Twenty~ [JeonJK]

1.8K 109 38
                                    

Drrt... Drrt...

Ku arahkan mataku pada jam dinding di atas pintu.

11.45 p.m.

Kemudian beralih pada benda kotak yang berkedip di meja nakas.

Tak ada yang spesial. Ini memang biasa terjadi di setiap minggu bahkan setiap hari.

Dengan antusias, aku mendekat ke arah meja nakas. Ku tatap lamat layar dengan panggilan masuk yang terus berkedip meminta jawaban.

Aku tak tahu seberapa sulitnya ia menyisihkan waktu sehingga dapat terus meneleponku rutin pada jam seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tak tahu seberapa sulitnya ia menyisihkan waktu sehingga dapat terus meneleponku rutin pada jam seperti ini.

Senyumku sempat mengembang sebelum menggeser icon telepon di layar.

Detik berikutnya suaranya menyapa.

"Annyeong~" orang di seberang menyapa dengan riang, seperti biasanya.

"Eung... annyeong." dan aku yang selalu membalas dengan seadanya.

Hening sesaat.

Kudengar samar suara helaan napasnya di ujung sana.

Aku tak tahu dimana ia berada sekarang, namun suasana benar-benar terdengar sepi. Hanya terdapat suara tiupan angin yang sekedar lewat.

Tanpa memandang apa yang terjadi, entah aku merasa dia sedang tersenyum.

Setelah ke sekian kalinya ia menghela, sebuah dehaman muncul, "Hm... aku... merindukanmu, Rae."

Senyumku makin terlukis jelas ketika suara itu mengiterupsi.

Jungkook memanggil namaku...

Bagaikan sebuah candu yang membawaku terbang tinggi, meninggalkan kesadaranku jauh di bawah sana.

Aku merindukan suaranya.

Sekalipun kegiatan itu rutin ia lakukan, sudah empat bulan ia jarang menghubungiku.

Sibuk dengan kegiatannya menjadi Idol terkenal, membiarkanku terus merindukan suaranya, itu menyebalkan.

Mengetahui tidak adanya jawaban, Jungkook membuang nafas asal.

"Jangan berteriak..." suaranya kembali terdengar, membuatku menyipitkan sebelah mataku.

"Untuk apa?"

Dia terdiam, kembali menghela. Entah sudah kali berapa, namun mendengarnya bernapas tak pernah membuatku bosan.

"Look at outside..." ucapnya dengan desibel rendah.

Sejenak aku resapi suara pria itu setiap detiknya. Membuat ukiran senyum yang makin melebar.

Sejenak aku memandang ke pantulan kaca, hanya pandangan kosong. Sementara otak mendadak mencerna apa yang pria itu ucapkan.

Love Affair [BTS Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang