BAGIAN 28

47K 3.2K 366
                                    


"Jo..."

"Hm..."

"Aku harus kembali ke ruanganku."

Aku menatapnya tak suka, baru beberapa menit yang lalu kami bersama, sekarang ia malah ingin kembali, bahkan makanannya pun belum habis setengah. "Habiskan dulu makananmu."

Zahya menatap makanannya horor seperti melihat sesuatu yang mengerikan. "Makanan ini bahkan lebih banyak dari makananmu, Jo." katanya.

Tentu saja, karena aku memang sengaja.

"Lagipula kenapa harus salad, sih?"

Supaya kau menjadi lebih subur.

Andai aku menjawab seperti itu, aku yakin dia akan menatapku lebih horor dibanding makanan itu. Tapi, sungguh aku ingin sekali mendengar suara lain yang mengisi rumah kami.

"Aku seperti seekor sapi kalau begini." keluhnya dan membuat kekehan meluncur dari mulutku.

"Habiskan saja Za. Ini juga untuk kebaikanmu. Kau jarang makan makanan yang sehat. Kau selalu makan makanan yang mengandung banyak kolestrol jahat." dan itu tidak baik untuk kesuburan.

"Lalu kenapa banyak tougenya?" sekali lagi dia bertanya.

Akhir-akhir ini Zahya makin cerewet.

"Touge itu baik untuk tulang." jawabku asal.

"Ha?!"

"Sudahlah, habiskan saja makananmu. Kau ingin ke ruanganmu, bukan?"

Ia mengangguk. Tidak lama ia kembali memakan makanannya dan aku dengan dokumenku.

"Jo!"

"Hm..."

"Aku sudah selesai."

Ha?!

Aku mendongak untuk melihat kebenaran ucapannya. Dan- astaga, ini bahkan tidak lebih dari seperempat jam dan makanannya sudah habis tak bersisa. Ia sudah seperti beruang betina yang tidak makan selama seminggu. Aku bahkan belum menghabiskan minumanku.

"Cepat sekali, Za..."

Ia menyengir dengan tangannya yang menyentuh perutnya. "Enak."

"Enak atau lapar?" tanyaku menggodanya.

"Dua-duanya." katanya sambil menunduk malu.

Aku tersenyum geli. Zahya kalau lagi malu seperti ini sangat menggemaskan. Kalau tidak ingat ini adalah kantor dan waktu kebersamaan kami yang sedikit, sudah dari tadi kulumat habis.

"Jadi, sekarang mau kembali ke ruanganmu?"

Ia mengangguk bersemangat.

"Mau kuantar?"

"TIDAK."

Cepat sekali jawabnya.

Aku memasang wajah kecewa, "Baiklah." sahutku terdengar lirih.

"Jo, kau tahukan bagaimana mulut-mulut karyawan di sini? Terlebih kau tadi sudah memberitahukan pada sekertarismu tentang hubungan kita..."

Satu alisku naik, "Kau tidak suka?"

"Bu... bu... bukan begitu. Maksudku, aku... aku... tidak mau ada gosip tentang dirimu dan menjelekkan citra baikmu."

"Kalau begitu, aku akan memecat mereka."

"Eh?!"

"Kalau kau mau, aku akan melakukannya."

"JANGAN! Eh, ma... maaf... aduh kenapa aku jadi begini, sih. Maksudku, jangan melakukannya. Kalau kau memecat mereka, nanti pekerjaan mereka siapa yang urus."

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang