"Atau kau mau kita ke permandian air panas saja? Itu lebih baik dari pada air panas di dalam─"
Blam.
Dan pintu tertutup sebelum ucapanku selesai.
Tapi, itu tidak masalah. Perasaanku terlalu bahagia umtuk merasa tersinggung. Yah, aku sangat bahagia. Kalian dengar? BAHAGIA, seperti segala sesuatu yang aku kejar akhirnya mempu kugapai.
Aku tahu, kalian semua juga, pasti pernah merasakan perasaan bahagia. Entah dari hal kecil sampai tindakan yang besar. Entah berasal dari teman, sahabat, keluarga atau orang yang kalian kasihi. Dan untukku, dengan Zahya yang menerima diriku sepenuhnya, itulah yang membuatku bahagia.
Jujur saja, dulu, arti bahagia menurutku hanyalah ketika melihat binar bahagia tercetak di wajah orang tuaku, senyum dan tawa yang terus menghiasi wajah adik-adikku, dan kekonyolan yang membuahkan tawa terbahak dari sahabat-sahabatku. Dan sekarang, arti bahagia dalam kamus hidupku bertambah, yaitu wajah Zahya yang selalu tertera di netraku ketika bangun tidur.
Namun, satu hal yang sampai saat ini membuatku penasaran. Kenapa istriku melakukan hal nekad seperti semalam?
Jujur saja, baru semalam aku merasa kalau kinerja otakku mulai melambat dalam memahami kondisi, aku benar-benar kelimpungan dan bingung sekaligus ketika melihat keanehan Zahya, aku juga bimbang memikirkan apa yang harus kulakukan, pikiranku benar-benar kacau, perasaanku tidak karuan.
Namun, setelah paham apa yang terjadi, spontan aku malah semakin terkejut dan nyaris tidak percaya. Bagaimana bisa istriku yang polos bisa nekad seperi itu.
Aku benar-benar tidak tahu dan tidak mengerti apa yang ada dipikirkannya hingga berani meminum pil viagra dan menggunakan lingerie seksi di balik gaun tidur transparannya. Menggodaku dengan kepolosan dan tingkahnya─ meski itu semua karena reaksi dari obat perangsang, tetapi gara-gara itu jugalah yang membuatku tidak bisa mengontrol diri dan membuat kami berakhir seperti yang ibu inginkan─ dengan pelepasan yang sempurna─ itu untukku.
Well, walau apapun itu, yang jelas semua sudah terjadi. Aku sudah memilikinya, sepenuhnya. Dan tinggal menunggu waktu hingga apa yang sudah kutuai mendapatkan hasilnya. "Semoga." gumamku di sela-sela rasa girangku.
Ah, haruskah kutambahkan dengan kata happy ending seperti novel romansa yang selalu ia baca? Tidak. Itu tidak perlu. Ini adalah kisah kami, kami yang menjadi pemeran utamanya, dan aku yakin kami akan mendapatkan akhir yang bahagia.
Ceklek
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Zahya yang tertegun di balik handuknya. Aku menyeringai, senyumku semakin lebar. Melihatnya seperti itu, membuat ingatan semalam kembali terlintas. Wajahnya yang memerah, suara desahan lirih, juga lenguh kenikmatan akibat pelepasan kami. Semuanya sangat jelas terekam dalam ingatanku─
Dan sekarang melihatnya seperti itu, bayangan-banyangan erotis menghinggapi kepalaku. Bagaimana titik-titik air dari rambutnya berubah jadi keringat yang perlahan mengalir dan menghilang di balik belahan dadanya juga aroma sabun yang berubah jadi feromon yang memabukkan, memanggilku untuk segera melumatnya─ oh shit, dia terlihat seksi. Dan sialnya sesuatu yang sudah susah payah kutidurkan kembali tergabangun.
Aku berdehem untuk menghilangkan gelombang rangsangan yang perlahan melanda, "Kau sudah selesai?"
Zahya mengangguk ragu tanpa menyahut. Beberapa lama ia terdiam ditempatnya dan tak melangkah. Hingga kemudian aku memperhatikan tubuhnya yang mulai menggigil barulah ia perlahan melangkah menuju kopernya dan mengambil baju yang belum sempat ia tata dalam lemari. Setelahnya ia kembali berjalan menuju kamar mandi tanpa melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying To You
RomanceGanti Judul Mengandung unsur 21+ Sebagian part di privat Zahya: Mungkin aku adalah perempuan tidak tahu diri yang mengharapkan cinta dari pria dingin dan egois sepertinya. Jonathan : Mungkin aku satu-satunya lelaki di dunia ini yang bodoh su...