BAGIAN 14

48.6K 2.1K 101
                                    

Jangan lupa klik ⭐️ yah dan komen setelah dibaca 😊. Kritik dan saran sangat membantu untuk memperbaiki tulisan ini.

Btw, ini gak terlalu banyak di edit, jadi kalau ada typo atau yang aneh dan kurang ngeh untuk kalian tolong dikasi tahu dan dijelaskan 😁.

...

ZAHYA POV

Aku terbangun saat matahari masih belum menampakkan sinarnya. Kebiasaanku dari dulu memang sulit untuk dihilangkan, meskipun semalam aku tidur lebih larut dari biasanya. aku sedikit meringis ketika tiba-tiba kepalaku berdenyut saat turun dari ranjang. Bukan hanya itu, wajah serta tubuhku juga terasa sakit saat aku bergerak. Kupikir, rasa sakit ini muncul karena selain gara-gara randori, waktu tidurku juga banyak yang kurang.

Semalam setelah Jo mengungkapkan perasaannya, aku benar-benar tidak bisa tidur lantaran kata-katanya itu terus membayang di kepalaku. Rasanya seperti mimpi yang diimpikan hingga tidak ingin bangun-bangun. Semua yang ingin kudengar darinya, semua yang diam-diam kuharapkan, semua yang tadinya kukira mustahil bisa terwujud, semua itu menjelma menjadi kenyataan semalam. dan setelah semua itu terjadi pun, aku masih merasa kenyataan itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Alhasil, tidur yang seharusnya nyenyak jadi seperti mengambang-ambang, mata yang tidak bisa tertutup, dan mimpi indah yang kuharapkan tidak berdatangan.

Tapi, apakah yang semalaman itu memang benar atau hanya delusiku saja yang terlalu mengharapkannya?

Bukankah ini terlalu aneh? Selama ini ia selalu bersikap terlalu dingin bahkan sangat abai terhadap kehadiranku dan dalam waktu semalam ia berubah, memutarbalikkan semua persepsiku terhadapnya.

Tidak. Semalam memang terjadi. Kalau tidak, mana mungkin aku masih merasakan rasa bibirnya yang masih tertinggal di bibirku. Tatapannya yang lembut─ yang baru pertama kali dia berikan─ yang terus saja menghantuiku bahkan sampai sekarang. Dan setiap ucapan yang dia lontarkan, astaga, benar-benar sudah memporak-porandakan hatiku. Aku bukan manusia batu yang tidak bisa merasakan itu semua, walaupun emosi yang semalam turut mendapingiku.

Walau begitu, tetap saja keraguan itu masih menyelipi. Bagaimana jika aku sudah terlanjut jatuh padanya dan tiba-tiba dia membuangku karena orang lain. Itu bukan hal mustahil kan?
Satu-satunya cara ada hanya melihat bukti dan kesungguhan dari ucapannya semalam, kalau memang dia serius. Dan kalau pun ucapannya adalah ucapan kosong, aku hanya perlu menganggap kejadian semalam tidak pernah terjadi. Gampang kan?

Ah, sudahlah.

Perlahan aku memejamkan mata agar rasa sakit dikepalaku mereda. Dan hanya butuh kurang dari sepuluh detik rasa berdeyut kepaku berkurang. Aku turun dari ranjang dan melakukan sedikit peregangan agar rasa sakit juga kaku pada bagian tubuhku bisa terasa lebih baik. Selanjutnya aku membuka jendela setelah sebelumnya membereskan tempat tidur. Aku kemudian kekamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi dan bergegas ke dapur untuk membuat sarapan pagi.

...

Aku benar-benar merasa seperti gadis labil yang malu-malu kucing terhadap laki-laki pujaannya. Mau tapi malu. Tidak tahu mau melakukan apa-apa selain menghindar lantaran sudah mendengar pernyataan cintanya. Entahlah. Aku bingung harus apa.

Setelah menyiapkan sarapan pagi tadi, aku langsung bergegas ke kantor. Tidak pergi jogging seperti biasa. Pesan yang dikirim Bagas pun juga tidak kugubris sampai sekarang. Aku hanya ingin segera pergi dan tidak mau bertemu pandang dengan Jo. Dan alhasil, membuat bingung─ sebenarnya curiga─ petugas security kantor karena aku terlalu cepat datang ke kantor─ bahkan sama cepatnya dengan petugas kebersihan.

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang