revisi
MATURE ADULT
Kalau umur kalian bukan 18+ Sebaiknya jangan di baca. Resiko tanggung sndiri.
....JANGAN LUPA klik BINTANG yah 😀 sebelum dibaca
...Jo POV
Setelah Zahya kembali ke kamar, kini tersisa aku, ayah dan ibu. Ibu terus mengeluh tentang cucu ketika drama yang ia tonton menampakkan sosok anak kecil yang tengah digendong oleh salah satu pemain filmnya, sedangkan ayah dan aku hanya diam dan larut dalam lamunan kami masing-masing, meski mata kami tetap terfokus pada film yang sedang tayang.
Jujur saja, sebenarnya aku ingin sekali kembali ke kamar dan beristirahat, tapi mengingat Zahya sudah duluan berada di sana menyurutkan keinginanku itu. Kami pasti merasa canggung satu sama lain, dan tentu saja, hal itu akan membuat kami sama-sama tidak akan bisa tidur dengan tenang.
Well, ini juga bisa dikatakan sedikit-banyak karena salahku. Seharusnya ketika awal nikah, aku membiarkannya terbiasa di rumah ini sebelum pindah dan merasa nyaman ketika bersama. Aku terlaru larut dalam kebahagiaanku sendiri hingga hal seperti ini dengan mudah kulupakan. Dan kini setelah hampir empat bulan kami menikah, Zahya bahkan masih canggung dengan keluargaku, yah kecuali pada Januar, yang notabenenya adalah sahabatnya ketika sekolah dulu.
Andai dulu aku tidak egois, semua ini tidak akan terjadi. Seandainya aku tidak menutupi perasaanku dari dulu, mungkin saat ini kami sudah menjadi keluarga kecil yang harmonis, dan yah hanya berandai saja semua tidak akan berubah. Kini, yang harus kulakukan adalah membiasakan Zahya dengan keluargaku serta membuatnya nyaman seperti saat bersama keluarganya. Tapi, omomg-omong, bagaimana keadaan keluarga Zahya sekarang? Sudah lebih dua bulan aku tidak mengunjungi mereka. Terakhir kali, ketika aku meninjau lokasi untuk keperluan hotel. Aku harap mereka tidak membenciku karena membawa anak mereka dan tidak pernah memberi kabar tentang Zahya.
Baiklah, mungkin sekarang waktunya aku harus menyingkir dan ke kamar untuk beristirahat. Kemungkinan Zahya sudah tidur sekarang, melihat jam sudah menunjukkan angka sebelas lebih.
"Jo?"
Dan niatku itu harus kuurungkan ketika ayah menyapaku. Aku berpaling pada ayah, tetapi ia tidak menatapku dan masih menatap layar LED di hadapan kami. "Ya. Ada apa, Yah?" lalu aku pun mengikuti apa yang ayah lakukan. Menatap layar LED, tanpa minat.
Terdengar suara helaan nafas Ayah, sebelum ia kembali bersuara. "Kau tahu," dan tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak ketika ayah menjeda perkataannya, "kau adalah anak pertama yang selalu membanggakan kami sekaligus contoh baik bagi adik-adikmu." yah, itu benar dan tidak meragukan lagi. Aku memang hampir tidak pernah mengecewakan mereka. Karena menurutku, letak kesuksesan seorang anak adalah dengan kebahagian orang tuanya. Ini bukan seperti sedang bermelankolis, tetapi itu memang kenyataan.
Aku tetap diam dan mendengarkan. Pembicaraan ini mungkin adalah sesuatu yang serius.
"Selama ini kau selalu melebihi ekpektasiku dan tidak pernah mengecewakanku─" aku mengangguk dalam hati dan tidak mambantah, karena itu memang benar.
"Kau juga selalu mendapatkan apa yang kau inginkan dengan kecerdasanmu itu, usaha dan kerja keras yang selalu kau lakukan selalu membuahkan hasil yang baik dan aku benar-benar bangga dengan prestasimu itu─"
Dan sekali lagi ayah mengutarakan kebenaran tentangku. Tapi, aku tahu dari semua perkataannya itu ada maksud tertentu yang sebentar lagi akan ia utarakan. Dan sekali lagi, perasaanku benar-benar tidak enak. Seperti ada yang bergejolak dalam perutku hingga menyuruhku untuk pergi secepatnya dari mereka. Sayangnya, aku bukan seorang pengecut yang suka kabur dengan seenaknya. Yang bisa kulakukan hanya meneguk air ludah dan menunggu kabar apa yang ingin diutarakan oleh ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying To You
RomanceGanti Judul Mengandung unsur 21+ Sebagian part di privat Zahya: Mungkin aku adalah perempuan tidak tahu diri yang mengharapkan cinta dari pria dingin dan egois sepertinya. Jonathan : Mungkin aku satu-satunya lelaki di dunia ini yang bodoh su...