdua.
Dulu, awalanya kupikir Gina ikut membenciku karena mempercayai gosip murahan tentang aku dan ayah mertuaku yang beredar di kantor kami, kupikir ia juga adalah salah satu peggila Jo, tapi setelah lama kuperhatikan dan mendengarnya secara tidak sengaja curhatannya di toilet, aku tahu kalau sebenarnya dia membenciku karena aku terlalu dekat dengan laki-laki yang ia sukai, yaitu Januar. Telebih waktu gosip tentang aku dan Januar kian memanas karena bumbu merica dan penyedap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying To You
RomanceGanti Judul Mengandung unsur 21+ Sebagian part di privat Zahya: Mungkin aku adalah perempuan tidak tahu diri yang mengharapkan cinta dari pria dingin dan egois sepertinya. Jonathan : Mungkin aku satu-satunya lelaki di dunia ini yang bodoh su...