Pintu itu terbanting sejurus dengan seorang yang melenggang masuk tanpa perasaan.
Otomatis Taehyung bangkit dari sofa nyaman yang membekukannya dalam penantian. Menatap sosok itu hingga bibirnya mencoba menahan sosok itu menghilang dari pandangan.
"Jungkook."
Tak menggubris, yang disebut namanya hanya berjalan tanpa berniat berhenti.
Angkuh. Sangat.
Bahkan wajahnya tak memerlihatkan bahwa ia menganggap ada satu manusia lain di ruangan itu.
Hal itu membuat genggaman tangan Taehyung mengerat penuh amarah.
"Jeon Jungkook, aku memanggilmu!"
Tap.
Kakinya tertutup pada sebuah kotak keramik berjarak lima meter dari Taehyung. Napas berat berembus lirih, namun suaranya terdengar hingga Taehyung mengelus pelipisnya sendiri.
Jungkook berbalik dengan wajah tidak merasa berdosa.
"Membuatku menunggu lebih lama lagi, hm?" ucap Taehyung dengan nada rendah dan bibir tak sepenuhnya terbuka. Pandangannya sudah enggan menatap Jungkook sekalipun pria yang lebih muda itu rela berbalik menghadapnya.
Suasananya sangat mencekam. Tidak akan lebih memuakkan jika Jungkook berhenti membuat Taehyung mematung di sofa itu. Sayangnya, malam ini bahkan Jungkook membuatnya dengan durasi yang semakin lama.
Taehyung jelas tengah jengah.
Dan Jungkook bahkan terus membungkam mulutnya sekalipun kesediaan tubuhnya sedikit menghormati yang tua, masih menghadap kepada siapa yang berbicara.
"Kau anggap aku siapa?"
Taehyung tidak berniat membuat nadanya meninggi, ia hanya melempar tatapan tajamnya pada sosok yang kini justru menunduk saat ia mencoba menyatukan manik mereka.
Jungkook seseorang yang keras kepala dan makin menyebalkan karena kekanak-kanakannya.
"Sudah beberapa kali aku mengh–"
"Kau boleh marah, tetapi apa hakmu menyudutkanku seperti itu?"
Ck.
Terlalu spontan, Taehyung tidak dapat menahan kekehan mengejeknya.
Mata bulat itu mulai naik dan memandang wajah meremehkannya. Bocah itu mulai di luar kendali.
Sudah berani memotong pembicaraanku rupanya...
"Apa aku bukan lagi seorang yang lebih tua dan patut kau hormati?"
Jungkook tak sepenuhnya mengerti akan arah yang akan Taehyung bicarakan, tetapi ia sadar penuh bahwa manik coklat itu tengah menatapnya tajam.
Beralih? Ia akan terbelah begitu saja.
"Kau pikir kau bisa seenaknya saja melakukan hal itu?"
"Kita bukan dalam hubungan untuk hal seperti itu– hyung..." Jungkook sempat tercekat. Walaupun diucapkan dengan perlahan, kalimatnya mengundang rasa kaget dari lawan bicaranya.
"Oh, jadi maksudmu kau bisa seenakmu berhenti dan kembali menghormatiku lain kali begitu?"
"Hentikan, hyung."
"Aku ingin kau menjelaskannya, Jeon!"
"Apa yang perlu dijelaskan?!"
"Tentang kita!"
"Kau pikir aku tidak butuh waktu?!"
Hilang sudah nada sabar Jungkook. Ia makin tidak bisa menahan diri ketika Taehyung sudah banyak menuntut.
Ia tidak suka ketika Taehyungnya berubah menjadi pria yang terlalu pengatur. Oh yang benar saja, Taehyung pernah berusia dua puluh, dan seharusnya ia mengerti tentang apa yang ia rasakan.
"Aku benci untuk mengatakan hal ini..."
"Kalau begitu tidak usah katakan. Aku terlalu muak untuk kembali menunggu bocah sepertimu."
"Aku belum siap!"
"Lalu kenapa?"
"Aku hanya–"
Brak!
Atensi keduanya beralih menuju pintu yang digebrak kedua kalinya.
Hoseok, dengan wajah geram dengan perlahan memasuki ruangan.
Tidak. Cukup masalah ini, tidak perlu campur tangan orang lain.
"Hoseok-hyung..."
"INI SIAPA COBA YANG NAROH SENDAL GUCCI DI BAWAH BANTAL GUE?!"
"..."
"Sial."
Taehyung menatap Jungkook yang mendesis pelan.
"ELAH LAMA-LAMA GUA TUNGGUIN, ELUNYA CUMA NGUMPETIN DI BAWAH BANTAL."
"YA LU PIKIR KAGA BINGUNG NYARI TEMPAT BUAT NYEMBUNYIIN BARANG?!"
"ELAH, PSLU AJA SEMINGGU BARU KETEMU TAPI GA MAKAN WAKTU SAMPE SETENGAH JAM, TUH. PDHL CUMA GUE PINDAHIN KE BAWAH MEJA."
"YA MANA GUE TAU."
Oke
Garing ( ̄3 ̄)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Affair [BTS Fanfiction]
Fanfiction"And there just something about him I can't live without." [Bangtan Trash] Kimgysm_ present.