"Kamu bilang, aku adalah penghidup nada itu. Kamu bilang, aku yang menggabungkan harmoni menjadi satu. Kamu kembali menegaskan, aku adalah lagu.
Sekalipun ujung bibir ini enggan untuk berhenti terangkat untuk kamu, kini giliran aku yang mengatakan, bagaimana jika aku bukanlah aku?"
***
"Nadanya pasti ketinggian..."
"Aku gak yakin."
"Aku turunin jadi C?"
Gadis itu mengangkat kedua bahunya, "Coba aja."
Instrumen yang pria itu mainkan kembali terdengar dengan berbeda nada dasar. Sedari tadi, gadis yang menyandar pada sisi piano hanya menggerakan kepalanya pelan, berusaha menikmati iringan yang Yoongi mainkan.
Begitu masuk bagiannya, gadis itu mulai bernyanyi. Tidak ada masalah, suaranya terdengar kelewat merdu hingga Yoongi menyambut nada itu dengan menyembunyikan maniknya pada kelopak mata yang tertutup.
Setidaknya hingga masuk pertengahan lagu, gadis itu tersedak pelan. Spontan Yoongi membuka matanya dan langsung menaruh atensi pada gadis yang tengah membanting kertas lirik di atas piano.
"Uhuk..."
"Seulhee, kamu gak apa-apa?"
Gadis itu menggeleng lalu menjauh. Yoongi mengikuti langkah gadis itu hingga bar kecil, mengambil alih gelas yang Seulhee ambil dan mengisinya dengan perasan jeruk yang dicampur dengan air hangat.
Ia menyodorkan gelasnya pada Seulhee yang tak disangka tengah menatapnya dalam diam. Yoongi menarik sebelah alisnya ke atas, "Minum."
Di luar dugaan, Seul Hee menggeleng.
Tangannya mengambil gelas lain lalu bergerak mendekat pada kulkas. Ia mengangkat salah satu botol air dingin yang kemudian dituangkan pada gelasnya.
"Kenapa air dingin? Aku—" Yoonggi memutar bola matanya jengah ketika Seulhee bahkan telah menghabiskan isi gelasnya sebelum ia selesai bicara.
Yoongi meletakan gelas miliknya pada meja lalu menatap Seulhee dengan menuntut penjelasan.
"Aku cuma butuh minum, Yoon. Bukan air perasan jeruk itu."
"Suara kamu bisa aja makin parah."
Seulhee mengangkat kedua bahunya tak acuh. Tubuh gadis itu telah kembali pada sofa tepat disebelah grand piano yang sempat Yoongi mainkan.
Ada apa dengan gadis itu? Yoongi masih tidak bisa menghapus sorot kesalnya ketika dengan santai Seulhee malah menyalakan TV. Terlihat sangat tidak mengindahkan kegiatan sebelumnya, menurut Yoongi.
"Kamu tahu, nadamu gak stabil di beberapa note tinggi. Kamu lagi kenapa, sih?"
Seseorang di atas sofa enggan untuk buka suara. Baiklah, Yoongi memilih untuk menggiring langkahnya lebar agar segera sampai pada sofa yang sama dan mulai memerhatikan wajah gadis itu lekat, memulai penyelidikannya.
"Kamu bosen?"
Seulhee sempat menatapnya sebentar sebelum akhirnya gadis itu hanya memiringkan kepala. Setengah mengiyakan.
"Bilang sama aku, Seul."
"Iya aku bosen."
Yoongi mengambil beberapa helai rambut yang hampir menutupi sebelah wajah Seulhee, "Kamu harusnya bilang dari awal."
"Aku—" Seulhee sempat menatap manik Yoongi, pandangannya meneduh seolah tengah membawanya berdiri di tengah padang bunga yang berangin.
Seulhee merasakan kelembutan pada ujung jari Yoongi hingga membuat gadis itu menutup mata barang sedetik untuk merasakan sampai di mana ia sekarang, masih di titik jenuh yang sama atau ia hanya berpindah pada rasa bosan yang lain.
