BAGIAN 18

52.3K 1.8K 118
                                    

Ini gak di edit banyak, jadi kalau ada typo tolong di beritahu, yah :)

Please abaikan sub judulnya 🙏🙏😱😱, jaringan lagi jelek. Lepiku agak bermasalah. Makanya sebagian perubahan gak tersimpan. Jadi kalau judulnya masih 22, artinya judul yg dulu belum terganti. 😅

Btw, Jangan lupa klik bintangnya, oke dan comment kalau ada yang aneh guys 😄.

...

Zahya POV.

Aku tidak tahu sudah berapa lama tubuhku bergerak gelisah. Layaknya cacing yang dibakar, menggeliat tak nyaman dan ingin berlari menjauh dari kamar yang pernah didiami oleh Jo, suamiku.

Sejak masuk ke kamar pikiranku selalu melayang akan keberadaan Jo yang tidak akan lama lagi menyusulku ke mari, lalu berbaring di sampingku dan kami akan melakukannya- ah, entah kenapa gara-gara keinginan ibu, pikiran-pikiran mesumku jadi menggila.

Seharusnya aku sudah terlelap, ketika lima belas menit yang lalu bergelung di dalam selimut. Seharusnya aku sudah terbuai dengan mimpi-mimpi indah yang biasa hadir dan menemaniku dalam lelap. Yah, seharusnya, kalau saja otakku tidak selalu memikirkan kapan Jo akan menampakkan dirinya di dalam kamar dan membayangkan hal-hal erotis yang -tidak- akan mungkin terjadi.

Dan sekarang jam sudah menunjukkan angka tengah malam, namun mataku belum tertutup. Sialan.

Jo juga, kenapa belum menampakkan batang hidungnya? Aku jadi berdebar tidak jelas, kan.

Lalu waktu semakin banyak melangkah, entah di detik berapa hingga mataku benar-benar tidak mau terbuka.

Kasur melambai di dekatku, detik berikutnya, aku merasakan rasa hangat pada kedua mataku, pucuk hidung, lalu bibirku. Aku benar-benar ingin melihat apa yang terjadi, namun rasa kantuk yang sedari tadi kutunggu tidak mau berkompromi. Dan akhirnya aku benar-benar jatuh terlelap dalam rasa hangat yang nyaman.

...

Pagi harinya aku bangun karena bunyi kokokan ayam jantan yang sangat nyaring. Kokokan yang baru lagi kudengar setelah empat bulan meninggalkan rumah milik ayah.

Aku menguap kemudian ingin meregangkangkan otot-ototku, tapi rasanya tubuhku sulit bergerak. Lalu kurasakan pergerakan di sekitar pinggangku, menarikku kebelakang dan rasa hangat yang begitu nyaman kembali kurasakan. Rasanya aku kembali ke masa kecil, saat ayah dan ibuku memberikan dekapan hangat dan nyaman ketika tidur.

Dekapan?

Aku tersentak ketika ingatan semalam terbesit. Jangan-jangan ini adalah tangan Jo?

Sedikit kugerakkan tubuhku untuk melihat, dan benar saja sebelah tangan Jo berada di pinggangku tengah mendekap diriku, seperti memeluk gulingnya. Dadanya naik turun seirama dengan nafasnya yang berhembus.

Aku menghirup nafas dalam, aroma tubuh Jo langsung masuk ke indara penciumanku. Rasanya benar-benar nyaman berada di dalam pelukannya. Nyaman dan hangat.

Namun, bagaimana jika ia terbangun dan mendapati posisi kami? Rasa canggung mungkin akan semakin kental saat kami bersama dan aku tidak ingin itu terjadi.

Jantungku terus berdebar cepat, aku ingin pergi, namun tubuhku enggan menurutiku.

Ini adalah kesempatan, Za. Manfaatkan. Suara batinku menginterupsi.

Yah, ini adalah kesempatan yang mungkin akan terjadi kita-kira satu banding seribu keberuntungan. Yang artinya, tidak akan ada lagi keberuntungan menikmati wajahnya sambil didekap seperti ini.

Dengan ragu, aku mulai meggerakkan tanganku. Mulai dari menyentuh alisnya yang lebat, matanya yang tajam, hidung mancung dan kokoh, bibir yang banyak disukai oleh para wanita karena bentuk dan ukuran yang pas menghias wajahnya. Juga rahang tegas turunan dari ayah Joshua.

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang