BAGIAN 4

65.7K 2.5K 142
                                    

ini sudah direvisi yah 😊😊
Semoga suka. Dan janga lupa klik bintangnya.

....


ZAHYA POV

"Apa benar kau ingin tahu apa yang ku inginkan selama ini?" Jo bertanya dengan nada menggoda. Astaga kenapa jantungku jadi berdetak lebih cepat.

Aku mengangguk seraya menatapnya. Dalam hati berdoa agar dia tidak meminta sesuatu yang aneh apalagi menikah lagi.

Dia mendekatkan bibirnya di telingaku, "Anak." bisiknya. Dan satu kata itu sukses membuat wajahku merona serta jantung yang semakin berdetak tak karuan.

Aku menunduk menyembunyikan rona merah ini dari dia.

DUK

Ahhh....

Aku mengerjapkan mata saat rasa sakit dipunggungku semakin terasa. “Jadi dari tadi aku hanya bermimpi?” gumamku.

Sejenak kupejamkan mata. Berusaha mengumpulkan semua nyawa yang masih tercecer lalu bangkit dari lantai tempatku terjatuh dan-- astaga... ini sudah jam sepuluh malam, sementara aku masih berada di ruang ganti tempat latihanku, oh My...

Ck, dasar mimpi.

Saking bahagianya aku sampai keenakan. Seharusnya tadi aku tidak terjatuh. Atau, seharusnya aku mencari tempat tidur yang lebih baik supaya mimpiku terus berlanjut. Kan jarang-jarang aku bisa bermimpi indah seperti tadi.

Ah, aku menggeleng. Tidak mau banyak buang waktu, aku bergegas membereskan semua barang-barangku dan pulang. Untunglah tempat latihan ini selalu dijaga oleh petugas keamanannya jadi aku tidak lama terkunci di dalam Dojo. Yah meski dalam artian aku pulang sudah menjelang larut.

...

Sepanjang perjalanan tak hentinya pikiranku berkelana tentang hubunganku dan Jo. Entahlah. Aku merasa hubungan kami terlalu aneh. Yah, aku tahu pernikahanku dengannya masih seumur jagung dan perkenalan kami pun terlalu singkat sebelum ke tahap pernikahan, tapi tidakkah sikapnya selama ini sudah keterlaluan?

Sejak awal aku selalu mencoba untuk mendekatkan diri, setidaknya, meskipun kami masih baru berkenalan, kami tidak bersikap seperti dua orang asing dan berteman mungkin bisa membuat kami tidak kaku dan canggung. Sayangnya, bukannya menerima ia malah bersikap abai. Seolah aku ini hanya kutu, serangga parasit yang tidak tahu diri. Dia selalu dingin bahkan sengaja membangun dinding kuat tak kasat mata agar aku tak bisa menyentuhnya.

Kadang kala jika pikiranku sedang kalut, ingin sekali aku datang padanya dan bertanya apa salahku hingga dia mengacuhkanku seperti itu. Apa yang sudah kulakukan padanya hingga ia terlihat sangat membenciku? Jujur saja, aku lelah. Aku lelah dengan sikapnya.

Dulu, kupikir dengan berjalannya waktu kebersamaan kami secara perlahan akan membuat sikapnya berubah, setidaknya sedikit kehangatan bisa dia perlihatkan padaku. Namun, bukannya lebih hangat, ia justru akan bersikap lebih dingin jika dia merasa aku mulai mengusik dirinya.

Aku istrinya. Tetapi hanya sebagai status. Selebihnya, aku hanya butiran debu yang sama sekali tak berarti di matanya.

Aku tersentak, saat hampir menabrak trotoar di depan. Untung saja ponselku berdering dan menyelamatkanku. Nama Mai muncul di layar sebagai pemanggil. Dia bertanya tentang salinan laporan yang diminta pak Doni tempo hari karena ada beberapa yang salah dari laporan yang ia buat. Aku memutus sambungan setelah beberapa menit kami berkomunikasi dan tentu saja aku mengucapkan banyak terima kasih. Meski ia bingung, tapi ia tak juga memprotes dan bertanya.

Butuh sepuluh menit berkendara, aku tiba di rumah. Rumah masih dalam keadaan gelap. Artinya, Jo belum pulang dari aktivitasnya. Entah aktivitas yang mana. Yang jelas, jam kantor sudah beberapa jam yang lalu telah usai.

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang