Ketika melihatnya di atas panggung, senyumnya mengembang, tubuhnya berirama dengan musik lantang, pandangannya menjadi hal yang paling menyenangkan,
Akan tetapi, aku tidak memungkiri bahwa ia juga akan menjadi orang yang paling dingin ketika berada di sana.
***
"Ada apa dengan dirimu, kook? Jangan paksakan diri sendiri." suara Namjoon menggema sekilas di antara sadar dan bawah sadarnya. Tubuhnya terlanjur limbung pada sandaran sofa dengan napas yang tak terasa, entah berhasil membawa oksigen atau tidak.
Pening.
Berkali-kali staf mencoba menenangkan Jungkook, dengan pijatan atau sekedar memberi angin melalui kipas yang mereka genggam. Terlihat kelimpungan dan khawatir dalam satu waktu bersamaan.
Saat semuanya pergi untuk mencari hal lain demi menyamankan Jungkook, aku menghampirinya.
"Tubuhmu panas." Tissue yang baru saja mendarat di dahinya langsung rembes oleh keringatnya. Tubuhku yang merendah dengan mudah menjangkau matanya, "Tapi dingin."
Subjek bicara hanya terdiam, yang ku lihat hanya sebelah bibir yang terangkat.
"Jaga dirimu."
Lututku hampir sakit karena harus terbanting lagi bertemu lantai, Jeon Jungkook dengan keterdiamannya menggenggam erat lengan yang belum sempat ku tarik dan kemudian menggeram rendah, "Pergilah, jangan lihat aku."
***
Bukan hal buruk ketika kita berani melakukan kesalahan, menentang, atau setidaknya izinkan kita mengerjakan apa yang kita mau.
Prinsipku terlalu keras kepala, tidak jauh dengannya yang masih bungkam namun tetap berniat melanjutkan acara.
"Jungkook. Pelan-pelan saja, okay?" Namjoon menunduk menghampiri Jungkook yang duduk, aku bisa melihatnya dari sudut mata, "Jangan paksakan dirimu."
Jungkook menenggak kembali minumannya, sangat arogan. Memakai satu setelan lagi guna melengkapi kostum tampilnya lalu bangkit bergabung bersama member lain.
Setengah berlari, kuhampiri arah panggung dan berusaha keras agar tak terlihat, memerhatikannya dari bagian yang gelap.
Sorotnya tidak pernah berubah, usahanya nekat, kemauan yang membuatnya menjadi hangat. Tanpa sadar bibirku membentuk senyum getir, merasakan bahwa tetap ada hal aneh yang menjalar menyadarkan perasaanku.
Jungkook, benar kaukah itu?
***
"Ada hal lain dari dirimu."
Tanganku terulur menggapai surainya yang basah, sedetik kemudian langsung digagalkan oleh tangannya yang mengepal, tepat pada pergelangan tanganku -lagi.
"Apa yang kau lakukan?"
Aku terkekeh —pertanyaan macam apa itu, kubiarkan ia menatapku sedikit bingung, "Melakukan hal yang seharusnya ku lakukan, mungkin?"
"Bukan sekarang. Tadi. Di bawah panggung."
"Melihatmu."
Giliran Jungkook yang melayangkan tawa halus, lebih seperti sindiran, "Melanggar ucapanku lagi?"
"Jangan berusaha terlalu keras."
"Cho Swan." Jungkook melepaskan tanganku begitu saja. Ditambah pandangannya menegas dan siap mengurungku dalam ruang kebenciannya.
Kami berbeda, tetapi sama. Nekat, ditengah pandangannya yang siap melukai siapa saja, aku membuka suara, "Dinginmu, aku tidak suka."
"Justru kau yang berhenti." Sebelah bibirnya terangkat, "Berhenti mengasihaniku."
"Bodoh." kalau aku tidak memerhatikan keadaanya, aku bisa lebih kejam dari ini.
Akan tetapi Jungkook hanya terus memandangku dengan tatapan penuh amarah, "Ah... senang untukmu melihat kelemahanku, bukan?"
"Sedikit."
"Dengarlah, Jungkook." aku meneruskan, berusaha menghentikan Jungkook untuk mengambil napas yang aku yakin akan ia gunakan untuk merapal semua sumpah serapahnya padaku.
"Aku tidak suka kau berlaku dingin di atas panggung, usahamu terlalu membuatku sakit hati sekalipun bibirmu menunjukan senyum dan terus berkata tidak apa-apa. Tapi itu bohong namanya."
"Dan lagi," Suaraku jelas menghentikannya untuk membalas. "Tidak masalah bagiku jika kau ingin terus melakukan itu. Kau sendiri yang membuatku merasa kasihan, kan?"
Aku pikir, detik ini Jungkook mulai menyerah padaku. Ia terdiam dan aku rasa, aku telah berhasil menempati kebenciannya.
"Aku kasihan padamu, Jungkook."
Berbeda respon, kata terakhirku membangkitkan lagi emosinya. "Tutup mulutmu."
"Ah..." apa ini, mengapa suaraku menjadi sedikit bergetar?
"Apa aku harus lebih kasihan pada diriku sendiri karena tidak pernah kau bagi?" kata yang sangat sulit ku ucapkan terpaksa meluncur dari tenggorokan.
Aku tidak tahu, apakah itu merupakan pernyataan yang tajam hingga Jungkook melemahkan pandangannya.
Akan tetapi itu hanya dugaan salahku, ucapannya justru terdengar seperti listrik yang menyambar. Pelan tetapi menyakitkan, "Hentikan, Swan."
"Bebanmu... kau anggap aku apa?"
***
(fin)Oke, pertama-tama ini terinspirasi dari insiden Jungkook di Burn The Stage (beserta foto saya ss dari sana hanya untuk visualisasi saja), bagi yang sensitif akan hal itu, saya minta maaf.
Tetapi, sebenernya, ini juga ungkapan dari saya, untuk siapapun. Siapa sih yang gak bahagia ketika keberadaannya diusahakan? Tapi orang yang sayang juga pasti akan tertekan akan hal itu, kan?
Kedua, saya gak tau apakah saya yang terlalu perasa, tapi Jungkook ketika masuk kembali ke panggung, walaupun ia senyum, aku lihat dia jadi orang yang dingin. Mungkin karena saya sudah tau sebenarnya dia ada apa-apa. Nah, ada rasa sakit sendiri ketika ngelihat dia seperti itu.
Gatau lah. Pokoknya random aja. Yang sensitif karena kejadian ginian saya jadikam fiction, terlebih dahulu saya meminta maaf, ya~
Love Yourself. From Kimgysm_ to Yyoonina
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Affair [BTS Fanfiction]
Fanfic"And there just something about him I can't live without." [Bangtan Trash] Kimgysm_ present.