"Aku bingung."
Puncak kepala gadis itu tepat bersadar pada bahu milik pria bermarga Min, membuat empunya tersenyum lembut sekalipun pria itu tahu bahwa gadisnya tak mungkin melihat itu.
"Maafin aku..."
"...kita bisa ganti lagu lain."
Sesaat kemudian air muka Seulhee berubah. Gadis itu menatap Yoongi tidak terima begitu ia baru selesai menegakkan tubuhnya. Yoongi melempar tatapan bertanya, ada apa?
"Udah aku duga, orang macam kamu gimana mau ngerti."
Buru-buru Seulhee menyambar tas yang tergeletak pada bangku yang terpisah, sementara Yoongi harus mengernyit sekaligus melebarkan matanya melihat Seulhee berjalan begitu cepat ingin meninggalkannya.
"Sebentar— sebentar. Ahn Seulhee! Maksud kamu apa?"
Kalimat tanya tidak seharusnya diucapkan dengan nada yang meninggi. Yoongi salah kaprah karena ucapannya berhasil membuat Seulhee berbalik dengan raut yang tidak terjelaskan.
"Kamu itu jahat, Yoon." ujar Seulhee, terdengar mutlak, tepat langsung menampar wajah linglungnya.
Yoongi tidak mengerti, "M-maksud kamu?"
"Aku bahagia karena kamu, tapi mungkin sekarang aku tahu karena kamu gak pernah bahagia karena aku. Kamu bahagia karena lagu kamu sendiri." kedua bahu gadis itu naik turun secara tidak stabil. Terisak pelan dalam desibel rendah karena sedang berusaha ia tahan.
Yoongi tidak bisa meluputkan bahwa dirinya ikut berkaca sekarang. Ucapan Seulhee membuatnya seperti melihat bahwa selama ini, apa yang ia perbuat hanyalah menancapkan rantai pada kebahagiaan gadisnya sendiri.
"Kenapa, Seul? Ka-kamu bisa bilang kalau kamu gak mau, ta-tapi..."
"Aku gak pernah ngerasa muak tentang bernyanyi sampai dateng hari ini. Kamu ngerusak segalanya, Yoon."
"Seul,"
"Kamu gak tau rasanya. Aku pengen sekali-kali kamu denger perasaanku, bukan cuma nada-nadaku aja, Yoon. Kamu bahagia denger suaraku, tapi kamu gak tau apa yang aku rasain."
"Buruknya, kamu cuma manfaatin suaraku." lanjut gadis itu mampu membelahnya menjadi dua. Kalut.
Yoongi tidak dapat mengatakan apapun lagi, baik kata maaf atau melontarkan pembelaan untuk dirinya sendiri. Bibirnya bergetar entah ingin menyampaikan apa.
"Seul..."
"Kamu itu sedang memertahankan aku atau suaraku?"
Tatapan Yoongi kosong searah pada pintu yang tengah dibanting kasar. Suaranya bahkan tidak lebih keras dari hatinya yang kian mengeras lalu terjatuh karena gadis itu.
Lima detik.
Sepuluh detik.
Hingga tiga puluh detik, Yoongi merasakan tubuhnya terhuyung lalu bertumpu lutut pada lantai dingin apartemennya.
"Selama ini aku cuma lihat nada abstrak dibanding nyatanya kamu, Seul."
"Maafin aku."
.
.
.
.
.Coba hal baru, tp keknya ga cocok. Suga kek ngalus mozo :)
Pengen bikin brothership, cuma gak pernah kreatif nemu alur brothership itu cem apa aja :)
Btw ini terinspirasi dari drama The Liar and His Lovers sama Queen of The Ring yha~ :')
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Affair [BTS Fanfiction]
Fanfiction"And there just something about him I can't live without." [Bangtan Trash] Kimgysm_ present.