Sorry guys aku lama update, sudah dua minggu lebih waktuku terkuras di kerjaan jadi gak sempat ngedit dan menulis lagi 😢. Ini juga gegara drop jadinya disempatkan update 😭😭. Semoga kalian mengerti 🙏🙏🙏
Sorry lagi kalau part ini ada yang kurang.
Semoga kalian menikmatinya dan jangan lupa vote sama komennya 😊😊
...
Zahya POV
....
Setelah makan malam selesai, Jo langsung masuk ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan ayah juga langsung masuk ke ruang kerjanya.
Aku yakin mereka berdua sedang berusaha menyelesaikan masalah akibat beberapa karyawan lalai yang hampir menyebabkan kerugian besar untuk perusahaan.
Dan sejujurnya aku juga ingin membantu. Tapi, aku sadar, aku tidak bisa membantu apa-apa. Mungkin hanya dukungan yang bisa kuberikan pada Jo. Yah, meski hanya dukungan kecil.
Betewe, aku jadi penasaran kenapa ibu hanya mengajakku ke halaman belakang rumah, padahal ada Kayla di rumah. Kukira ini adalah pertemuan antara perempuan saja. Padahal kami sama-sama perempuan. Duduk berdua di gazebo, depan kolam renang di bawah kolong langit malam yang bertabur bintang dengan musik penggiring serangga malam.
Ini adalah detik ke lima ratus kami saling berdiam. Kutatap ibu yang masih menikmati teh hijaunya. Gayanya sangat anggun khas wanita terhormat dari kalangan berkelas. Cara duduk, ekpresi wajahnya ketika menikmati teh, dan tentu saja dengan pembawaannya, benar-benar sangat berbeda dengan gayaku yang... yah, kampungan─ sedikit. Bagiku semua cairan yang diminum sama saja. Yang membedakan hanyalah suhu. Bagaimana cara minum cairan itu jika panas, dingin, atau hangat.
Oke, kembali ke topik, sejujurnya aku bingung saat ini. Ibu itu orangnya luwes, implisit dan pandai membuka obrolan kalau tiba-tiba diam seperti ini aku juga bakalan bingung mau memulainya dari mana.
Aku orang spontan sama seperti ibu, aku juga suka membuka obrolan. Tapi, kalau begini aku jadi ragu mau membuka suara apalagi menanyakan maksudnya membawaku di sini.
Tiba-tiba aku merasa canggung terhadap ibu.
Jadi, sebagai pengalihan dari suasana canggung yang aku rasakan sendiri, aku juga menikmati suasana malam ini, dengan menikmati teh hijau yang sudah disiapkan di atas meja gazebo.
"Apa yang kau rasakan sekarang, Za?"
Keningku bertaut. Bingung sekaligus tidak mengerti. "Maksud ibu?" tanyaku.
"Suasana di sini. Apa yang kau rasakan?"
Oh... yang aku rasakan, "Tenang." sahutku singkat, padat, juga... agak ragu. Tapi, memang apalagi yang bisa kuucapkan selain kata itu? Di tempat ini memang sangat tenang walau banyak serangga malam yang saling bersahut-sahutan untuk meramaikan malam. Tapi, suara itu malah seperti melodi yang didedangkan oleh orkestra dan menghasilkan musik yang menenangkan.
"Kau benar, Sayang. Tenang. Tenang bisa membantu seseorang dalam berfikir dan bisa menyelesaikan masalah. Ketenangan juga membantu seseorang lebih mudah menyerap informasi ke dalam otak mereka. Makanya ibu membawamu kemari. Tapi, ibu tidak akan berfilosofi tentang ketenangan. Ibu mengajakmu ke sini karena ibu ingin membicarakan sesuatu padamu. Hanya berdua tanpa diganggu oleh orang lain." aku mengangguk pelan, mengerti.
Aku belum lagi mengatakan apa-apa, masih menikmati teh yang sudah ibu buatkan dengan cemilan. "Baiklah. Ibu yakin tidak akan ada gangguan, ibu juga tidak mendengar suara Jon dan K atau ayah dan Jo. Jadi, ibu akan memulainya," aku mengangguk setuju dan kembali memperhatikannya. Benar-benar memperhatikan. "Ibu akan memberimu trik bagaimana caranya agar kau bisa memuaskan suamimu─"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying To You
RomanceGanti Judul Mengandung unsur 21+ Sebagian part di privat Zahya: Mungkin aku adalah perempuan tidak tahu diri yang mengharapkan cinta dari pria dingin dan egois sepertinya. Jonathan : Mungkin aku satu-satunya lelaki di dunia ini yang bodoh su...