BAGIAN 27

50.8K 2.2K 404
                                    

Tidak diedit, jadi kalau ada typo mohon dimaklumi 😊

Btw, jangan lupa bintangnya, yah.

Enjoy.

....

"Kau benar-benar ingin ke kantor dengan motor matic itu?"

Aku mengangguk.

"Tidak ingin naik mobil bersamaku?" Jo masih berusaha merayuku.

Aku mengangguk lagi. Tentu saja tidak. Apa yang akan karyawan lain pikirkan?

"Kenapa?"

Karena itu bersamamu.

"Sudah lama aku ingin naik motorku. Please!?" sahutku memohon.

Jo menghela nafas, "Baiklah."

Aku tersenyum. Akhirnya setelah hampir lima belas menit Jo akhirnya mau mengizinkanku.

"Tapi, aku akan mengikutimu dari belakang."

Astaga. Dia ini benar suamiku, bukan sih? Kenapa sifatnya berubah sekali. Ke mana sifat dingin dan acuhnya yang dulu?

"Za?"

"Iya, iya, baiklah." balasku. Dari pada kami semakin lama di car port.

"Dan ingat, jangan di atas 40 km/jam."

Apa? Syarat macam apa itu? Dia ingin aku tertidur di atas motor dan membuatku celaka?

"Jo, itu tidak bisa. Kau tahu kan jaraknya kantor dan rumah kita seberapa jauh? Kalau aku membawanya dengan kecepatan itu, aku akan terlambat." dan bisa-bisa aku tertidur di atas motor, lanjutku dalam hati.

"Ikuti atau kita berangkat bersama. Itu syaratnya."

Ini Jo sebenarnya kenapa? Biasanya ia juga tak melarang dan membiarkanku naik motor ke kantor.

"Za?!"

Ish, boleh aku menggigit jakunnya?

"Iya, baiklah." sahutku lemah. Padahal biasanya kecepatan standar motor yang kukendarai adalah 60 km/jam, diberi syarat seperti itu... semoga aku bisa bertahan.

Hah, untung suamiku.

Dengan setengah jengkel, aku segera menaiki motor dan perlahan melajukannya. Jo di belakang mengikutiku setelah mengunci pagar rumah. Dua hari setelah kami beristirahat (lewat dari masa izin) di rumah mertuaku, Jo meminta kami untuk kembali ke rumah. Alasannya, tentu saja karena tidak ingin waktu kebersamaan kami diganggu. Alasan menjengkelkan sekaligus menggiurkan.

Bahkan tadi pun, ia tak ingin kembali ke kantor. Kalau aku tak memaksanya dan mengancam untuk tidur terpisah, ia pasti akan kembali bersantai di dalam kamar.

Jujur saja, aku sangat senang dengan perubahannya ini, mengingat beberapa minggu yang lalu kami masih seperti dua orang asing yang tinggal di satu atap- bahkan berbicara pun hanya seperlunya saja, padahal status kami adalah sepasang suami-istri...

Pip

Aku sedikit tersentak ketika suara klakson mobil Jo tiba-tiba terdengar. Kulihat speedometer, ternyata tanpa sadar aku sudah melajukan motor dengan kecepatan 60 km/jam. Sedikit melirik ke arah mobil Jo. Aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya saat ini karena terhalang kaca mobilnya yang gelap, tetapi aku yakin, dia pasti sedang kesal dengan ulahku ini. Aku pun balik mengklakson, pertanda kalau aku mengerti maksudnya dan dengan perlahan, aku memelankan laju motor.

Marrying To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang